KABARBURSA.COM – Kinerja PT Gowa Makassar Tourism Development Tbk (GMTD) sepanjang 2025 belum menunjukkan tanda perbaikan berarti.
Emiten pengembang kawasan Tanjung Bunga, Makassar, itu kembali menghadapi penurunan pendapatan dan perlambatan proyek, sementara laporan keuangan kuartal III belum juga dirilis hingga awal November.
Berdasarkan laporan keuangan terakhir, pendapatan per Maret 2025 hanya mencapai Rp66,84 miliar, turun 69,7 persen dibandingkan Rp220,59 miliar pada periode sama tahun lalu. Laba bersih merosot menjadi Rp4,62 miliar dari sebelumnya Rp120,08 miliar.
Pelemahan ini terutama disebabkan oleh penurunan pengakuan pendapatan dari penjualan lahan. Beban pokok penjualan tetap tinggi mencapai Rp41,78 miliar, atau setara 62,5 persen dari pendapatan, meski aktivitas penjualan melambat.
Pada periode sama tahun lalu, beban pokok penjualan mencapai Rp117,33 miliar, sehingga efisiensi tidak cukup untuk menahan penurunan margin.
Kinerja juga ditekan oleh kenaikan beban usaha. Biaya penjualan dan pemasaran tercatat Rp5,84 miliar, naik dari Rp3,02 miliar pada Maret tahun lalu.
Biaya umum dan administrasi mencapai Rp12,34 miliar, juga meningkat dibanding Rp8,15 miliar sebelumnya. Kenaikan terbesar berasal dari biaya pemeliharaan kawasan dan beban gaji karyawan yang naik hampir 30 persen dari tahun lalu.
Secara total, beban usaha kuartal I/2025 mencapai Rp18,18 miliar atau 27,2 persen dari pendapatan. Akibatnya, laba usaha turun menjadi Rp6,88 miliar dari Rp95,26 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Dari sisi bisnis, GMTD masih bergantung pada penjualan kavling komersial dan residensial. Tidak ada sumber pendapatan baru yang signifikan dari sewa atau jasa pengelolaan properti.
Kondisi pasar properti Makassar yang masih lesu memperparah situasi, ditambah dengan biaya konstruksi yang terus meningkat di atas inflasi umum.
Selain itu, sebagian lahan pengembangan GMTD masih terhambat sengketa hukum dengan pihak individu dan instansi pemerintah, termasuk Badan Pertanahan Nasional (BPN) Makassar. Sengketa ini menyebabkan proyek baru tertunda, dan area yang seharusnya menghasilkan pendapatan belum dapat diakui.
Secara neraca, kondisi keuangan GMTD masih terlihat kuat. Total aset per Maret 2025 sebesar Rp1,28 triliun dengan ekuitas Rp835,7 miliar dan liabilitas Rp445,4 miliar.
Kas dan setara kas meningkat menjadi Rp83,88 miliar dari Rp78,4 miliar di akhir 2024. Rasio utang terhadap ekuitas di kisaran 0,53 kali masih tergolong rendah.
Namun, laporan tahunan 2024 juga menunjukkan tren serupa: beban meningkat tanpa diimbangi pertumbuhan signifikan. P
endapatan 2024 mencapai Rp409,30 miliar dengan laba bersih Rp136,85 miliar, sementara beban pokok penjualan Rp259,74 miliar atau 63,4 persen dari pendapatan. Beban umum dan administrasi naik menjadi Rp48,32 miliar dari Rp42,91 miliar pada 2023.
Arus kas operasi 2024 mencapai Rp78,78 miliar, naik hampir dua kali lipat dari Rp40,21 miliar pada 2023. Namun kenaikan ini lebih disebabkan oleh pengendalian kas dan perlambatan belanja proyek, bukan karena peningkatan penjualan.
Tanah untuk pengembangan masih menjadi aset terbesar, senilai Rp290,88 miliar per Maret 2025, turun dari Rp346 miliar pada 2023. (*)