KABARBURSA.COM - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk mencatatkan pertumbuhan laba bersih sebesar 4 persen secara tahunan (year on year) pada kuartal pertama tahun 2025 menjadi Rp13,2 triliun. Meski secara kuartalan (quarter on quarter) menurun sekitar 4 persen dibandingkan akhir tahun lalu, kinerja ini masih berada dalam jalur ekspektasi pasar dengan realisasi sekitar 23 persen dari estimasi laba konsensus tahunan.
Pertumbuhan laba Mandiri tersebut sebagian besar ditopang oleh kenaikan pendapatan non-bunga yang melonjak 15 persen secara tahunan, melampaui laju pertumbuhan pendapatan bunga bersih yang hanya tumbuh 6 persen pada periode yang sama. Hal ini mengindikasikan strategi diversifikasi sumber pendapatan yang terus diperkuat oleh perseroan di tengah tekanan margin bunga yang belum mereda.
Kualitas aset Bank Mandiri tetap menjadi sorotan positif dalam laporan keuangan kuartal pertama 2025. Rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) berada di level stabil 1,2 persen, tidak berubah dari periode yang sama tahun lalu dan hanya sedikit naik dari posisi akhir tahun 2024 yang berada di angka 1,1 persen. Rasio loan at risk (LAR) tercatat sebesar 7,2 persen, meningkat dari 6,8 persen pada akhir tahun lalu, namun tetap lebih rendah dibanding posisi tahun sebelumnya di 8,4 persen.
Peningkatan ini menurut manajemen disebabkan oleh proses restrukturisasi sementara dari sejumlah nasabah korporasi, terutama di sektor nikel yang saat ini tengah mengalami tekanan harga komoditas global. Meski rasio credit cost atau biaya pencadangan berada di angka rendah 0,9 persen, manajemen Bank Mandiri tetap mempertahankan panduan tahunan di kisaran 1 hingga 1,2 persen sebagai langkah antisipatif terhadap ketidakpastian ekonomi global dan tekanan eksternal lainnya.
Namun demikian, performa margin bunga bersih atau NIM Mandiri masih tertekan. NIM Mandiri tercatat turun menjadi 4,8 persen pada kuartal pertama 2025, dari 5,1 persen di periode yang sama tahun lalu dan 5,3 persen pada kuartal sebelumnya. Penurunan ini disebabkan oleh kenaikan biaya dana atau cost of fund (CoF) menjadi 2,38 persen, naik dari 2,07 persen pada tahun sebelumnya, seiring dengan strategi Mandiri dalam menjaga likuiditas di tengah kondisi pasar uang yang relatif ketat.
Penurunan yield pinjaman atau loan yield menjadi 7,64 persen dari sebelumnya 7,73 persen juga turut menekan NIM Mandiri, terutama karena penurunan tingkat bunga acuan global seperti SOFR yang berdampak pada segmen kredit korporasi. Meski demikian, manajemen tetap optimistis bahwa tekanan NIM hanya bersifat temporer.
Dalam paparan kinerja terkini, Bank Mandiri menyampaikan bahwa pemulihan margin bunga diharapkan terjadi pada semester kedua 2025, seiring dengan potensi pelonggaran suku bunga Bank Indonesia dan meningkatnya belanja fiskal pemerintah yang dapat memperbaiki kondisi likuiditas perbankan nasional.
Dari sisi efisiensi, Bank Mandiri mencatatkan lonjakan beban operasional sebesar 16 persen secara tahunan menjadi Rp15,2 triliun. Kenaikan ini terutama disebabkan oleh peningkatan biaya tenaga kerja sebesar 19 persen, yang mencerminkan kebijakan pemberian insentif dan bonus kepada unit-unit regional guna mendorong pertumbuhan dana murah atau CASA.
Langkah strategis ini penting untuk mengurangi ketergantungan terhadap simpanan berjangka yang berbiaya tinggi. Rasio cost-to-income (CIR) Bank Mandiri tercatat sebesar 40,8 persen, naik dari 38,2 persen pada periode yang sama tahun lalu, namun manajemen menegaskan bahwa target CIR hingga akhir tahun tetap dijaga agar tidak melebihi batas 40 persen seperti yang dicapai sepanjang tahun 2024.
