Logo
>

Laba AZKO Susut Jadi Rp141,60 Miliar di Kuartal I 2025

Penurun sudah sudah diperkirakan seiring dengan peningkatan biaya operasional yang disebabkan oleh pergeseran waktu pembayaran Tunjangan Hari Raya (THR) Idulfitri 2025

Ditulis oleh Hutama Prayoga
Laba AZKO Susut Jadi Rp141,60 Miliar di Kuartal I 2025
Barang-barang kebutuhan rumah tangga yang dijual di AZKO. (Foto: Dok. ahi.id)

KABARBURSA.COM - PT Aspirasi Hidup Indonesia Tbk atau AZKO (ACES) mencatat pertumbuhan penjualan yang positif pada kuartal I 2025. Namun di satu sisi, perusahaan mengalami penurunan laba pada dalam periode ini. 

Pada kuartal I 2025, AZKO mencetak pertumbuhan penjualan sebesar Rp2,14 triliun, tumbuh 7,2 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Manajemen menyampaikan, pencapaian ini didukung oleh pertumbuhan Same Store Sales Growth (SSSG) sebesar 2,2 persen. 

Sementara itu, laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk AZKO senilai Rp141,60 miliar, angka ini turun dibanding periode sebelumnya tahun lalu yang sebesar Rp204,82 miliar. 

Menurut manajemen  AZKO, penurun tersebut sudah diperkirakan seiring dengan peningkatan biaya operasional yang disebabkan oleh pergeseran waktu pembayaran Tunjangan Hari Raya (THR) Idulfitri 2025 dibandingkan tahun sebelumnya yang jatuh pada kuartal II, serta kenaikan pada biaya iklan dan promosi untuk kegiatan rebranding AZKO. 

Namun, jika melihat kinerja operasional di luar faktor THR, AZKO masih mencatatkan pertumbuhan laba operasi sekitar 4 persen. Manajemen tetap optimistis dapat membukukan pertumbuhan laba bersih yang positif untuk tahun penuh  2025.

Direktur AZKO Gregory Widjaja, melihat respon positif dari pelanggan terhadap peluncuran merek AZKO. Menurutnya, antusiasme pelanggan juga tercermin dari sambutan yang baik di setiap pembukaan toko baru di berbagai kota. 

"Dengan strategi yang mengedepankan relevansi terhadap kebutuhan pelanggan, perluasan jangkauan, serta penguatan pengalaman belanja yang seamless dan terintegrasi, kami yakin berada di jalur yang tepat untuk terus tumbuh secara berkelanjutan," ujarnya dalam keterangan tertulis, Jumat, 2 Mei 2025.

Gregory menyatakan di sisa sembilan bulan tahun 2025 ini, berbagai inisiatif telah disiapkan AZKO untuk memperkuat kapabilitas operasional sekaligus memperluas dampak positif, baik dari sisi bisnis maupun sosial. 

Sepanjang kuartal I 2025, perusahaan telah membuka empat toko AZKO di berbagai wilayah baru, termasuk kawasan Indonesia timur, Abepura, Papua, dan Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.

Adapun AZKO telah menetapkan alokasi belanja modal (capex) sebesar Rp250 – 300 miliar untuk tahun penuh 2025 dengan realisasi CapEx yang tercatat hingga akhir bulan Maret 2025 sebesar Rp43.55 miliar. 

Alokasi tersebut difokuskan untuk mendukung pengembangan bisnis berkelanjutan melalui ekspansi pembukaan 25 hingga 30 toko baru di berbagai wilayah Indonesia, serta inovasi konsep toko yang lebih solutif, inspiratif, dan berorientasi pada pelanggan. 

Untuk Apa Saja Laba Tersebut Digunakan?

AZKO berhasil membukukan kinerja positif sepanjang tahun 2024. Hal ini ditandai dengan pertumbuhan laba bersih dan pendapatan. 

Pada tahun lalu, AZKO mencatat kenaikan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp892 miliar atau tumbuh 15,8 persen dibanding periode serupa tahun lalu sebesar Rp770 miliar. 

Pertumbuhan turut dialami dari sektor penjualan bersih sebesar 12,6 persen menjadi Rp8,58 triliun. Catatan ini didukung meningkatnya permintaan produk, strategi branding dan pemasaran yang agresif, serta optimalisasi layanan omnichannel sebagai the future of retail. 

Adapun hingga akhir Desember 2024, AZKO mencatatkan Same Store Sales Growth (SSSG) tahunan sebesar 8,8 persen, melampaui panduan sebelumnya sebesar 8 persen dan lebih tinggi dari tahun sebelumnya sebesar 8,1 persen. 

Pertumbuhan tersebut didukung oleh peningkatan penjualan di luar Pulau Jawa yang mencatatkan SSSG sebesar 11,1 persen, sementara wilayah Jawa (di luar Jakarta) tumbuh 8,6 persen, dan Jakarta sendiri mencatat pertumbuhan 5,0 persen. 

Perusahaan juga berhasil membuka sejumlah toko baru, termasuk diantaranya dengan menjangkau delapan wilayah baru, yakni Banyuwangi, Garut, Banda Aceh, Tanjungpinang, Ternate, Palopo, Parepare, dan Bitung.

Gregory Widjaja mengatakan capaian ini mencerminkan performa perusahaan yang solid seiring dengan langkah strategis yang dilakukan dengan meluncurkan AZKO di awal tahun 2025. 

