Logo
>

Kripto Menghijau, tapi Pasar Masih Pegang Rem Tangan

Harga Bitcoin dan Ethereum kembali naik sepekan terakhir, diikuti Dogecoin dan Solana yang mencetak kinerja impresif. Namun indeks Fear and Greed menunjukkan pasar belum sepenuhnya lepas dari sikap hati-hati.

Ditulis oleh Moh. Alpin Pulungan
Kripto Menghijau, tapi Pasar Masih Pegang Rem Tangan
Ilustrasi pasar kripto. Foto dibuat oleh AI untuk KabarBursa.com.

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM – Pasar kripto kembali menghijau. Data Coinmarketcap yang dipantau KabarBursa.com pada Selasa, 25 Maret 2025 pukul 13.28 WIB, menunjukkan pergerakan yang cukup semarak. Jumlah aset kripto yang tercatat telah mencapai 13,24 juta koin dan tersebar di 814 bursa digital di seluruh dunia. Ini menandakan geliat inovasi blockchain belum surut—bahkan cenderung terus menjamur meski pasar masih diliputi rasa hati-hati.

    Kapitalisasi pasar kripto global berada di level USD2,85 triliun (sekitar Rp47.025 triliun dengan kurs Rp16.500), turun tipis 0,12 persen dalam 24 jam terakhir. Namun yang menarik, volume transaksi harian justru melonjak 32,22 persen menjadi USD82,62 miliar (sekitar Rp1.362 triliun). Kenaikan volume ini bisa dibaca sebagai sinyal bahwa investor mulai kembali masuk, meski belum sepenuhnya agresif.

    Mari mulai dari sang raja kripto, yakni Bitcoin (BTC). Harganya kini menyentuh USD86.783,89 atau setara Rp1,43 miliar per keping. Meski dalam 24 jam terakhir sempat terkoreksi 0,26 persen, secara mingguan BTC tetap menunjukkan tenaga naik 5,06 persen. Kapitalisasi pasarnya menguasai langit kripto hingga menyentuh USD1,72 triliun (sekitar Rp28.432 triliun) dengan volume perdagangan harian di atas USD33 miliar (Rp544,5 triliun).

    Ethereum (ETH) juga unjuk gigi. Dengan harga USD2.056,71 (sekitar Rp33,93 juta), ETH mencatat kenaikan mingguan tertinggi dibanding BTC, yakni 8,54 persen. Volume transaksi hariannya menyentuh USD13,23 miliar (sekitar Rp218,3 triliun). Ini menandakan jaringan Ethereum masih jadi favorit para pengembang dan investor.

    Sementara itu, Dogecoin (DOGE)—koin bercorak guyonan yang kini sering dianggap serius—berhasil melonjak 10,50 persen dalam sepekan. Harganya kini bertengger di USD0,1840 atau setara Rp3.036 dan menjadikannya salah satu top performer dalam daftar sepuluh besar aset kripto hari ini.

    XRP, token milik Ripple Labs, juga tidak mau ketinggalan. Dalam seminggu terakhir, harganya menanjak 6,52 persen ke posisi USD2,42 (sekitar Rp39.930). Ini terjadi di tengah kabar bahwa Ripple semakin ekspansif dalam layanan remitansi lintas negara.

    Di kubu stablecoin, Tether (USDT) dan USD Coin (USDC) masih bertahan di angka USD1,00 (Rp16.500), namun volatilitas kecil tetap tercatat. USDC sedikit terkoreksi dalam 24 jam terakhir, tapi volume perdagangannya tetap tinggi, mencapai USD9,82 miliar (Rp162,03 triliun).  

    Lanjut ke Solana (SOL), yang harganya kini mencapai USD139,55 (sekitar Rp2,30 juta) dengan reli mingguan 12,68 persen. SOL perlahan mencuri perhatian sebagai pesaing Ethereum dalam ekosistem blockchain yang cepat dan murah.

    Di posisi lain, Cardano (ADA) tumbuh 6,15 persen dalam sepekan ke level USD0,7469 (Rp12.330), dan BNB, token andalan Binance, bergerak naik 1,68 persen dalam tujuh hari terakhir ke harga USD643,64 (sekitar Rp10,61 juta). Sementara itu, TRON (TRX) masih tampak stagnan. Harga TRX kini USD0,2267 (Rp3.740), dengan tren mingguan hanya naik tipis 1,74 persen. Meski begitu, jaringan TRON tetap ramai, terutama dalam urusan transaksi stabilcoin.

    Secara keseluruhan, kapitalisasi pasar kripto global berada di kisaran USD2,85 triliun (Rp47.025 triliun), meski sempat turun 0,12 persen dalam sehari. Indeks Fear and Greed saat ini berada di angka 34 (Fear) dari 100 yang menandakan pelaku pasar masih waspada, tapi belum sepenuhnya ciut nyali.

    Prospek Kripto 2025

    Ilustrasi: Gedung Bursa Efek Indonesia di Jakarta Selatan. Foto: KabarBursa/Abbas Sandji.

    Setelah mengalami tahun yang bisa dibilang dramatis pada 2024—diwarnai reli, ETF, dan gelombang jual akhir tahun—pasar kripto kini menatap 2025 dengan harapan baru, tapi tetap waspada. Laporan terbaru dari Citi Research yang dipimpin oleh Alex Saunders membuka banyak hal yang patut dipertimbangkan investor, dari gejolak makroekonomi hingga rebalancing portofolio yang makin mengakrabkan Bitcoin dan stablecoin.

