KABARBURSA.COM - PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) menutup semester pertama 2025 dengan kinerja keuangan yang solid. Laba bersih perseroan sepanjang kuartal kedua mencapai Rp1,74 triliun, tumbuh 2,73 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.
Peningkatan laba ini terutama didorong oleh pertumbuhan pendapatan yang mencapai Rp6,08 triliun atau naik 13,9 persen secara tahunan. Margin laba bersih juga tetap terjaga dengan konsistensi di atas lima persen, tercatat 5,37 persen pada kuartal II 2025.
Kinerja fundamental BSI semakin lengkap dengan Return on Equity (RoE) di level 16,7 persen, yang menunjukkan kemampuan menghasilkan laba dari modal sendiri berada pada tingkat sehat. Dari sisi kualitas aset, risiko pembiayaan juga terjaga dengan rasio NPF hanya 1,87 persen, berada di level pruden untuk industri perbankan syariah.
Total pembiayaan yang disalurkan BSI mencapai Rp293 triliun atau tumbuh 13,8 persen year-on-year, dengan komposisi dominan pada segmen konsumen sebesar Rp145 triliun, naik 10,9 persen.
Pembiayaan UMKM tercatat Rp49,6 triliun (tumbuh 10,2 persen), sementara pembiayaan gadai melonjak signifikan 88,2 persen menjadi Rp16,9 triliun. Untuk segmen wholesale, perseroan menyalurkan Rp81,5 triliun, naik 11,9 persen dibanding tahun sebelumnya.
Tertekan Sebulan Full, Sinyal Jual Menguat
Meski fundamental memperlihatkan tren positif, performa saham BRIS justru berada dalam tekanan jangka pendek. Pada perdagangan Senin siang, 22 September 2025, saham BRIS ditutup di Rp2.600, turun tipis 0,38 persen.
Sinyal teknikal menunjukkan dominasi tekanan jual. Indikator utama seperti Relative Strength Index (RSI) berada di level 42,3, mendekati area oversold, menandakan momentum lemah.
MACD yang bernilai negatif (-33,7) menegaskan tren pelemahan, sementara ADX di 34,9 mengonfirmasi kekuatan tren turun. Mayoritas indikator lain, seperti CCI, ROC, dan Bull/Bear Power, juga menampilkan sinyal jual.
Moving Average memperlihatkan konsensus yang jelas, di mana seluruh MA, baik jangka pendek (MA5 dan MA10) maupun jangka menengah dan panjang (MA50, MA100, MA200), berada di bawah harga saat ini dengan sinyal jual.
Kondisi ini mengindikasikan tekanan masih berlanjut, dan pasar belum memberi ruang bagi pemulihan harga dalam waktu dekat.
Pivot point menunjukkan level support kuat di Rp2.536 hingga Rp2.586, sementara resistance berada di Rp2.636–Rp2.663. Selama harga tidak mampu menembus resistance tersebut, potensi tekanan jual masih dominan.
Melihat kondisi tersebut, investor yang sudah menikmati kenaikan harga BRIS di periode sebelumnya mungkin perlu mempertimbangkan strategi take profit dalam jangka pendek. Meskipun fundamental perusahaan sehat dan prospek pembiayaan tumbuh baik, sinyal teknikal harian yang menunjukkan "sangat jual" memberi peringatan bahwa koreksi harga masih mungkin berlanjut.
Investor jangka menengah dan panjang bisa tetap memegang saham ini berkat dukungan fundamental yang solid, namun untuk jangka pendek, disiplin manajemen risiko menjadi kunci.
Secara keseluruhan, BRIS menunjukkan dua wajah yang berbeda: fundamental yang kokoh dengan pertumbuhan laba dan pembiayaan yang konsisten, namun teknikal jangka pendek yang sarat tekanan.
Bagi investor, ini bisa menjadi momentum untuk mengamankan keuntungan sekaligus menunggu area support lebih rendah sebagai peluang masuk kembali.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.