KABARBURSA.COM - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkap pertumbuhan data kredit menunjukan kinerja yang solid, mencapai 11,40 persen (year-on-year).
Adapun perkembangan ini ditopang oleh sisi penawaran sejalan dengan minat penyaluran kredit yang terjaga, pendanaan yang memadai, realokasi alat likuid ke kredit oleh perbankan, dan dukungan Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) Bank Indonesia.
"Likuiditas perbankan memadai sejalan dengan implementasi bauran kebijakan Bank Indonesia, termasuk KLM," ungkap dalam konferensi pers, Rabu, 18 September 2024.
Kondisi ini berkontribusi pada stabilitas suku bunga perbankan, yang tercatat pada suku bunga deposito 1 bulan dan suku bunga kredit masing-masing sebesar 4,73 persen dan 9,21 persen pada Agustus 2024.
"Hingga minggu kedua September 2024, Bank Indonesia telah menyalurkan insentif KLM sebesar Rp256,1 triliun kepada kelompok bank BUMN sebesar Rp118,6 triliun, BUSN sebesar Rp110,5 triliun, BPD sebesar Rp24,4 triliun, dan KCBA sebesar Rp2,6 triliun," paparnya.
Adapun penyaluran ini difokuskan pada sektor-sektor prioritas, termasuk hilirisasi mineral dan batu bara, pangan, UMKM, otomotif, serta pariwisata dan ekonomi kreatif, Perry menambahkan.
"Dalam hal ini, pembiayaan syariah dan kredit untuk UMKM tumbuh masing-masing sebesar 11,61 persen dan 4,42 persen. Bank Indonesia memprediksi pertumbuhan kredit pada 2024 akan berada di batas atas kisaran 10-12 persen. dengan komitmen untuk terus memperkuat implementasi KLM," jelasnya.
Sementara itu, permintaan kredit rumah tangga terjaga, terutama pada sektor Properti. Secara sektoral, pertumbuhan kredit pada mayoritas sektor ekonomi tetap kuat, terutama pada sektor Industri, LGA, dan Pengangkutan.
Lanjutya Perry mengungkap ketahanan sistem keuangan tetap terjaga, terlihat dari rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) yang tinggi, mencapai 25,37 persen. Selain itu, rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) tercatat pada 26,56 persen, yang menunjukkan kemampuan perbankan dalam menyerap risiko dan mendukung pertumbuhan kredit
"Ketahanan permodalan dan likuiditas perbankan juga ditopang oleh kemampuan membayar dan profitabilitas korporasi yang terjaga, sebagaimana hasil stress test perbankan terkini," jelasnya.
Perry juga optimis jika Bank Indonesia akan terus memperkuat sinergi kebijakan bersama KSSK dalam memitigasi berbagai risiko yang berpotensi mengganggu stabilitas sistem keuangan.
Suku Bunga Acuan Turun
Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk memangkas suku bunga acuan (BI Rate) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6 persen dari sebelumnya 6,25 persen melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI September.
“Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 17 dan 18 September 2024 memutuskan untuk menurunkan BI Rate menjadi 6 persen,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers, Rabu, 18 September 2024.
Perry menambahkan, BI juga menurunkan suku bunga Deposit Facility yang dipangkas menjadi 5,25 persen dan suku bunga Lending Facility menjadi sebesar 6,75 persen.
Pemotongan suku bunga BI ini menjadi yang pertama sejak bulan Februari 2021 karena bank sentral Indonesia ini telah mengerek suku bunga sebesar 275 bps pada periode Agustus 2022 hingga April 2024, dari sebelumnya 3,50 persen menjadi 6,25 persen.
Lebih lanjut BI pada Mei, Juni, Juli, dan Agustus 2024, telah menahan kenaikan atau mempertahankan suku bunga acuan itu.
Sementara itu, CME FedWatch, peluang Federal Reserve (The Fed) menurunkan Fed Funds Rate akan turun 25 bps menjadi antara 5 persen sampai 5,25 persen sebesar 37 persen.
Sementara kemungkinan langkah yang lebih agresif dengan pemangkasan 50 bps ke level 4,75 persen-5 persen mencapai sebanyak 63 persen.
Ekspektasi penurunan suku bunga yang lebih besar ini sebagian besar dipengaruhi oleh laporan ketenagakerjaan bulan Juli 2024 yang memunculkan kekhawatiran akan potensi resesi.
Meskipun laporan tersebut menunjukkan adanya pelemahan dalam pasar tenaga kerja, data lanjutan yang dirilis setelahnya tidak memperkuat kecemasan terkait resesi secara signifikan.
Inflasi Tetap Rendah
Inflasi di Indonesia tetap rendah dan terjaga dalam kisaran target 2,5±1 persen. Pada Agustus 2024, Indeks Harga Konsumen (IHK) mencatat inflasi sebesar 2,12 persen (year-on-year), dengan komponen-komponen inflasi menunjukkan kinerja yang baik. Inflasi inti tercatat pada 2,02 persen (yoy), sementara inflasi volatile food (VF) mengalami penurunan menjadi 3,04 persen (yoy) dari 3,63 persen (yoy) pada bulan sebelumnya.
Penurunan inflasi VF ini terlihat di hampir seluruh wilayah Indonesia, berkat peningkatan pasokan pangan yang sejalan dengan musim panen, serta sinergi yang kuat dalam pengendalian inflasi melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP/TPID) serta Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).
Adapun Perry optimis bahwa inflasi IHK akan tetap terkendali sesuai sasaran. Inflasi inti diperkirakan akan stabil, didukung oleh ekspektasi inflasi yang terjaga, kapasitas perekonomian yang masih besar dan responsif terhadap permintaan domestik, serta pengendalian inflasi impor yang sejalan dengan kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.