KABARBURSA.COM - Dalam sebulan terakhir, rupiah terus mengalami pelemahan, namun pada akhir pekan ini, rupiah di pasar spot berhasil menguat sebesar 44 poin atau naik 0,28 persen menjadi Rp 15.848 per dolar Amerika Serikat (AS).
Sementara itu, dalam satu pekan, rupiah masih mengalami penurunan sebesar 0,16 persen dari penutupan pekan sebelumnya di level Rp 15.873 per dolar AS.
Pengamat Komoditas dan Mata Uang Lukman Leong, tekanan terhadap rupiah lebih banyak berasal dari faktor eksternal, seperti belum diturunkannya suku bunga oleh Bank Sentral AS, Federal Reserve, yang membuat selisih suku bunga dengan Indonesia menjadi lebih kecil.
"Penurunan yield obligasi AS dalam sebulan terakhir juga memberikan sentimen negatif terhadap rupiah. Investor cenderung beralih ke obligasi AS yang lebih menarik, mengakibatkan arus keluar modal dari negara-negara berkembang, termasuk Indonesia," katanya Minggu 7 April 2024.
Di sisi lain, Lukman menyebut sentimen dari dalam negeri juga berpengaruh, terutama dengan adanya momen puasa Ramadan dan Lebaran Idul Fitri. Lonjakan pengeluaran masyarakat selama periode ini dapat memicu kenaikan inflasi.
Lukman memperkirakan bahwa jika Bank Indonesia (BI) tidak menaikkan suku bunga, rupiah berpotensi untuk mencapai Rp 16.000 per dolar AS. Namun, jika BI terus melakukan intervensi, cadangan devisa Indonesia akan terus berkurang.
Meskipun begitu, Lukman meyakini bahwa paling tidak depresiasi rupiah kemungkinan besar dapat diredam hingga Lebaran mendatang. "Diproyeksi bahwa rupiah masih akan berada di bawah tekanan dolar AS dalam pekan depan dengan kisaran pergerakan antara Rp 15.600 hingga Rp 16.000 per dolar AS," terangnya.
Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, juga menyatakan bahwa rupiah cenderung melemah dalam sebulan terakhir, terutama karena indikator manufaktur AS yang menguat. "Menjelang libur panjang seperti saat ini, rupiah cenderung mengalami apresiasi dan memangkas pelemahan di awal pekan," ungkap dia.
Josua juga mencatat bahwa dolar AS sendiri cenderung stagnan dan sedikit melemah hingga Jumat (5/4) sore ini. Selain itu, data cadangan devisa juga menunjukkan penurunan yang lebih besar dari perkiraan.
Ia memprediksi bahwa setelah libur Lebaran, pergerakan rupiah akan sangat dipengaruhi oleh tingkat pengangguran dan inflasi AS, dengan perkiraan pergerakan rupiah di kisaran Rp 15.800 hingga Rp 15.950 pada Minggu 14 April setelah libur panjang.