Valuasi Saham dan Teknikal BMRI
Dari sisi pasar, saham BMRI pada perdagangan Jumat, 2 Mei 2025, diperdagangkan menguat sebesar 1,02 persen ke level Rp4.940. Saham BMRI ini dipandang masih memiliki ruang apresiasi lebih lanjut mengingat posisinya dalam sejumlah metrik valuasi yang atraktif. Rasio price to earnings (PE) tahunan saat ini berada di kisaran 8,73 kali, dengan PE trailing di angka 8,19 kali.
Sementara itu, proyeksi PE forward tercatat sebesar 7,86 kali, masih lebih rendah dibanding median PE IHSG yang berada di kisaran 8,21 kali. Dengan earnings yield mencapai 12,21 persen dan rasio price to book value sebesar 1,81 kali, saham Bank Mandiri menawarkan kombinasi antara valuasi konservatif dan fundamental yang solid.
Kinerja teknikal saham BMRI turut mengindikasikan sinyal positif. Berdasarkan indikator teknikal terkini per 2 Mei 2025 pukul 11.15 WIB, mayoritas sinyal mengarah ke posisi strong buy. Dari 13 indikator teknikal utama, sembilan menyarankan posisi beli, satu netral, dan hanya satu memberikan sinyal jual.
Beberapa indikator yang menguatkan sinyal bullish antara lain RSI(14) di level 56,79 (buy), MACD positif sebesar 11,20 (buy), dan ADX(14) di angka 31,65 (buy), menandakan tren penguatan yang cukup kuat. Williams %R berada di zona -25, menunjukkan harga mendekati area overbought namun masih dalam momentum positif. Indikator CCI(14) di level 91,18 dan ROC sebesar 0,61 juga mendukung prospek penguatan harga dalam jangka pendek.
Dari sisi moving averages (MA), seluruh indikator baik simple maupun eksponensial, termasuk MA5 hingga MA200, menyatakan sinyal beli. Harga saat ini berada di atas seluruh rata-rata pergerakan utama, termasuk MA20 di kisaran Rp4.908 dan MA100 di Rp4.825. Kombinasi tersebut memperkuat tren naik jangka menengah saham BMRI. Harga juga bergerak di atas semua pivot point utama, dengan level support terdekat berada di Rp4.920 dan resistance potensial di sekitar Rp4.980 hingga Rp5.000, sesuai dengan level pivot klasik dan fibonacci.
Namun demikian, beberapa candlestick pattern jangka pendek mengindikasikan sinyal konsolidasi atau potensi koreksi teknikal minor. Pola seperti "Abandoned Baby Bearish", "Evening Doji Star", dan "Evening Star" pada grafik 5 jam yang muncul pada 24 April 2025 patut dicermati sebagai sinyal potensi tekanan jual jangka pendek. Meski begitu, pola bullish seperti "Three Outside Up" dan "Morning Doji Star" yang telah terbentuk dalam beberapa pekan terakhir menunjukkan bahwa minat beli masih mendominasi dalam tren jangka menengah.
Dari sudut volatilitas, indikator ATR (Average True Range) sebesar 34,28 mengindikasikan tingkat fluktuasi yang tinggi, sesuai dengan dinamika pasar dalam periode pelaporan keuangan dan kondisi makro yang belum sepenuhnya stabil. Namun tingginya volume transaksi, dengan nilai mencapai Rp340,2 miliar dan rata-rata volume harian sebesar 244 juta saham, menunjukkan bahwa likuiditas saham BMRI tetap terjaga dan menjadikannya salah satu pilihan utama bagi investor institusi.
Dengan EPS tahunan sebesar Rp565,60 dan EPS trailing Rp602,98, serta dukungan teknikal yang solid dan valuasi relatif murah, saham Bank Mandiri diposisikan sebagai kandidat menarik untuk akumulasi jangka menengah. Apabila strategi peningkatan CASA yang dicanangkan perseroan berhasil menurunkan cost of fund dalam dua kuartal ke depan, maka pemulihan NIM Mandiri berpeluang memperkuat fundamental dan harga saham lebih lanjut. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.