KABARBURSA.COM - PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) mencatatkan pendapatan sebesar Rp6,24 triliun hingga 30 September 2024, meningkat dari Rp6,03 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Menurut laporan keuangan yang dirilis Kamis, beban pokok penjualan turun menjadi Rp4,23 triliun dari sebelumnya Rp4,53 triliun. Hal ini mendorong kenaikan laba bruto menjadi Rp2,00 triliun dibandingkan dengan Rp1,50 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Seperti dalam keterangan resmi di Jakarta, Kamis 24 Oktober 2024.
Laba usaha juga mengalami peningkatan signifikan, mencapai Rp1,52 triliun dibandingkan dengan Rp913,50 miliar pada tahun sebelumnya. Sementara itu, laba sebelum pajak naik menjadi Rp2,02 triliun dari Rp1,34 triliun di tahun sebelumnya.
Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk tercatat sebesar Rp1,61 triliun, naik dari Rp1,10 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Di sisi lain, total liabilitas TAPG meningkat menjadi Rp2,94 triliun hingga 30 September 2024, dari Rp2,52 triliun pada 31 Desember 2023. Total aset juga naik menjadi Rp14,08 triliun dari Rp13,86 triliun pada akhir tahun 2023.
Performa Pasar Beragam
Harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) menunjukkan performa beragam namun cenderung melemah di berbagai pasar. Namun penurunan kinerja komoditas ini tampaknya tak memengaruhi kinerja sejumlah emiten perkebunan kelapa sawit.
Di pasar Spot Rotterdam, harga CPO turun 3,32 persen menjadi USD 1.020 per metrik ton pada perdagangan Selasa, 23 Juli 2024, dari penutupan sehari sebelumnya.
Harga kontrak CPO di Bursa Malaysia Derivatives (BMD) mayoritas turun pada Kamis, 24 Juli 2024. Hal itu seiring pelemahan harga minyak kedelai. Kontrak berjangka CPO untuk Agustus 2024 naik MYR16 menjadi MYR4.008 per ton. Untuk kontrak berjangka CPO September 2024 terkerek MYR1 menjadi MYR3.950 per ton.
Sementara itu, kontrak berjangka CPO Oktober 2024 turun MYR7 menjadi MYR3.918 per ton. Kontrak berjangka CPO November 2024 berkurang MYR10 menjadi MYR3.902 per ton.
Sedangkan kontrak berjangka CPO Desember 2024 melemah MYR10 menjadi MYR3.904 per ton. Kontrak berjangka CPO Januari 2025 jatuh MYR10 menjadi MYR3.916 per ton.
Lebih lanjut, dibandingkan perdagangan awal tahun, harga CPO di Pasar Spot hari ini naik 12,71 persen (year to date/ytd). Demikian pula dibandingkan periode yang sama, secara tahunan harga CPO telah naik 3,03 persen (year on year/yoy).
Emiten Kelapa Sawit
PT Triputra Agro Persada Tbk, sebuah emiten CPO, mencatat peningkatan laba sebesar 107 persen menjadi Rp966 miliar selama semester I 2024.
Menurut laporan keuangan, TAPG mencatatkan pendapatan dari kontrak dengan pelanggan sebesar Rp4,07 triliun, meningkat 8,07 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp3,77 triliun. Peningkatan ini didorong oleh kenaikan harga CPO sebesar 7 persen.
TAPG juga berhasil mengurangi beban pokok produksi sebesar 5 persen, yang terutama disebabkan oleh penurunan harga pupuk. Dengan kinerja ini, TAPG mencatatkan laba bersih Rp966 miliar, meningkat 105,6 persen dibandingkan semester I 2023 yang sebesar Rp469,8 miliar.
Presiden Direktur TAPG, Tjandra Karya Hermanto, menjelaskan bahwa pada kuartal II 2024 produksi TBS TAPG meningkat 4 persen dibandingkan periode sebelumnya. TAPG tetap fokus pada praktik pertanian yang baik dan infrastruktur pendukung untuk memastikan kelancaran produksi dan pengiriman dalam segala kondisi iklim pada paruh kedua 2024.
“Harga CPO pada semester I 2024 tetap tinggi karena pasokan minyak nabati dunia belum meningkat signifikan. Dengan pencapaian produksi saat harga masih tinggi, perusahaan optimistis dapat mencatat pertumbuhan kinerja positif hingga akhir tahun,” kata Tjandra.
Secara operasional, Tjandra menjelaskan bahwa dampak El Nino yang terjadi tahun lalu masih terasa hingga semester I 2024. TAPG bersama entitas asosiasinya memproduksi TBS sebesar 1,39 juta ton sepanjang semester I 2024, mengalami penurunan 2 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Musim CPO Ke Fase Panen Raya
Produksi CPO TAPG pada paruh pertama tahun ini sebesar 445.000 ton, turun 3 persen, dan produksi palm kernel sebesar 91.000 ton. “Dampak El Nino tahun lalu masih dirasakan hingga kuartal II 2024, sehingga produksi masih terpengaruh. Namun, perusahaan melihat produksi akan mulai meningkat pada kuartal III 2024, dan semester kedua akan lebih tinggi dibandingkan semester pertama,” jelasnya.
Tjandra menyebutkan bahwa peningkatan produksi ini disebabkan oleh masuknya CPO ke fase panen raya dan iklim yang lebih kondusif akibat La Nina. “Perusahaan optimistis harga akan tetap stabil pada level yang tinggi dengan permintaan yang baik, terutama dari negara-negara konsumen CPO dan domestik untuk program biodiesel,” tambahnya.
Dia melanjutkan bahwa selama semester I 2024, TAPG telah memperkuat infrastruktur seperti jalan, jembatan, dan fasilitas akses lainnya. Langkah ini dilakukan untuk mengatasi tantangan logistik akibat La Nina yang menyebabkan kondisi lebih basah, sekaligus memastikan perusahaan tetap optimal dalam proses produksi dan pengiriman produk.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.