KABARBURSA.COM - Dinas Pertanian dan Hortikultura Provinsi Jambi mencatat bahwa lahan sawah yang masih produktif saat ini hanya tinggal 61.119 hektare, menurun dari 68.000 hektare pada tahun 2019. Artinya, sekitar tujuh hektare telah mengalami alih fungsi.
“Kami mencatat bahwa produktivitas sawah di Provinsi Jambi semakin menurun karena banyak petani yang beralih fungsi lahan ke sektor perkebunan kelapa sawit, meskipun pemerintah terus memberikan pendampingan kepada petani,” kata Kepala Dinas Pertanian dan Hortikultura Jambi, Rumusdar di Jambi, kemarin.
Ia menjelaskan terjadinya ahli fungsi lahan akibat infrastruktur yang kurang memadai, seperti keterbatasan air dan irigasi yang kurang baik, serta minat petani yang cenderung ke lahan sawit yang lebih menjanjikan, dan kurangnya minat kalangan milenial untuk menjadi petani di sawah.
“Secara ekonomis, satu hektare sawah lebih menguntungkan daripada satu hektare sawit meskipun dengan beban kerja yang lebih tinggi, seperti proses tanam dan panen yang berulang, sementara kelapa sawit hanya perlu ditanam sekali dan dapat dipanen selama 20-25 tahun,” tuturnya.
Pemprov Jambi saat ini terus memberikan upaya dan pemahaman kepada petani untuk meningkatkan sektor pertanian guna menghasilkan panen yang berkualitas.
Dinas Pertanian dan Hortikultura Jambi telah mengalokasikan anggaran dari APBD untuk memberikan bantuan kepada kabupaten dan kota, serta mendapatkan bantuan dari APBN, berupa benih padi untuk sekitar 10.000 hektare lahan sawah, dan mesin pertanian untuk meningkatkan hasil panen.
Rumusdar menyebutkan, Gubernur Jambi Al Haris telah membentuk tim ketahanan pangan sektor hulu dan tim pengendali inflasi daerah untuk memantau perkembangan bantuan ini, serta upaya pemerintah dalam meningkatkan produksi sesuai dengan target yang ditetapkan untuk tahun 2024.
“Target produksi untuk tahun 2024 adalah 469.324 ton gabah kering giling dengan luas tanam sekitar 102.431 hektare, luas panen 94.950 hektare, dan produktivitas sekitar 4.943 kuintal per hektare,” pungkasnya. (*/adi)