Logo
>

Likuiditas BBNI Masih jadi Tantangan di Tengah Naiknya Laba

Total laba bersih bank selama dua bulan pertama tahun 2025 (2M25) mencapai Rp3,3 triliun, naik 8,3 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

Ditulis oleh Yunila Wati
Likuiditas BBNI Masih jadi Tantangan di Tengah Naiknya Laba
Gedung Bank Negara Indonesia. Foto: Dok Perusahaan

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Bank Negara Indonesia atau BBNI, berhasil mencatatkan kinerja yang cukup solid sepanjang Februari 2025 dengan perolehan laba bersih sebesar Rp1,7 triliun, meningkat 7 persen secara tahunan (YoY) dan 2,1 persen secara bulanan (MoM). 

    Dengan pencapaian ini, total laba bersih bank selama dua bulan pertama tahun 2025 (2M25) mencapai Rp3,3 triliun, naik 8,3 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Hasil ini sejalan dengan proyeksi pertumbuhan laba bersih konsolidasi tahun 2025 yang diperkirakan mencapai 8,8 persen YoY.

    Dari sudut pandang kinerja, Edi Chandren dari Stockbit Sekuritas mengatakan, BBNI menunjukkan hasil yang beragam. Salah satu faktor utama yang mendorong pertumbuhan laba bersih adalah turunnya biaya kredit (Cost of Credit/CoC), yang mencerminkan manajemen risiko yang lebih baik dan kualitas aset yang membaik. 

    Namun, di sisi lain, tekanan terhadap Net Interest Margin (NIM) akibat kondisi likuiditas yang ketat masih menjadi tantangan bagi bank.

    Penurunan Cost of Credit ke Level Terendah Sejak 2022

    Sepanjang Februari 2025, CoC BBNI turun menjadi 0,73 persen, dibandingkan 0,99 persen pada Februari 2024 dan 0,82 persen pada Januari 2025. Secara kumulatif, CoC selama 2M25 berada di level 0,77 persen, jauh lebih rendah dibandingkan 1,06 persen pada periode yang sama tahun sebelumnya. Angka ini bahkan lebih baik dibandingkan target tahunan yang dipatok oleh manajemen di kisaran 1%.

    Penurunan CoC ini berkontribusi pada turunnya beban provisi yang hanya mencapai Rp455 miliar pada Februari 2025, atau turun 19 persen YoY dan 12 persen MoM. Secara keseluruhan, beban provisi dalam dua bulan pertama 2025 turun 20 persen dibandingkan tahun sebelumnya. 

    Ini menunjukkan bahwa bank berhasil menjaga kualitas kreditnya dengan lebih baik, sehingga meminimalkan risiko kredit bermasalah.

    NIM Tertekan Akibat Ketatnya Likuiditas

    Di tengah pencapaian positif dari sisi beban kredit, tekanan terhadap Net Interest Income (NII) menjadi salah satu faktor yang perlu diwaspadai. Pada Februari 2025, NII BBNI hanya tumbuh tipis sebesar 1,8 persen YoY menjadi Rp2,9 triliun, bahkan mengalami penurunan 8 persen dibandingkan bulan sebelumnya. 

    Sebaliknya, pendapatan non-bunga tumbuh lebih kuat dengan kenaikan 12 persen YoY dan 5,1 pers n MoM, meskipun beban operasional juga meningkat 9,7 persen YoY.

    Dinamika ini berdampak pada Pre-Provision Operating Profit (PPOP), yang hanya mengalami pertumbuhan tipis 1,8 persen YoY dan sedikit menurun 1,6 persen MoM. Salah satu faktor utama yang membebani NII adalah melemahnya NIM, yang turun menjadi 3,44 persen pada Februari 2025, dibandingkan 3,52 persen pada Februari 2024 dan 3,71 persen pada Januari 2025. 

    Secara akumulatif, NIM selama dua bulan pertama 2025 berada di angka 3,58 persen, lebih rendah dibandingkan 3,64 persen pada periode yang sama tahun sebelumnya.

    Penurunan ini menjadi perhatian serius karena NIM BBNI sudah berada di bawah target tahunan yang ditetapkan manajemen, yakni 4–4,2 persen. Bank sebelumnya memang telah mengantisipasi bahwa NIM akan tetap lemah sepanjang semester pertama 2025 akibat ketatnya likuiditas, sebelum diperkirakan mulai membaik pada semester kedua tahun ini.