Ke depan, kata dia, pihaknya akan terus memperkuat ekosistem ritel yang terintegrasi dan memperluas jangkauan ke lebih banyak wilayah di Indonesia, baik secara fisik maupun omnichannel. 

"Kami optimis tahun ini akan menjadi momentum pertumbuhan yang lebih besar, menciptakan peluang baru, mendorong inovasi yang lebih luas, dan memberikan dampak positif yang berkelanjutan bagi masyarakat," ujar dia dalam keterangan tertulisnya, Kamis, 3 April 2025.

ACES Catat SSSG Terendah di Tengah Deflasi Nasional

Sebelumnya diberitakan, ACES mengalami pelemahan kinerja pada Januari 2025, terutama di wilayah Jakarta dan Jawa. Laporan terbaru dari Samuel Sekuritas Indonesia (SSI) menunjukkan bahwa pertumbuhan penjualan toko yang sama (SSSG) secara nasional mencatat angka terendah dalam 12 bulan terakhir, dengan wilayah Jakarta mengalami kontraksi sebesar 0,5 persen dibandingkan Januari 2024 yang masih tumbuh 3,8 persen.

“Pelemahan ini terutama disebabkan oleh daya beli masyarakat yang menurun serta dampak dari rebranding toko yang masih dalam proses adaptasi,” ujar analis dari SSI, Jonathan Guyadi, melalui risetnya, dikutip Senin, 3 Maret 2025.

Sementara itu, wilayah luar Jawa tetap menunjukkan performa yang lebih kuat dengan SSSG mencapai 8,1 persen, meningkat dari 6,1 persen pada Januari 2024. Momentum positif ini didorong oleh harga komoditas yang lebih tinggi dari perkiraan, yang meningkatkan daya beli masyarakat di daerah tersebut.

Penting untuk dicatat bahwa deflasi tersebut berdampak pada penurunan harga barang di beberapa sektor, namun juga mencatatkan kenaikan harga pada sektor kebutuhan pokok dan jasa. Hal ini mengindikasikan perubahan pola konsumsi, di mana masyarakat mungkin lebih fokus pada kebutuhan dasar, yang bisa memengaruhi penjualan barang-barang ritel non-esensial. Meski demikian, segmen produk seperti peralatan rumah tangga dan dapur masih menjadi pendorong utama penjualan ACES, menunjukkan ketahanan dalam kategori ini meskipun ada tekanan makroekonomi. 

Kategori produk yang masih menjadi pendorong utama kinerja AZKO adalah peralatan listrik, peralatan rumah tangga, perlengkapan rumah, dan peralatan dapur. Meski demikian, risiko pelemahan tetap ada, terutama akibat potensi depresiasi nilai tukar rupiah dan kebijakan pajak impor dari Tiongkok yang dapat berdampak pada daya beli konsumen dan profitabilitas perusahaan.

Secara makroekonomi, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat adanya deflasi sebesar 0,09 persen secara tahunan (yoy) pada Februari 2025 dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) berada di angka 105,48. Direktur Statistik Harga BPS, Dr. Windhiarso Ponco Adi, menyatakan bahwa deflasi ini dipicu oleh penurunan indeks pada kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 12,08 persen, serta kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan yang turun 0,26 persen.

Namun, beberapa kelompok pengeluaran justru mengalami inflasi, di antaranya makanan, minuman, dan tembakau yang naik 2,25 persen, serta kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya yang mencatat kenaikan signifikan sebesar 8,43 persen. 

"Kondisi ini menunjukkan adanya pergeseran pola konsumsi masyarakat, dengan tekanan pada sektor kebutuhan pokok serta jasa,” ujar Windhiarso.

Deflasi yang terjadi dapat menjadi tantangan bagi sektor ritel, terutama bagi perusahaan seperti AZKO yang mengandalkan daya beli konsumen untuk mendorong pertumbuhan penjualannya. Namun, harga komoditas yang lebih kuat seperti minyak kelapa sawit (CPO) berpotensi memberikan dampak positif bagi pendapatan masyarakat di daerah non-perkotaan, yang pada gilirannya dapat membantu kinerja AZKO di luar Jawa tetap bertahan.

Meski memiliki dasar yang kuat, ACES tetap harus menghadapi beberapa risiko eksternal yang berpotensi mempengaruhi kinerja jangka pendek dan jangka panjangnya. Salah satunya adalah fluktuasi nilai tukar rupiah, yang dapat berdampak pada biaya impor barang, mengingat banyak produk yang diperdagangkan oleh ACES mungkin dipengaruhi oleh nilai tukar dan kebijakan pajak impor, khususnya dari negara-negara besar seperti Tiongkok.

Selain itu, tren deflasi yang terjadi secara nasional berpotensi menurunkan daya beli masyarakat secara umum, yang dapat membatasi kemampuan konsumen untuk melakukan pembelian barang-barang ritel yang lebih mahal atau non-esensial.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Hutama Prayoga

Hutama Prayoga telah meniti karier di dunia jurnalistik sejak 2019. Pada 2024, pria yang akrab disapa Yoga ini mulai fokus di desk ekonomi dan kini bertanggung jawab dalam peliputan berita seputar pasar modal.

Sebagai jurnalis, Yoga berkomitmen untuk menyajikan berita akurat, berimbang, dan berbasis data yang dihimpun dengan cermat. Prinsip jurnalistik yang dipegang memastikan bahwa setiap informasi yang disajikan tidak hanya faktual tetapi juga relevan bagi pembaca.