KABARBURSA.COM - Laba bersih PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BBRI sepanjang semester I 2025 memang tak seindah yang diharapkan pasar. Dengan pencapaian sebesar Rp26,3 triliun, angka ini turun 12 persen dibanding periode yang sama tahun lalu dan juga menurun 8 persen secara kuartalan.
Capaian tersebut hanya merepresentasikan sekitar 46 persen dari proyeksi internal dan 45 persen dari estimasi konsensus analis.
Tekanan terbesar berasal dari naiknya biaya pencadangan kerugian kredit (Cost of Credit/CoC) yang mencapai 3,4 persen, sedikit melampaui batas atas panduan manajemen yang berada di kisaran 3,0%-3,2 persen.
Perlambatan kredit yang masih terjadi, khususnya di segmen mikro, membuat efisiensi CoC menjadi lebih sulit diraih.
Meski demikian, operasional inti BBRI tetap menunjukkan daya tahan. Pendapatan operasional sebelum provisi (PPOP) masih tumbuh tipis sebesar 2 persen dibanding tahun lalu. Pendapatan bunga bersih (NII) naik 3 persen secara tahunan, dan pendapatan non-bunga justru lebih impresif dengan kenaikan 6 persen, terutama dari komisi berbasis transaksi emas.
Hal ini menjadi bukti bahwa mesin bisnis BBRI tetap berjalan meski harus menghadapi tekanan dari sisi kualitas aset.
Margin bunga bersih (NIM) menjadi kabar baik lainnya. Di tengah turunnya Loan to Deposit Ratio (LDR) ke angka 85%, NIM justru naik menjadi 7,8 persen, ditopang oleh kenaikan imbal hasil aset dan perbaikan dalam komposisi aset produktif.
Biaya dana (Cost of Fund/CoF) relatif stabil di 3,6 persen, sementara komposisi dana murah atau CASA mengalami pertumbuhan kuat sebesar 11 persen secara tahunan. Ini menjadi indikasi bahwa sisi pendanaan BBRI kian membaik, dan menjadi fondasi penting untuk menjaga profitabilitas jangka menengah.
Pertumbuhan Kredit Capai Enam Persen
Pertumbuhan kredit BBRI sendiri sejauh ini mencapai 6 persen yoy, sedikit tertinggal dari target tahunan di kisaran 7 persen–9 persen. Pertumbuhan ini masih ditopang oleh segmen korporasi dan konsumer, yang masing-masing mencatatkan pertumbuhan 15,6 persen dan 9,4 persen secara tahunan.
Sebaliknya, segmen mikro — yang menjadi kekuatan historis BBRI — justru masih menunjukkan pelemahan. Kredit mikro hanya tumbuh 1,6 persen, bahkan kredit Kupedes turun 9 persen dibanding tahun lalu.
Hal ini sejalan dengan strategi manajemen yang kini lebih berhati-hati dan memprioritaskan kualitas kredit ketimbang ekspansi yang agresif.
Namun, ada secercah optimisme dari perbaikan kualitas portofolio mikro terbaru. Pinjaman Kupedes yang disalurkan pada 2024 menunjukkan performa yang jauh lebih sehat, dengan Loan at Risk (LAR) hanya sekitar 15 persen, turun drastis dari pinjaman tahun 2023 yang memiliki LAR hingga 40 persen.
Standar seleksi kredit (underwriting) yang lebih ketat kini mulai menunjukkan hasil positif. LAR secara keseluruhan pun mengalami penurunan menjadi 10,8 persen, lebih rendah dibanding 12,0 persen pada periode yang sama tahun lalu.
Sementara itu, Non Performing Loan (NPL) tetap stabil di angka 3,0 persen, dan cakupan LAR tetap terjaga di 53 persen.
Dari sisi valuasi, saham BBRI saat ini diperdagangkan di 1,8 kali nilai buku dan 9,9 kali rasio harga terhadap laba untuk proyeksi 2025. Ini berada di bawah rata-rata historis 10 tahun yang masing-masing berada di 2,4x dan 14,7x.
Dengan demikian, meski tekanan jangka pendek masih terasa, harga saham BBRI saat ini bisa dianggap cukup atraktif bagi investor jangka panjang yang mencari peluang di emiten perbankan dengan fondasi kokoh.
Teknikal BBRI Tunjukkan Sinyal Negatif: Jual?
Namun untuk saat ini, arah teknikal saham BBRI masih menunjukkan sinyal negatif. Hampir seluruh indikator teknikal utama berada di wilayah jual. MACD, ADX, Stochastic, hingga RSI semuanya menggambarkan tren penurunan.
Harga saham juga masih berada di bawah mayoritas moving average, termasuk MA50 dan MA200, yang menandakan tekanan jual masih mendominasi. Support teknikal berada di kisaran 3686–3713, dan jika level ini tembus ke bawah, tekanan bisa semakin dalam.
Sebaliknya, untuk mengonfirmasi pembalikan tren, harga harus menembus level resistance 3763–3786 secara meyakinkan.
Melihat kondisi ini, investor jangka pendek sebaiknya tetap berhati-hati dan menunggu konfirmasi pembalikan arah teknikal sebelum masuk kembali.
Namun bagi investor jangka panjang yang memiliki keyakinan terhadap fundamental BBRI, koreksi harga saat ini bisa menjadi kesempatan untuk mulai mengakumulasi saham secara bertahap.
Rekomendasi fundamental tetap berada di posisi “Buy”, didukung oleh perbaikan kualitas kredit mikro yang mulai terlihat dan pondasi pendanaan yang semakin solid.
Selama manajemen mampu menjaga momentum pemulihan ini, tekanan yang ada kemungkinan besar bersifat sementara. Dan seperti biasanya, kesabaran sering kali menjadi kunci untuk menuai hasil di pasar yang volatil seperti sekarang.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.