KABARBURSA.COM - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) menargetkan pertumbuhan kredit di kisaran 8–10 persen, lebih rendah dari perkiraan awal yang dipatok pada rentang 8–12 persen.
Dalam Result Presentation kuartal II-2025 yang dirilis di Jakarta, Jumat 19 September 2025, hingga akhir Juni 2025 bank milik negara ini mencatat kenaikan kredit 11 persen secara tahunan. Manajemen optimistis ekspansi kredit akan lebih kuat di paruh kedua, sejalan dengan strategi repricing pinjaman serta konsentrasi pada segmen rantai nilai yang dinilai tahan banting.
Meski demikian, tantangan tidak kecil. Tekanan biaya operasional melonjak 25 persen (y-o-y) pada Semester I-2025, diperparah kondisi likuiditas yang ketat sehingga menekan biaya dana (cost of fund/CoF). Dampaknya, rasio biaya terhadap pendapatan (CIR) merangkak naik hingga 44,5 persen.
Di sisi lain, kualitas aset terjaga. Rasio kredit bermasalah (NPL) tetap stabil di level 1,24 persen, sementara Loan at Risk (LAR) membaik ke 6,92 persen. Pendapatan non-bunga (NII) turut menopang kinerja dengan pertumbuhan 7,82 persen (y-o-y), terutama dari bisnis treasury dan layanan digital berbasis fee.
Dengan kombinasi kualitas aset yang solid, yield pinjaman yang meningkat ke 7,86 persen pada Kuartal II-2025, serta peluang percepatan penyaluran kredit di semester berikutnya, BMRI percaya diri dapat mencapai target pertumbuhan kredit 10 persen di Tahun Buku 2025.
Sepanjang Semester I-2025, pertumbuhan kredit 11 persen (y-o-y) masih sesuai proyeksi awal di rentang 8–12 persen. Net interest margin (NIM) tercatat 4,92 persen. Manajemen pun menurunkan panduan NIM FY25 menjadi 4,8–5 persen, dari sebelumnya 4,8–5,2 persen.
Dari sisi risiko, cost of credit (CoC) Semester I-2025 berada di level 0,77 persen. Dengan hasil tersebut, perseroan menyesuaikan panduan CoC sepanjang 2025 di kisaran 0,8–1 persen, lebih rendah dari perkiraan awal 0,8–1,2 persen.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.