    Pada 2024, kapitalisasi pasar kripto meroket dari USD1,65 triliun ke USD3,21 triliun (setara Rp52.965 triliun), atau naik sekitar 94 persen. Pemicunya adalah ETF spot Bitcoin dan Ethereum yang akhirnya meluncur, ditambah optimisme pasar pasca Donald Trump kembali memenangkan kursi Gedung Putih. Tapi euforia itu sempat terkoreksi—altcoin sempat menggila, lalu kripto secara keseluruhan jatuh lagi menjelang akhir tahun, bikin Bitcoin naik daun kembali.

    Masuk ke 2025, Citi Research melihat kuartal pertama masih akan menggoda, berkat sisa-sisa efek tahun lalu, antatra lain inflasi AS menurun, pertumbuhan tetap tangguh, dan pasar tenaga kerja masih berdiri walau mulai lunglai. Ini jadi ‘cuaca cerah’ bagi aset berisiko seperti kripto. Tapi kuartal selanjutnya? Sayangnya masih kabur.

    Faktor terbesar penggerak harga kripto tetap pasar saham. Korelasi Bitcoin dan Ethereum terhadap indeks S&P 500 makin kuat, sementara pengaruh dolar AS perlahan melemah. Bahkan emas, yang dulu bergerak berlawanan, kini mulai jalan seiring dengan kripto.

    Soal volatilitas, Citi Research memperkirakan akan cenderung turun seiring kripto makin matang dan masuk ke portofolio institusional. Dengan kata lain, semakin banyak rebalancing, makin tenang pergerakannya. Meski begitu, karena kripto masih spekulatif dan sensitif terhadap sentimen, pergerakan ekstrem tetap bisa terjadi.

    Sejak ETF spot Bitcoin resmi diperdagangkan pada Januari 2024, dan Ethereum menyusul pada Juli 2024, dana yang mengalir tak main-main. Hingga 19 Desember, ETF Bitcoin menyerap USD36,4 miliar (Rp600,6 triliun), sementara ETF Ethereum baru USD2,4 miliar (Rp39,6 triliun).

    Data Citi Research menunjukkan aliran dana menjelaskan sekitar 46 persen variasi harga Bitcoin. Rata-ratanya, setiap USD1 miliar dana masuk bisa bikin harga BTC naik 4,7 persen. Sementara untuk Ethereum, korelasinya lebih lemah dan cenderung terikat pada performa indeks S&P 500. Dengan kata lain, selama dana terus mengucur ke ETF Bitcoin, harga kripto ini punya landasan kuat untuk terus naik. Tapi jangan terlalu berharap pada ETH—kecuali aliran dana ke ETF-nya ikut melonjak.

    Stablecoin: Jalan Masuk ke Dunia DeFi

    Stablecoin seperti Tether (USDT) dan USD Coin (USDC) makin penting, terutama buat mereka yang mau main aman di tengah fluktuasi liar pasar kripto. Stablecoin jadi alat tukar utama dan cadangan nilai dalam ekosistem keuangan terdesentralisasi (DeFi). Menariknya, 2025 dibuka dengan gebrakan stablecoin baru bernama USDe dari Ethena Labs. Dalam waktu singkat, USDe jadi stablecoin terbesar ketiga dan punya “cadangan” sendiri bernama USDtb. USDC juga makin berpengaruh sejak Binance menjadikannya bagian dari cadangan korporat.

    Hal ini bikin dominasi Tether terancam. Tapi di sisi lain, makin banyak variasi stablecoin justru dianggap positif karena mengurangi risiko sistemik dari satu penerbit.

    Soal indeks, Citi Research menyebut pendekatan ala indeks saham belum cocok buat kripto. Pasarnya masih terlalu didominasi oleh Bitcoin dan segelintir token besar. Kalau mau main aman, pilih tiga token terbesar. Kalau mau menyebar risiko, ambil 10–30 token teratas.

    Seiring pasar tumbuh, yang perlu diawasi bukan cuma harga. Aktivitas jaringan—jumlah transaksi, pengguna aktif, dan total nilai terkunci (TVL) di DeFi—juga jadi indikator kesehatan ekosistem. Bitcoin sendiri, sejak awal tahun hingga akhir 2024, mengalami lonjakan volume transaksi hingga 85 persen dibanding 2023. Volume ini diprediksi terus naik pada 2025.

    Jadi, kalau pasar saham lagi galau dan inflasi mereda, kripto bisa jadi pilihan yang menarik. Asal tetap waspada—karena pasar ini belum lepas dari gejolak. Tapi dengan ETF yang makin ramai, stablecoin makin matang, dan sentimen regulasi yang (semoga) lebih bersahabat, 2025 bisa jadi tahun kripto menemukan arah baru yang lebih stabil.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Moh. Alpin Pulungan

    Asisten Redaktur KabarBursa.com. Jurnalis yang telah berkecimpung di dunia media sejak 2020. Pengalamannya mencakup peliputan isu-isu politik di DPR RI, dinamika hukum dan kriminal di Polda Metro Jaya, hingga kebijakan ekonomi di berbagai instansi pemerintah. Pernah bekerja di sejumlah media nasional dan turut terlibat dalam liputan khusus Ada TNI di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Subianto di Desk Ekonomi Majalah Tempo.

    Lulusan Sarjana Hukum Universitas Pamulang. Memiliki minat mendalam pada isu Energi Baru Terbarukan dan aktif dalam diskusi komunitas saham Mikirduit. Selain itu, ia juga merupakan alumni Jurnalisme Sastrawi Yayasan Pantau (2022).