Logo
>

Likuiditas Domestik Jadi Penopang, saat Asing Menjauh dari Obligasi RI

Gelombang penjualan itu mencerminkan kekhawatiran mendalam terhadap independensi bank sentral

Ditulis oleh Pramirvan Datu
Likuiditas Domestik Jadi Penopang, saat Asing Menjauh dari Obligasi RI
Kegelisahan pasar atas rencana ekspansi belanja negara dan potensi pelonggaran batas defisit fiskal

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Investor asing kembali melakukan aksi jual terhadap surat utang pemerintah Indonesia sepanjang Oktober, menandai meningkatnya kegelisahan pasar atas rencana ekspansi belanja negara dan potensi pelonggaran batas defisit fiskal.

    Dalam satu bulan terakhir, dana asing mencatat penjualan bersih obligasi senilai USD1,8 miliar. Dengan demikian, arus keluar dalam dua bulan berturut-turut kini menembus USD4 miliar. Gelombang penjualan itu mencerminkan kekhawatiran mendalam terhadap independensi bank sentral serta arah disiplin fiskal setelah perombakan jajaran keuangan kabinet. Hingga kini, dana asing yang tersisa di pasar obligasi Indonesia hanya sekitar USD305 juta.

    Kecemasan investor global meningkat sejak Purbaya Yudhi Sadewa resmi menjabat sebagai Menteri Keuangan pada September, di tengah gejolak sosial akibat lonjakan biaya hidup. Pasar menilai kebijakan fiskal di bawah Purbaya berpotensi melonggarkan batas defisit 3 persen terhadap produk domestik bruto—aturan yang selama puluhan tahun menjadi simbol kehati-hatian fiskal Indonesia.

    Menurut Nathan Sribalasundaram, analis strategi suku bunga di Nomura, investor kini bersikap lebih waspada terhadap proyeksi penerimaan pajak dan lonjakan belanja pemerintah. “Masih ada peluang arus keluar tambahan dalam beberapa pekan mendatang,” katanya memperingatkan. Seperti dilansir Bloomberg di Jakarta, Rabu 5 November 2025.

    Di sisi lain, investor domestik justru bergerak berlawanan arah. Data resmi menunjukkan bank, reksa dana, perusahaan asuransi, dan dana pensiun dalam negeri memperbesar portofolio obligasi pemerintah. Likuiditas yang melimpah akibat penempatan kas negara di bank-bank BUMN mendorong lonjakan pembelian surat utang pada Oktober dibanding bulan sebelumnya.

    Pasar saham pun ikut menikmati efek domino positif. Bursa mencatat arus modal masuk terbesar dalam setahun terakhir, seiring turunnya imbal hasil obligasi yang memperkuat daya tarik aset ekuitas. Imbal hasil acuan obligasi 10 tahun merosot sekitar 30 basis poin menjadi 6,08 persen bulan lalu, terdorong oleh meningkatnya permintaan domestik—meski sempat terkoreksi kembali ke 6,17 persen pada 4 November setelah sempat menyentuh titik terendah 5,93 persen.

    Namun, di balik penguatan itu tersimpan potensi bahaya. Handy Yunianto, Kepala Riset Pendapatan Tetap Mandiri Sekuritas, mengingatkan bahwa ketergantungan berlebihan pada likuiditas domestik dapat menggeser aliran pembiayaan produktif dan memperlemah disiplin kebijakan. “Jika tidak diantisipasi, garis antara kebijakan fiskal dan moneter bisa kabur,” ujarnya.

    Pemerintah kini berusaha keras mengembalikan kepercayaan investor global. Purbaya menegaskan batas defisit 3 persen tidak akan dihapus sebelum pertumbuhan ekonomi benar-benar menunjukkan lonjakan signifikan. Ia juga berkomitmen untuk menghindari skema burden sharing dengan Bank Indonesia sejauh mungkin—langkah korektif atas kesepakatan sebelumnya yang sempat mengguncang persepsi pasar terhadap independensi bank sentral.

    “Keberlanjutan dan kredibilitas kebijakan kini menjadi fondasi utama,” tutur Yunianto. Pemerintah, katanya, perlu memastikan ekspansi fiskal bersifat sementara dan terarah, sementara Bank Indonesia harus tetap berpegang pada prinsip berbasis data serta menjaga stabilitas nilai tukar.

    Dalam situasi seperti ini, kredibilitas menjadi mata uang paling bernilai. Tanpa itu, keyakinan pasar dapat menguap lebih cepat dari arus modal yang meninggalkan negeri ini.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Pramirvan Datu

    Pram panggilan akrabnya, jurnalis sudah terverifikasi dewan pers. Mengawali karirnya sejak tahun 2012 silam. Berkecimpung pewarta keuangan, perbankan, ekonomi makro dan mikro serta pasar modal.