Logo
>

Literasi dan Inklusi Keuangan Syariah Indonesia Masih Rendah

Ditulis oleh KabarBursa.com
Literasi dan Inklusi Keuangan Syariah Indonesia Masih Rendah

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM – Berdasarkan hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Badan Pusat Statistik (BPS), mengungkap bahwa literasi keuangan syariah Indonesia masih relatif rendah.

    Wakil Ketua Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI), Frederica Widyasari Dewi mengungkap, literasi keuangan syariah sebesar 39 persen dengan indeks inklusi berada di level 12 persen berdasarkan hasil SNLIK.

    Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi dan Perlindungan Konsumen itu mengunkap, angka tersebut relatif meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yang sempat terhenti di level 9 persen.

    “literasi keuangan syariah jauh di bawahnya, yaitu 39 persen dan Indeks inklusif keuangan syariah itu di angka 12 persen. Kalau kita melihat sebenarnya angka literasi ini sudah jauh meningkat dari tahun-tahun sebelumnya yang berhenti di angka 9 persen,” kata Frederica dalam salah satu webinar yang digelar ISEI, Jakarta, Senin, 26 Agustus 2024.

    Sementara menurut komposit indeks litearsi keuangan secara nasional, tutur Frederica, berada di level 65 persen dengan tingkat inklusi keuangan sebesar 75 persen. Luasnya jarak tersebut, diklaimnya sebagai pekerjaan rumah bersama dalam meningkatkan literasi keuangan.

    Meskipun begitu, Frederica menilai tingkat litersi keuangan syariah menunjukan pertumbuhan yang baik. Hal itu didorong meningkatnya pemahaman terhadap produk dan jasa keuangan syariah.

    “Jadi ini sesuatu yang sangat baik artinya masyarakat sudah mulai meningkat pemahaman terhadap produk dan jasa keuangan syariah, namun secara inklusif penggunaannya masih tetap di angka 12 persen,” ungkapnya.

    Kendati demikian, Frederikan tak menampik besarnya kontibusi usaha syariah terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), yang mana menyumbang sekitar 45,66 persen. Sementara di sektor pembiayaan syariah, OJK mencatat penyaluran sebesar Rp14,681 triliun dengan pangsa pembiayaan syariah sebesar 47,31 persen.

    Di sisi lain, dia juga mengungkap total aset industri keuangan syariah mencapai Rp2.756 triliun per Juni 2024. Sedangkan kumpulan dana sosial, yaitu wakaf uang mencapai Rp2,23 triliun dan zakat infak sedekah serta dana sosial lainnya mencapai Rp30,8 triliun.

    OJK sendiri, kata Frederica, terus mendorong akselerasi peningkatan keuangan syariah. Dia menyebut, OJK juga sudah membentuk 32 komite daerah ekonomi keuangan syariah di level provinsi. Selain itu, OJK juga membentuk 531 tim percepatan aset keuangan daerah.

    “Ini kerjasama dengan pemerintah daerah, kabupaten, kota dan juga stakeholder lain di daerah yang juga memiliki salah satu tujuan untuk mempercepat, memperluas dan memajukan perkembangan ekonomi dan keuangan syariah secara nasional maupun di daerah,” jelasnya.

    Peta Jalan Pengembangan Keuangan Syariah

    Dalam rangka mendorong literasi dan inklusi keuangan syariah, Frederica menyebut, OJK telah menetapkan arah kebijakan dalam pengembangan keuangan syariah yang tertuang dalam peta jalan sektor jasa keuangan.

    Pertama, tutur Frederica, OJK mengakselerasi dan terus membangun kolaborasi program edukasi keuangan syariah. Kedua, OJK juga terus mengembangkan model inklusi dan akses keuangan syariah.

    Ketiga, OJK melakukan penguatan infrastruktur literasi dan inklusi keuangan syariah serta dukungan dan aliansi strategis literasi dan inklusi keuangan syariah dengan Kementerian, lembaga, dan stakeholder lainnya.

    Terakhir, OJK juga membentuk Kelompok Kerja Literasi dan Inklusi Keuangan Syariah (POKJA-LIKS) sebagai strategi utama terkait pembangunan literasi dan juga inklusi keuangan syariah sebagaimana roadmap jasa keuangan.

    “Kedepannya melalui jalur sinergi dan kolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan terkait kita akan terus mendorong akselerasi peningkatan literasi dan juga akses keuangan syariah sebagai upaya menyongsong Indonesia sebagai negara yang berdaya saing dan menjadi pusat industri halal,” tutupnya.

    Aset Keuangan Syariah Diramal Tumbuh

    Total aset keuangan syariah global diperkirakan akan mencapai USD5,94 triliun atau sekitar Rp94.758 triliun pada tahun 2025-2026.

    Deputi Direktur Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah Bank Indonesia (BI) Yono Haryono mengatakan bahwa aset keuangan syariah global diperkirakan akan terus mengalami peningkatan. Saat ini, tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) adalah sembilan persen.

    Yono menjelaskan bahwa pada tahun 2020-2021, potensi aset keuangan syariah global mencapai USD3,3 triliun atau setara dengan Rp52.618 triliun. Jumlah tersebut mengalami kenaikan sebesar 17 persen pada tahun 2021-2022, menjadi USD3,96 triliun atau sekitar Rp63.142 triliun.

    “Ekonomi syariah memiliki potensi yang sangat besar. Aset keuangan syariah mengalami pertumbuhan sebesar 17 persen, dan angka ini diperkirakan akan terus meningkat,” kata Yono dalam acara Symposium Menara Syariah dan International Centre For Education In Islamic Finance (INCEIF) University Malaysia di Gedung Menara Syariah, Pantai Indah Kapuk (PIK) 2, Banten, pekan lalu.

    Selain itu, perkembangan ekonomi syariah yang positif terlihat dari nilai total transaksi terkait keuangan syariah yang melonjak lebih dari lima kali lipat, naik dari USD2,19 miliar atau senilai Rp34,8 triliun 2021-2022 menjadi USD14,4 miliar pada 2022-2023.

    Bank Indonesia juga sebelumnya telah memproyeksikan ekonomi dan keuangan syariah akan tumbuh dikisaran 4,7-5,5 persen secara tahunan (year on year/yoy) di 2024. Gal ini didukung pertumbuhan pembiayaan perbankan syariah yang diperkirakan tumbuh pada kisaran 10-12 persen yoy.

    Untuk mencapai target tersebut, BI berupaya melakukan penguatan komersial dan sosial syariah, pengembangan pasar uang syariah melalui instrumen Sukuk Bank Indonesia (SUKBI) dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI), serta mendorong inovasi produk baru untuk mengembangkan perbankan syariah.

    “Kita sangat memperhatikan bagaimana instrumen-instrumen di pasar uang syariah bisa banyak dimanfaatkan. Serta, mendorong inovasi-inovasi produk bank syariah agar bisa mengimbangi bank konvensional,” tuturnya.(*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi