Perjanjian akuisisi saham PT Enggang Alam Sawita ditandatangani pada 30 Agustus 2024. Dalam transaksi ini, BYAN bersama anak usahanya, PT Bayan Energy, bertindak sebagai pembeli, sedangkan PT Berau Utama Berkatsetia berperan sebagai penjual.
NPC Resources Berhad juga terlibat sebagai sponsor dalam kesepakatan ini. BYAN dan PT Bayan Energy kini menguasai saham PT Enggang Alam Sawita masing-masing sebesar 99 persen dan 1 persen dari PT Berau Utama Berkatsetia.
Nilai total transaksi saham ini mencapai Rp 105,14 miliar. Pinjaman sebesar Rp 159,26 miliar juga disalurkan berdasarkan perjanjian yang sama, tertanggal 30 Agustus 2024.
PT Enggang Alam Sawita merupakan perusahaan yang beroperasi di sektor perkebunan dan memiliki lahan yang berdekatan dengan konsesi tambang beberapa anak usaha BYAN. “Transaksi ini dirancang untuk mendukung investasi dan memastikan kelancaran operasional grup usaha kami, dengan penguasaan area konsesi tambang dan lahan perkebunan,” ungkap Direktur Bayan Resources, Jenny Quantero, dalam keterbukaan informasi yang dipublikasikan pada Selasa, 3 September 2024.
Jenny menambahkan bahwa pengambilalihan ini akan memperkuat operasional grup BYAN tanpa berdampak material negatif pada aspek operasional, hukum, kondisi keuangan, atau keberlangsungan usaha.
Langkah Dramatis dan Pergerakan Saham
Pada 28 Agustus 2024, PT Bayan Resources Tbk (BYAN) mengejutkan pasar dengan transaksi saham yang mencapai Rp 116,04 triliun, di mana Rp 101,8 triliun di antaranya terkait dengan pasar negosiasi saham perusahaan ini.
Sekretaris Perusahaan Bayan Resources, Jenny Quantero, sempat menjelaskan bahwa transaksi ini merupakan bagian dari strategi perencanaan suksesi keluarga. Low Tuck Kwong, pendiri dan pengendali utama BYAN, mentransfer 7,33 miliar saham kepada putrinya, Elaine Low, sebagai bagian dari perencanaan jangka panjang keluarga.
Akibat transfer ini, kepemilikan saham Low Tuck Kwong menyusut menjadi 13,38 juta saham atau 40,15 persen.
Meskipun Elaine kini memegang saham yang signifikan, Jenny menegaskan bahwa Low Tuck Kwong tetap memiliki kontrol utama dan pengaruh di BYAN, dengan Elaine mengikuti arahan ayahnya dalam penggunaan hak suara.
Dalam perdagangan saham BYAN pagi ini, volume transaksi tercatat mencapai 138 ribu saham dengan nilai Rp 2,35 miliar dan frekuensi transaksi mencapai 286 kali. Kapitalisasi pasar BYAN saat ini berada di angka Rp 566,6 triliun.
Pada 28 Agustus 2024, terjadi transaksi mencengangkan di pasar negosiasi BEI, melibatkan 73,33 juta lot saham, setara dengan 7,33 miliar saham, yang diperdagangkan dengan harga rata-rata Rp 13.888 per saham.
Total nilai transaksi mencapai Rp 101,84 triliun. Hingga berita ini diterbitkan, belum ada keterangan resmi mengenai transaksi besar ini dari BEI.
Di pasar reguler BEI, pada pukul 09.22 WIB, harga saham BYAN tercatat di Rp 16.750, mengalami kenaikan sebesar 0,60 persen. Kapitalisasi pasar perusahaan ini sekitar Rp 559,16 triliun.
Low Tuck Kwong, lahir pada 17 April 1948 di Singapura, dikenal sebagai Raja Batu Bara di Indonesia. Ia memulai karier bisnisnya di perusahaan konstruksi milik ayahnya di Singapura sebelum beralih ke Indonesia pada 1972.
Di sini, ia mendirikan PT Jaya Sumpiles Indonesia (JSI), sebuah perusahaan kontraktor yang kemudian merambah sektor tambang batu bara pada 1988. Low resmi menjadi Warga Negara Indonesia pada 1992.
Kekayaan Low meningkat pesat setelah akuisisi tambang batu bara pertama pada 1997 melalui PT Gunungbayan Pratamacoal, kini dikenal sebagai Bayan Resources.
Perusahaan ini menjadi pelopor dalam industri pertambangan batu bara di Indonesia. Pada 1998, Low juga mengoperasikan terminal batu bara di Balikpapan melalui PT Dermaga Perkasapratama.
Bayan Resources terdaftar di bursa pada 2008 dan memiliki berbagai infrastruktur penting, termasuk Terminal Batu Bara Balikpapan dan Dermaga Perkasa.
Selain terlibat dalam industri batu bara, Low juga aktif dalam Metis Energy dan berbagai perusahaan lainnya, serta mendukung kegiatan sosial seperti pembangunan Kebun Binatang Gunung Bayan dan memberikan donasi pendidikan sebesar Rp 50 miliar untuk Universitas Indonesia.
BYAN mengalami penurunan signifikan dalam kinerja keuangannya pada semester pertama tahun 2024. Laporan keuangan terbaru menunjukkan bahwa perusahaan ini mencatatkan pendapatan sebesar USD1,53 miliar, merosot 24,78 persen dibandingkan dengan USD2,03 miliar yang tercatat pada akhir Juni 2023.
Penurunan ini sejalan dengan penurunan pendapatan dari pihak ketiga, yang merupakan kontributor utama bagi perusahaan. Pendapatan dari pihak ketiga mengalami penurunan sebesar 27,25 persen secara tahunan, menjadi USD1,41 miliar pada semester pertama 2024.
Sementara itu, meskipun pendapatan turun, beban pokok pendapatan BYAN hanya mengalami penurunan tipis sebesar 2,47 persen yoy, tercatat sebesar USD951,64 juta pada periode yang sama.
Akibatnya, laba kotor perusahaan turun 45,24 persen secara tahunan menjadi USD582,34 juta pada akhir Juni 2024.
Bayan Resources juga membukukan beban penjualan sebesar USD20,97 juta pada akhir semester pertama 2024, yang menunjukkan penurunan drastis sebesar 56,86 persen dibandingkan dengan USD48,61 juta pada periode yang sama tahun lalu.
Dengan kondisi ini, laba bersih Bayan Resources tercatat sebesar USD376,76 juta untuk semester pertama 2024, mengalami penurunan signifikan sebesar 47,95 persen dibandingkan dengan laba bersih USD723,85 juta pada periode Januari hingga Juni 2023.
Menurut data dari PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), Low Tuck Kwong masih memegang 20,71 miliar saham BYAN atau setara dengan 62,14 persen per 30 Juli 2024.
Forbes mencatat bahwa kekayaan bersih Low Tuck Kwong mencapai USD23,3 miliar per 31 Juli 2024, menempatkannya pada posisi ke-88 dalam daftar orang terkaya di dunia.
Dalam hal dividen, Bayan Resources telah membagikan dividen tunai final sebesar USD300 juta atau setara dengan USD0,009 per saham untuk tahun buku 2023. Total dividen yang dibagikan mencapai USD800 juta, atau sekitar Rp13,08 triliun. Dari jumlah tersebut, USD500 juta telah dibagikan sebagai dividen interim pada 5 Januari 2024. (*)