    Pertumbuhan Kredit Stabil, Likuiditas Masih Menjadi Tantangan

    Dari sisi penyaluran kredit, BBNI mencatatkan pertumbuhan sebesar 10,2 persen YoY hingga Februari 2025, sedikit lebih rendah dibandingkan 10,3 persen pada Januari 2025 dan 10,7 persen pada akhir 2024. Angka ini masih berada dalam rentang target tahunan yang ditetapkan manajemen, yakni 8–10 pers n YoY.

    Sementara itu, Dana Pihak Ketiga (DPK) mulai menunjukkan pemulihan setelah sempat mengalami pertumbuhan negatif dalam dua bulan terakhir. Pada Februari 2025, DPK tercatat naik 1% YoY, membalikkan tren negatif dari Januari 2025 (-0,1 persen YoY) dan Desember 2024 (-1,1 persen YoY).

    Namun, meskipun DPK berbalik positif, pertumbuhannya masih tertinggal dibandingkan ekspansi kredit, yang menyebabkan rasio Loan-to-Deposit Ratio (LDR) BBNI tetap tinggi di level 95,7 persen. Ini jauh lebih tinggi dibandingkan 87,8 persen pada Februari 2024 dan sedikit lebih rendah dibandingkan 96,8 persen pada Januari 2025.

    Dengan LDR yang masih berada di level tertinggi di antara empat bank besar di Indonesia, likuiditas tetap menjadi isu utama yang perlu dicermati. Bank perlu memastikan bahwa strategi pengelolaan dana yang diterapkan dapat menopang pertumbuhan kredit tanpa memperburuk tekanan likuiditas yang sudah ada.

    Kinerja Stabil, Tantangan Likuiditas Perlu Diwaspadai

    Secara keseluruhan, BBNI menunjukkan kinerja yang cukup solid dengan pertumbuhan laba bersih yang stabil dan penurunan CoC yang signifikan. Namun, tantangan tetap ada, terutama dari sisi NIM yang masih berada di bawah target dan tekanan likuiditas yang tinggi.

    Investor perlu mencermati bagaimana strategi bank dalam mengelola likuiditas dan menjaga pertumbuhan kredit yang sehat dalam beberapa bulan ke depan. Jika tekanan terhadap NIM dan likuiditas dapat dikelola dengan baik, prospek kinerja BBNI di semester kedua 2025 berpotensi membaik, seiring dengan perkiraan pemulihan margin bunga yang lebih kuat.

    Konsistensi Pembagian dengan Dinamika Fluktuasi

    Bank Negara Indonesia (BBNI) terus menunjukkan komitmennya dalam memberikan nilai tambah bagi para pemegang saham melalui pembagian dividen tahunan. Meskipun jumlah dividen yang diberikan mengalami fluktuasi, kebijakan ini mencerminkan dinamika kinerja keuangan bank serta strategi alokasi laba yang disesuaikan dengan kondisi bisnis dan ekonomi.

    Pada tahun buku 2023, BBNI menetapkan dividen sebesar Rp280,50 per lembar saham, yang dibayarkan pada 2 April 2024. Jumlah ini mengalami penurunan dibandingkan dividen tahun buku 2022 yang mencapai Rp392,78 per lembar dan dibayarkan pada 14 April 2023. Sementara itu, pada tahun buku 2021, dividen yang diberikan lebih rendah, yaitu Rp146,30 per lembar, dengan pembayaran dilakukan pada 14 April 2022.

    Penurunan dividen pada tahun buku 2023 dibandingkan tahun sebelumnya bisa mencerminkan strategi kehati-hatian dalam mengelola permodalan di tengah ketidakpastian ekonomi dan kebutuhan ekspansi bisnis. Namun, jika dibandingkan dengan tahun buku 2021, besaran dividen 2023 masih menunjukkan pertumbuhan signifikan, menandakan bahwa bank tetap menjaga kebijakan distribusi laba yang menarik bagi investor.

    Meskipun terjadi fluktuasi, tren ini mencerminkan bahwa BBNI tetap berupaya menjaga keseimbangan antara ekspansi usaha, penguatan struktur keuangan, dan pemberian keuntungan bagi para pemegang saham. Konsistensi dalam pembagian dividen ini juga dapat menjadi indikator kepercayaan diri manajemen terhadap fundamental bisnis yang solid serta prospek pertumbuhan jangka panjang.(*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79