Logo
>

Laba TINS Menyusut Liabilitas Jangka Pendek jadi Sorotan

Laba PT Timah Tbk (TINS) turun 33,71 persen menjadi Rp602,4 miliar di 9M25. Kenaikan liabilitas jangka pendek dan margin yang menyempit menekan fundamental, sementara pasar mencermati potensi rebound teknikal.

Ditulis oleh Yunila Wati
Laba TINS Menyusut Liabilitas Jangka Pendek jadi Sorotan
Aktivitas PT Timah Tbk. Foto: Dok Perusahaan.

KABARBURSA.COM – Dalam laporan kinerja bulanan (9M25) yang disampaikan PT Timah Tbk (TINS), laba susut sebanyak 33,71 persen menjadi Rp602,42 miliar. Penyusutan ini berdampak pada liabilitas jangka pendek perusahaan. Pertanyaannya, dengan laba yang turun ini mampukan TINS membayar utang-utang jangka pendeknya?

Pelemahan laba ini juga sejalan dengan susutnya pendapatan sebesar 20 persen ke Rp6,60 triliun. Alhasil, ruang margin ikut tergerus meski beban pokok sudah ditekan. 

Kualitas pendapatan ini terlihat dari margin kotor yang turun dari sekitar 26,7 persen di 9M24 menjadi ±23,2 persen di 9M25, dan margin sebelum pajak yang menyempit dari ±15,2 persen ke ±12,3 persen. 

Pada basis bersih, margin laba turun dari ±11,0 persen ke ±9,1 persen. Dengan EPS dasar menyusut dari Rp122 menjadi Rp81 per saham, valuasi pasar akan cenderung lebih ketat. Di sini, investor akan menuntut bukti perbaikan margin atau volume agar rerating bisa berlanjut.

Total Aset Naik Dibarengi Kenaikan Utang

Dari sisi neraca, total aset memang naik ke Rp13,69 triliun, terutama karena piutang dan persediaan yang menumpuk hingga Rp7,25 triliun. Namun kenaikan liabilitas, khususnya jangka pendek, juga signifikan, yaitu dari Rp2,71 triliun menjadi Rp4,08 triliun. 

Kombinasi persediaan/piutang yang besar dengan utang usaha dan pinjaman bank jangka pendek yang naik menyiratkan tekanan modal kerja dan siklus kas yang memanjang. Ini bukan tanda bahaya yang pasti, tetapi meningkatkan sensitivitas TINS terhadap volatilitas harga timah dan kecepatan penagihan.

Pasar biasanya memberi diskon valuasi ketika profil kewajiban jangka pendek membengkak tanpa kompensasi pertumbuhan pendapatan.

Di lantai bursa, reaksi hari ini mencerminkan tarik-menarik dua kubu. Harga terakhir berada di Rp2.670, turun tipis 0,37 persen setelah sempat menyentuh Rp2.700 di sisi atas dan merosot sedalam Rp2.420 intraday, dengan rata-rata transaksi di Rp2.548. 

Artinya, tekanan jual sempat dominan di sesi bawah, tetapi ada minat beli yang mengangkat harga kembali mendekati penutupan kemarin. Likuiditasnya yang tinggi, di mana nilai transaksi Rp339,3 miliar, volume 1,33 juta lot, dan 23.632 kali transaksi, menjadi aktivitas yang padat untuk hari dengan sentimen fundamental kurang mendukung. 

Arus asing cenderung menekan. Foreign buy sebesar Rp19,8 miliar, berbanding dengan foreign sell Rp77,5 miliar, sehingga terjadi net sell asing sekitar Rp57,7 miliar.

Antrean Jual Lebih Besar dari Beli

Orderbook menggambarkan lanskap yang berhati-hati. Total antrean offer lebih tebal daripada bid (±240,7 ribu lot vs ±205,9 ribu lot), membentuk “plafon” di area Rp2.680–Rp2.700. Di bawahnya, dukungan bid berlapis dari Rp2.550–Rp2.600 menunjukkan adanya buyer yang siap menyerap pelemahan terukur. 

Spread di penutupan sempit (Rp2.670–Rp2.680), tetapi tumpukan offer di Rp2.700 ke atas berpotensi menjadi resistansi awal. Dengan ARA masih jauh di Rp3.330 dan ARB di Rp2.270, ruang volatilitas besar tetap terbuka jika sentimen berubah cepat.

Diterjemahkan ke prospek jangka pendek, kombinasi penurunan laba, margin yang menyempit, dan beban jangka pendek yang naik, cenderung membatasi kenaikan agresif TINS sampai ada katalis perbaikan.

Katalis tersebut baik dari pemulihan harga timah, normalisasi modal kerja, atau percepatan penjualan yang mengurangi piutang/persediaan. 

Namun perilaku harga intraday yang sempat memantul dari low dalam dan ditutup mendekati level kemarin, menandakan masih ada pelaku yang menganggap penurunan ini sebagai kesempatan trading jangka pendek. 

Selama offer tebal di area Rp2.700 dapat ditembus dengan volume yang sehat, potensi relief rally tetap ada. Sebaliknya, jika tekanan asing berlanjut dan dukungan bid di area Rp2.550–Rp2.600 jebol, pasar bisa kembali menguji area bawah mendekati rata-rata transaksi hari ini. 

Dalam kondisi seperti ini, TINS berada di fase “pembuktian”, di mana fundamental meminta kehati-hatian, sementara tape market memberi ruang manuver bagi trader yang disiplin.(*)

Disclaimer:
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Yunila Wati

Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79