KABARBURSA.COM - PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR), platform real estate dan layanan kesehatan, sukses membukukan laba bersih sebesar Rp18,7 triliun pada tahun 2024. Perolehan ini sebagian besar ditopang oleh kinerja solid di segmen bisnis inti serta manfaat dari inisiatif deleveraging strategis.
Manajemen LPKR menyampaikan, pada segmen real estate pendapatan perusahaan meningkat 15 persen Year on Year (YoY) menjadi Rp5,06 triliun, yang didukung oleh serah terima unit hunian dan komersial tepat waktu, penjualan tanah strategis, dan permintaan yang terus berlanjut untuk lahan makam di San Diego Hills.
"EBITDA perusahaan tercatat stabil pada kisaran Rp1,1 triliun, mencerminkan manajemen biaya yang efisien dan pelaksanaan operasional yang efektif," tulis manajemen dalam keterangan tertulis dikutip, Sabtu, 29 Maret 2025.
Peluncuran hunian terbaru turut berkontribusi pada peningkatan volume dan harga, termasuk Zen Series, Cendana Suites, dan Blackslate Series di Park Serpong, serta XQ Livin di Lippo Cikarang Cosmopolis.
LPKR mulai melakukan serah terima fase pertama Park Serpong pada November 2024. Manajemen menyebut ini mencerminkan komitmen kuat perusahaan dalam memenuhi kepuasan pelanggan dan penyerahan proyek tepat waktu.
"Pembangunan ini diselesaikan lebih cepat dari jadwal yang dijanjikan, yakni dalam waktu kurang dari 18 bulan," sebut manajemen LPKR.
Segmen layanan kesehatan yang dipegang oleh anak usaha LPKR, yakni PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO) juga menunjukkan pertumbuhan berkelanjutan di berbagai metrik operasional utama sepanjang tahun 2024.
Menurut manajemen LPKR, jumlah pasien rawat inap meningkat 8 persen YoY menjadi 326.030, jumlah hari rawat inap 7 persen YoY menjadi 1.007.479, dan kunjungan rawat jalan mengalami kenaikan 7 persen YoY, melampaui 4 juta kunjungan.
"Pada tahun 2024, SILO mengoperasikan 4.133 tempat tidur dengan tingkat hunian mencapai 66,6 persen, naik 2 persen dibandingkan tahun sebelumnya," ungkap manajemen LPKR.
Disebutkan dalam keterangan ini, usai melakukan divestasi sebagian sahamnya LPKR kini memegang 29,09 persen saham di SILO. Sejak Juni 2024, LPKR telah mendekonsolidasikan kinerja keuangan SILO, dan kini melaporkan kinerja tersebut sebagai investasi pada asosiasi dalam laporan keuangannya.
Adapun pada segmen gaya hidup yang terdiri dari bisnis mal dan hotel, juga melaporkan kinerja solid dengan pendapatan mencapai Rp1,4 triliun.
"Laba kotor meningkat 13 persen menjadi Rp967 miliar dan EBITDA tumbuh 34 persen YoY menjadi Rp387 miliar" tulis manajemen.
Sementara dalam hal kinerja operasional, tarif rata-rata kamar hotel pada 2024 meningkat 7 persen YoY menjadi Rp624 ribu, dan tingkat hunian rata-rata telah stabil di 69 persen.
Selain itu, dijelaskan manajemen LPKR, jumlah pengunjung mal rata-rata meningkat 5 persen YoY menjadi 10,5 juta pengunjung pada tahun lalu.
Group CEO Lippo Indonesia John Riady mengatakan, fokus pihaknya yakni pada perbaikan operasional, disiplin keuangan, dan penciptaan nilai kepada pelanggan telah berhasil terwujud menjadi kinerja yang solid di seluruh bisnis properti, perawatan kesehatan, maupun gaya hidup.
"Kami tetap berkomitmen pada pertumbuhan yang berkelanjutan dan menciptakan nilai jangka panjang bagi pemangku kepentingan kami," ungkap dia.
Kinerja Saham LKPR
Mengutip data perdagangan Stockbit, Sabtu, 29 Maret 2025, LPKR menunjukkan tingkat solvabilitas yang cukup baik dengan Current Ratio sebesar 3,11. Angka ini menunjukkan bahwa perusahaan memiliki aset lancar yang lebih dari cukup untuk menutupi kewajiban jangka pendeknya.
Sementara itu, quick ratio yang berada pada angka 1,13 juga mengindikasikan bahwa LPKR memiliki likuiditas yang cukup untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya tanpa bergantung pada penjualan persediaan.
Di sisi lain, Debt to Equity Ratio (DER) tercatat 0,44, yang menunjukkan tingkat utang yang relatif rendah dibandingkan dengan ekuitas perusahaan. Ini mengindikasikan bahwa LPKR memiliki struktur permodalan yang cukup sehat dengan ketergantungan terhadap utang yang terkendali.
Kinerja profitabilitas LPKR menunjukkan hasil yang beragam. Dari sisi pengembalian aset dan ekuitas, LPKR mencatat Return on Assets (ROA) sebesar 34,85 persen dan Return on Equity (ROE) mencapai 62,76 persen, yang menunjukkan efisiensi tinggi dalam menghasilkan laba dari aset dan ekuitas yang dimiliki.
Namun, operating profit margin tercatat negatif sebesar -83,96 persen, yang mengindikasikan bahwa perusahaan mengalami kerugian dalam operasionalnya sebelum memperhitungkan pajak dan bunga.
Meski demikian, gross profit margin yang mencapai 52,61 persen menunjukkan bahwa perusahaan masih mampu menjaga profitabilitas dalam hal laba kotor.
Sementara itu, net profit margin yang berada di angka 1,18 persen menunjukkan bahwa setelah dikurangi semua biaya operasional, bunga, dan pajak, perusahaan masih mencetak laba bersih meskipun dengan margin yang tipis.(*)