KABARBURSA.COM - PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) memiliki dua strategi besar untuk menghadapi tahun 2025. Selain berencana membawa anak usahanya untuk melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI), KRAS juga akan melanjutkan beberapa proyek strategis.
Terkait rencana Initial Public Offering (IPO) anak usaha, Direktur Utama PT Krakatau Steel Muhamad Akbar, menyatakan bahwa pihaknya tengah mempelajari potensi IPO untuk anak perusahaan. Rencana ini menjadi bagian dari strategi jangka panjang yang berfokus pada peningkatan kinerja operasional serta optimalisasi aset perseroan.
Selain itu, IPO anak usaha dinilai sebagai salah satu mekanisme yang dapat mendukung perbaikan kondisi keuangan induk perusahaan. Muhamad Akbar optimistis langkah ini akan mampu memperkokoh posisi Krakatau Steel di pasar modal dan industri baja nasional.
Langkah IPO anak perusahaan ini juga dikaitkan dengan program restrukturisasi utang yang sedang dijalankan perusahaan. Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PT Krakatau Steel Tardi, mengungkapkan bahwa dana yang dihasilkan dari IPO tersebut akan digunakan untuk menyelesaikan sejumlah kewajiban utang, termasuk utang tranche B senilai 234 juta dolar AS.
Penyelesaian utang ini akan dilakukan melalui kombinasi strategi fundraising dari aset non-produktif dan divestasi anak usaha. Mekanisme divestasi ini tetap terbuka untuk dieksplorasi, termasuk potensi penggunaan metode IPO.
Secara keseluruhan, Krakatau Steel saat ini menghadapi tantangan restrukturisasi utang dengan total nilai mencapai USD1,5 miliar, yang terbagi ke dalam tiga tranche. Untuk utang tranche A senilai USD171 juta, perusahaan berencana melunasinya melalui optimalisasi kinerja bisnis inti di sektor baja, termasuk dengan memperkuat kerja sama strategis. Sementara itu, utang tranche B akan diselesaikan melalui pengelolaan aset dan divestasi anak perusahaan, termasuk peluang dari IPO.
Adapun utang tranche C dengan nilai tertinggi, yakni USD1,1 miliar, direncanakan akan dilunasi secara bertahap melalui pertumbuhan bisnis anak usaha dalam jangka panjang.
Proses restrukturisasi utang ini melibatkan koordinasi dengan sepuluh kreditur utama. Sebagian besar kreditur telah menyetujui proposal restrukturisasi yang diajukan perusahaan. Namun, masih ada beberapa kreditur yang belum memberikan persetujuan. Meskipun demikian, manajemen Krakatau Steel optimistis restrukturisasi ini dapat selesai sepenuhnya pada kuartal pertama tahun 2025, didukung oleh prospek bisnis yang lebih baik dan rencana kerja yang solid.
Melalui kombinasi langkah strategis ini, PT Krakatau Steel berkomitmen untuk meningkatkan efisiensi operasional, memaksimalkan nilai aset, dan memperkuat fundamental bisnisnya. Dengan potensi IPO anak usaha dan penyelesaian utang yang terencana, perusahaan berambisi menciptakan sinergi baru di industri baja nasional dan terus berkontribusi bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Kinerja Keuangan Saham KRAS
Sementara itu, berdasarkan keterbukaan informasi KRAS kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) , Senin, 30 Desember 2024, kinerja keuangan sepanjang sembilan bulan pertama (9M24) tampak menjanjikan. Pendapatan konsolidasi perusahaan tercatat sebesar USD657,5 juta, dengan volume penjualan baja mencapai 532,2 ribu ton, setara dengan 66,3 persen dari total pendapatan.
Direktur Utama Krakatau Steel Muhamad Akbar, mengatakan keberhasilan ini menjadi momentum positif bagi perusahaan dalam mencapai target ke depan, khususnya dengan rencana pengoperasian kembali Pabrik Hot Strip Mill pada 2025.
Akbar menjelaskan, kinerja ini didukung oleh langkah strategis perusahaan, termasuk penandatanganan Long Term Supply Agreement dengan 23 distributor, pabrikan, dan coil centre. Kesepakatan ini mencakup suplai produk baja sebesar 38.500 ton per bulan selama satu hingga dua tahun ke depan. Selama 2024, Krakatau Steel berhasil mengamankan pasokan baja dalam jangka panjang hingga 1.256.000 ton, yang terdiri dari 786.000 ton Hot Rolled Coil dan 470.000 ton Cold Rolled Coil.
Pendapatan Krakatau Steel selama periode Januari-September 2024 berasal dari dua sektor utama. Produk baja menyumbang USD436,1 juta, sementara pendapatan non-baja mencatatkan angka USD221,4 juta. Keberhasilan ini turut diimbangi oleh efisiensi biaya operasional. Melalui program pengendalian biaya yang konsisten, perusahaan berhasil menurunkan biaya selling, general, and administrative (SGA) sebesar 15 persen, sehingga mencatat laba bruto senilai USD64,3 juta.
Selain itu, kontribusi pajak Krakatau Steel untuk negara mencapai Rp 1,83 triliun hingga September 2024, mempertegas komitmen perseroan terhadap kepatuhan dan tanggung jawab perpajakan. Akbar menyebutkan bahwa Krakatau Steel secara konsisten menjalankan kewajibannya dengan tepat waktu sebagai bagian dari kontribusi bagi pembangunan nasional.
Krakatau Steel juga berhasil menyelesaikan berbagai proyek strategis, antara lain pembangunan pipa baja untuk transmisi gas bumi Cirebon-Semarang oleh PT Krakatau Pipe Industries, proyek Desal-Demin Water di Plant Sumbawa oleh PT Krakatau Tirta Industri, serta Integrated Warehouse Stage #2 dan pengadaan kapal tunda oleh PT Krakatau Bandar Samudera. Proyek-proyek ini tidak hanya mendukung diversifikasi pendapatan, tetapi juga memperkuat sinergi di antara anak perusahaan dalam kelompok Krakatau Steel.
Ke depan, Krakatau Steel optimistis akan mencatat pertumbuhan yang lebih signifikan. Perusahaan menargetkan peningkatan pendapatan dan volume penjualan baja melalui berbagai inisiatif strategis, termasuk pengoperasian kembali Hot Strip Mill. Dalam fase Hot Commissioning, perusahaan telah memproduksi Hot Rolled Coil pertama dari fasilitas yang sedang dalam proses pemulihan tersebut. Ini merupakan bagian penting dari transformasi perusahaan untuk memenuhi kebutuhan baja nasional secara lebih optimal.
Akbar menyampaikan keyakinannya bahwa kombinasi sinergi grup perusahaan, transformasi berkelanjutan, serta restrukturisasi yang dilakukan secara progresif akan membawa Krakatau Steel ke posisi yang lebih kuat di industri baja nasional. Dukungan pemerintah juga dianggap sebagai faktor penting dalam mendorong pencapaian perusahaan. Dengan beroperasinya kembali Hot Strip Mill, Krakatau Steel optimistis dapat berkontribusi signifikan dalam meningkatkan pertumbuhan industri baja nasional dan perekonomian Indonesia yang diproyeksikan mencapai pertumbuhan hingga 8 persen pada 2025.(*)
Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak, membeli, atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analisis atau sekuritas yang bersangkutan, dan Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian investasi yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.