Logo
>

Laba AADI Turun 29 Persen, Mandiri Sekuritas Rekomendasi Buy

Berdasarkan analisis teknikal dari Investing.com pada hari ini, 2 Mei 2025, saham AADI menunjukkan tekanan teknikal yang semakin kuat.

Ditulis oleh Yunila Wati
Laba AADI Turun 29 Persen, Mandiri Sekuritas Rekomendasi Buy
Ilustrasi PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI). (Gambar dibuat oleh AI untuk KabarBursa.com)

KABARBURSA.COM - PT Adaro Minerals Indonesia Tbk. (AADI) mencatatkan penurunan laba bersih pada kuartal pertama 2025 sebesar 29 persen secara tahunan (YoY) menjadi USD196 juta. 

Penurunan tersebut bukan disebabkan oleh penurunan volume penjualan, melainkan lebih kepada koreksi harga jual rata-rata (Average Selling Price/ASP) batu bara yang melemah 12 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. 

Kendati volume penjualan tetap stabil, tekanan pada ASP menjadi faktor utama penyusutan kinerja keuangan AADI di awal tahun ini.

Melemahnya harga batu bara global terjadi di tengah normalisasi permintaan energi, terutama dari pasar ekspor seperti Tiongkok dan India, serta tekanan dari pergeseran kebijakan energi bersih global. 

Namun demikian, AADI tetap mempertahankan fundamental bisnis yang kuat dengan efisiensi operasional dan stabilitas pengiriman, menjadikan perusahaan tetap kompetitif di sektor tambang batu bara premium.

Meski kinerja kuartalan menunjukkan penurunan, sentimen pasar terhadap saham AADI masih cukup positif. Mandiri Sekuritas tetap memberikan rekomendasi Buy dengan target harga Rp10.500 per saham, mencerminkan keyakinan akan potensi rebound dalam jangka menengah hingga panjang. 

Optimisme ini ditopang oleh beberapa faktor, termasuk prospek permintaan batu bara metalurgi yang digunakan dalam industri baja, serta posisi AADI sebagai salah satu produsen utama batu bara jenis tersebut di Indonesia.

Dengan strategi efisiensi biaya dan keberlanjutan operasional di tengah tantangan harga komoditas, AADI dinilai memiliki ruang pemulihan yang besar. Selain itu, ekspektasi bahwa harga batu bara akan membaik pada paruh kedua 2025 seiring membaiknya iklim industri dan peningkatan permintaan dari sektor manufaktur global menjadi katalis positif bagi pergerakan saham AADI ke depan.

Secara teknikal maupun fundamental, AADI masih dianggap sebagai emiten batu bara dengan daya tahan tinggi terhadap volatilitas pasar. Bagi investor yang berorientasi jangka panjang, koreksi laba kuartal ini dapat dilihat sebagai peluang akumulasi, terutama dengan panduan harga target yang menjanjikan.

Sinyal Teknis AADI 2 Mei 2025 Mengarah ke Tren Melemah, Saatnya Hati-Hati?

Namun, berdasarkan analisis teknikal dari Investing.com pada hari ini, 2 Mei 2025, saham AADI menunjukkan tekanan teknikal yang semakin kuat. 

Berdasarkan analisis indikator teknikal dan pergerakan moving average terkini, mayoritas sinyal mengarah pada rekomendasi “Sangat Jual”. Artinya, ada potensi pembalikan tren yang perlu dicermati oleh investor dalam waktu dekat.

Secara keseluruhan, indikator teknikal memberikan sinyal “Jual”, dengan hanya dua indikator yang menunjukkan sinyal beli, empat sinyal jual, dan lima lainnya berada dalam posisi netral. 

Indikator-indikator seperti ADX (Average Directional Index) berada pada angka 29,26 yang mengindikasikan tren mulai terbentuk namun lemah dan cenderung bearish. 

Ultimate Oscillator dan STOCH (Stochastic) juga berada di zona jual, menegaskan adanya tekanan jual yang cukup dominan dalam momentum jangka pendek. Meskipun indikator MACD dan ROC masih menunjukkan sinyal beli, kondisi ini belum cukup kuat untuk membalikkan tren umum.

Sementara itu, pergerakan Moving Average (MA) menunjukkan tekanan yang jauh lebih kuat. Dari total 12 MA (baik sederhana maupun eksponensial), 10 di antaranya memberikan sinyal jual, hanya dua yang memberikan sinyal beli. 

MA jangka pendek seperti MA5 dan MA10 baik pada sisi sederhana maupun eksponensial berada di bawah harga saat ini, yang mengindikasikan potensi kelanjutan tren turun. 

MA jangka menengah hingga panjang seperti MA50, MA100, dan MA200 pun berada di atas harga, yang mempertegas kecenderungan harga AADI untuk tetap dalam tekanan dalam waktu dekat.

Dari sisi level harga acuan, pivot point klasik menempatkan titik tengah di 6775, dengan resistance pertama di 6850 dan support pertama di 6650. Namun, harga saham AADI saat ini tampaknya sedang mendekati zona support penting tersebut. 

Jika tekanan jual terus berlanjut dan harga menembus ke bawah 6650, maka potensi ke arah support berikutnya di kisaran 6575 hingga 6450 dapat terbuka, memperkuat tekanan teknikal secara keseluruhan.

Meskipun masih terdapat sinyal beli dari ROC dan MACD, serta beberapa indikator netral seperti RSI dan CCI, namun tren dominan tetap berada di bawah kendali seller. 

