KABARBURSA.COM - PT Mandiri Sekuritas menilai banyak BUMN yang telah layak untuk mencatatkan saham perdananya atau Initial Public Offering (IPO).
Direktur Utama Mandiri Sekuritas Oki Ramadhana mengaku saat ini pihaknya tengah mencari kandidat BUMN yang bakal dibawa untuk melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).
"Kalau kita lihat BUMN banyak sekali yang berpotensi (IPO). Mereka story-nya bagus untuk capital market," ujar dia saat ditemui di Gedung BEI, Jakarta, Selasa, 6 Mei 2025.
Dari hasil monitoring itu, Oki mengklaim Mandiri Sekuritas sudah memiliki beberapa kandidat BUMN yang layak IPO. Namun begitu, ia enggan menyebutkan kandidat yang dimaksud.
Mandiri Sekuritas memang tengah melakukan akselerasi kepada perusahaan-perusahaan yang layak IPO. Oki menyebut, langkah ini memerlukan proses 4 hingga 6 bulan.
"Kita masih ada waktu sampai akhir tahun. Dan mudah-mudahan masih ada beberapa yang masih optimistis," ungkapnya.
Oki menuturkan pihaknya telah mengumpulkan perusahaan dari berbagai sektor. Salah duanya adalah sektor natural resources dan health care consumer.
"Dari segi size mungkin saya belum bisa spesifik, karena memang masih belum final. Tapi yang penting dari kami bagaimana melihat story perusahaan-perusahaan Indonesia yang akan IPO seperti apa. Itu yang nanti akan kami bawa ke pasar modal," pungkasnya.
Ada 32 Perusahaan Melantai, Dana Tercatat Rp6,94 Triliun
Pipeline pencatatan efek di Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan tren yang positif hingga kuartal kedua tahun 2025 ini.
Berdasarkan data per 25 April 2025, BEI mencatat adanya 32 perusahaan yang berada dalam pipeline pencatatan saham, 54 emisi dari 41 penerbit untuk pipeline obligasi dan sukuk, serta 4 perusahaan untuk pipeline rights issue.
Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia, I Gede Nyoman Yetna, mengungkapkan bahwa minat perusahaan untuk mengakses pendanaan di pasar modal masih tinggi di tengah dinamika ekonomi global. "Sampai dengan 25 April 2025, telah tercatat 13 perusahaan yang mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia dengan dana yang dihimpun sebesar Rp6,94 triliun," ujar Nyoman melalui keterangan resminya di Jakarta pada Senin, 28 April 2025.
Ia menambahkan, dari pipeline saham yang berjumlah 32 perusahaan tersebut, terdapat klasifikasi aset berdasarkan POJK Nomor 53/POJK.04/2017. "Terdapat 3 perusahaan dengan aset skala kecil, 18 perusahaan aset skala menengah, dan 11 perusahaan aset skala besar," sambung dia.
Dari sisi sektor, perusahaan yang berada dalam pipeline saham didominasi oleh sektor Consumer Non-Cyclicals sebanyak 6 perusahaan, diikuti oleh sektor Healthcare dan Financials masing-masing sebanyak 4 perusahaan, sektor energi 3 perusahaan, serta sektor transportasi dan logistik ada 4 perusahaan. Sektor lain seperti industri, Consumer Cyclicals, Basic Materials, infrastruktur dan teknologi juga tercatat berkontribusi terhadap pipeline tahun ini.
"Secara komposisi, sektor Consumer Non-Cyclicals mendominasi pipeline saham dengan proporsi 18,8 persen, disusul sektor energi Healthcare, Industrials, dan Basic Materials yang masing-masing sekitar 12,5 persen," ujar dia.
Selain pipeline saham, pasar obligasi dan sukuk juga mencatat perkembangan yang signifikan. Hingga 25 April 2025, telah diterbitkan 41 emisi dari 30 penerbit EBUS (Efek Bersifat Utang dan Sukuk) dengan total dana yang dihimpun mencapai Rp54,3 triliun. Di sisi pipeline, saat ini terdapat 54 emisi dari 41 penerbit yang sedang dalam proses.
Nyoman menjelaskan Pipeline obligasi dan sukuk didominasi oleh sektor Financials sebanyak 22 perusahaan, atau sekitar 51,9 persen dari total pipeline. Sektor Energy menyumbang 14,8 persen, disusul Basic Materials 9,3 persen, Consumer Non-Cyclicals 11,1 persen, serta sektor lain seperti Industrials, Healthcare, dan Consumer Cyclicals.
Pipeline obligasi dan sukuk
Adapun sektor Properties & Real Estate, Technology, dan Transportation & Logistic tercatat belum memiliki pipeline obligasi dan sukuk hingga akhir April ini.
Sementara itu, untuk aksi korporasi berupa rights issue, hingga 25 April 2025, terdapat 4 perusahaan tercatat yang telah melaksanakan rights issue dengan total dana yang dihimpun sebesar Rp860 miliar. Pipeline rights issue BEI juga mencatat 4 perusahaan yang sedang dalam proses, dengan rincian berasal dari sektor Basic Materials (2 perusahaan), Healthcare (1 perusahaan), dan Transportation & Logistic (1 perusahaan).
Rights issue dinilai menjadi salah satu alternatif pendanaan yang banyak digunakan perusahaan, khususnya dalam memperkuat struktur permodalan mereka.
Lebih jauh, Nyoman menegaskan bahwa beragamnya sektor yang masuk dalam pipeline mencerminkan luasnya minat dan kebutuhan perusahaan dari berbagai bidang industri untuk tumbuh dan memperluas bisnis melalui pendanaan di pasar modal.
Dengan perkembangan ini, BEI optimistis akan terus menjadi pilihan strategis bagi korporasi nasional untuk mengoptimalkan pengembangan usaha melalui pasar modal Indonesia.(*)