Momentum ini menunjukkan bahwa para pelaku pasar cenderung mengambil posisi defensif, terlebih lagi setelah rilis laporan keuangan 1Q25 yang menunjukkan penurunan laba bersih sebesar 29 persen YoY akibat koreksi harga jual rata-rata batu bara.

Bagi investor jangka pendek, kondisi ini mengisyaratkan bahwa penurunan harga saham AADI masih memiliki ruang untuk berlanjut. Sementara investor jangka menengah hingga panjang mungkin mempertimbangkan untuk menunggu konfirmasi pembalikan tren atau berada di luar pasar sampai sinyal teknikal mulai menguat kembali.

Dengan demikian, strategi terbaik saat ini adalah tetap waspada, menghindari entry agresif, dan mempertimbangkan penguatan kembali indikator teknikal sebagai sinyal konfirmasi sebelum mengambil posisi pada saham AADI.

Analisis Fundamental AADI 2025: Valuasi Murah, Kinerja Solid, Risiko Tetap Perlu Diwaspadai

PT Adaro Minerals Indonesia Tbk. (AADI) menampilkan profil fundamental yang menarik sepanjang 2025, meski sahamnya mencatat penurunan harga yang cukup tajam secara year-to-date. 

Di tengah volatilitas harga batu bara global dan tekanan pasar yang luas, AADI justru memperlihatkan kekuatan struktural dari sisi profitabilitas, likuiditas, hingga valuasi yang sangat menarik bagi investor jangka panjang.

Dibuat oleh AI untuk KabarBursa.com
Dari sisi valuasi, saham AADI terbilang sangat murah dibandingkan rerata pasar. Current PE Ratio (TTM) hanya sebesar 2,32, jauh di bawah median IHSG yang berada di kisaran 8,21. 

Bahkan, forward PE ratio juga masih rendah di angka 4,03, mencerminkan ekspektasi pendapatan yang tetap kuat. Earnings yield TTM yang berada di 43,20 persen menunjukkan potensi imbal hasil yang sangat tinggi dari sisi pendapatan terhadap harga saham saat ini. 

Dengan Price to Sales (P/S) sebesar 0,50 dan Price to Book Value (PBV) tepat di angka 1,00, saham AADI berada pada level valuasi yang konservatif namun menggiurkan.

AADI juga mencatat EPS TTM yang solid di angka Rp2.894, dengan pendapatan per saham mencapai Rp13.339. Hal ini menunjukkan efisiensi tinggi dalam konversi pendapatan menjadi laba bersih. 

Secara kas, perusahaan memiliki posisi yang sangat sehat dengan cash per share sebesar Rp2.889, serta arus kas bebas (free cash flow) per saham di Rp3.181. 

Tingkat leverage pun tergolong rendah dengan Debt to Equity Ratio hanya 0,24, serta Total Debt/Total Assets hanya 1 persen, yang mengindikasikan ketergantungan sangat rendah terhadap utang. AADI juga mencatat Altman Z-Score sebesar 2,79, mendekati zona aman yang menandakan tidak adanya tekanan likuiditas ekstrem.

Dari sisi profitabilitas, Return on Equity (ROE) tercatat luar biasa tinggi sebesar 43,03 persen, sedangkan Return on Assets (ROA) juga impresif di 23,34 persen. Angka ini mencerminkan efisiensi manajemen dalam mengelola aset dan ekuitas untuk menghasilkan laba bersih yang besar. 

Rasio profit margin kuartalan juga mengesankan dengan Net Profit Margin sebesar 16,83 persen, memperlihatkan bahwa AADI mampu mempertahankan margin sehat di tengah fluktuasi pasar komoditas.

Namun demikian, meski fundamental keuangan tampak kokoh, pergerakan harga saham AADI mengalami koreksi signifikan. Dalam tiga bulan terakhir, saham AADI tercatat turun 29,10 persen, dan year-to-date terkoreksi 20,94 persen. 

Bahkan dalam waktu seminggu, saham ini melemah 5,30 persen. Harga saat ini juga berada jauh dari level tertinggi 52 minggunya, hanya di kisaran 31 persen dari high, yang menunjukkan bahwa pasar masih meragukan prospek jangka pendek emiten ini, mungkin karena sentimen eksternal seperti penurunan harga batu bara atau kebijakan ekspor global yang belum stabil.

Dari perspektif operasional, AADI mencatat total pendapatan TTM sebesar Rp103,87 triliun, dan laba bersih Rp22,53 triliun. Perusahaan memiliki kas sebesar Rp22,5 triliun dan hampir tidak memiliki utang jangka pendek yang berarti (Rp703 miliar). 

Dengan posisi net cash sebesar Rp13 triliun, perusahaan sangat likuid dan mampu menghadapi tekanan pasar dengan fleksibilitas tinggi. Rasio lancar (current ratio) sebesar 2,25 dan rasio cepat (quick ratio) sebesar 2,46 juga menunjukkan tingkat likuiditas yang sangat kuat.

Secara keseluruhan, fundamental AADI tergolong sangat solid, baik dari sisi profitabilitas, likuiditas, maupun efisiensi operasional. Nilai valuasinya yang sangat murah memberikan margin keamanan yang luas bagi investor jangka panjang. 

Meski ada tekanan jangka pendek di pasar saham, terutama akibat koreksi harga batu bara dan tekanan eksternal, kekuatan neraca dan kinerja laba bersih AADI membuatnya tetap menjadi salah satu saham batu bara unggulan di Bursa Efek Indonesia.

Investor yang mampu melihat peluang dari valuasi yang sangat murah ini bisa mempertimbangkan akumulasi secara bertahap, terlebih jika sentimen pasar batu bara kembali membaik di semester kedua 2025.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Yunila Wati

Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79