KABARBURSA.COM - PT PP (Persero) Tbk (PTPP) menerangkan bahwa adanya tahun politik atau pergantian Pilpres tidak berpengaruh terhadap bisnis PTPP. Begitu disampaikan Direktur Strategi Korporasi dan HCM, I Gede Upeksa Negara, dalam paparan publik PTPP, Rabu, 28 Agustus 2024.
Menurut I Gede, Indonesia sudah terbiasa dengan dinamika lima tahunan, terutama menghadapi pilpres dan pilkada serentak. Jadi, perusahaan sudah mengantisipasi akibat dari terjadinya pesta demokrasi ini.
"Bagian dari antisipasi ini salah satunya adalah dengan kita mengoptimalkan order book yang ada," kata I Gede, hari ini.
Menurut dia, sepanjang tahun lalu PT PP memiliki cukup punya order book. Dengan melimpahnya orderan tersebut, Perseroan mengupayakan burning yang lebih cepat untuk menjadikan laba. Hal serupa terjadi di 2024 ini, di mana perseroan menargetkan adanya kontrak baru di angka Rp32 triliun, yang nantinya akan cukup untuk melakukan burning di 2025.
"Jadi, sebagai gambaran rata-rata proyek-proyek carryover kita itu di angka 70 persen, sedangkan proyek baru hanya 30 persen. Sehingga dampak dari pada pilpres kemudian pileg dan kebijakan-kebijakan baru pemerintah itu bisa kita stabilkan terhadap pertumbuhan perusahaan," ujar dia.
Lanjut kepada revenue di tahun ini, di mana perseroan mengharapkan bisa mencapai sekitar Rp20,5 triliun.
Proyek IKN
Terkait dengan Ibu Kota Nusantara (IKN), PTPP akan memperkuatkan proyek IKN kurang lebih sebanyak 13 proyek. Direktur operasi bidang gedung PTPP, Yuyus Juarsa, menjelaskan salah satu proyek yang baru selesai adalah tempat di mana dilakukannya upacara 17 Agustus kemarin, yaituIstana Presiden, Istana Negara, dan Istana Garuda.
"Itu kurang lebih progresnya sudah di atas 90 hingga 93 persen," ungkap Yuyus dalam paparan publik PT PP, 28 Agustus 2024.
Dia menambahkan, ada beberapa proyek lainnya yang sudah dijalankan, yaitu proyek kelas 1, sumut bangsaan, KM Segment 3, Pakap 1 dan Pakap 2. Kemudian juga lojan akses masjid IKN dan Istana Negara serta Swim Lounge.
Selain proyek IKN, kontribusi PTPP tercatat banyak di Induk, hal ini disupport oleh proyek-proyek gedung dari BUMN, proyek-proyek jalan jembatan, jalan tol dan port itu yang cukup besar nilainya.
"Nah tentunya juga kita bagaimana merambah ke sektor tambang melalui anak-anak perusahaan, yaitu melalui proyek-proyek holding room beserta maintenance-nya," tuturnya.
Divestasi PTPP
Dari sisi lainnya, perseroan menjelaskan alasan melakukan divestasi aset dengan nilai total Rp3 triliun yang akan dilanjutkan di tahun ini pula. Direktur Utama PP Novel Arsyad, mengatakan tujuan dari divestasi PTPP ini memang ada beberapa hal yang ingin dicapai. Yang pertama adalah terkait dengan strategi dari perusahaan, yang mana perusahaan back to core bisnis, karena konstruksi ini menjadi yang utama.
Yang kedua adalah kalau melihat dari balansit, di mana tingkat leveraging PTPP menurut sehingga analisa dan evaluasi ini harus turun.
"Nah, tentunya terkait dengan penurunan leveraging itu adalah salah satunya dengan mendiverse, karena dengan mendiverse ini kita akan bisa secara signifikan untuk menurunkan leveraging kami, " ungkap Novel.
Selanjutnya terkait dengan divestasi, adalah bagaimana memperbesar cakupan kapasitas dari perusahaan seperti misalnya BP Infra yang bergerak di SPAM.
"Nah tentunya kita mesti menggandeng investor strategis yang mempunyai kapasitas dan kapabilitas yang lebih gede lagi, sehingga kita bisa mengakselerate terkait dengan pertumbuhan di BP Infra," terangnya.
Sebelumnya, Novel Arsyad mengatakan calon investor saat ini sedang mendalami sejumlah aset yang ingin di lepas perseroan, mulai dari bidang usaha sistem penyediaan air minum (SPAM), telekomunikasi, hingga cucu usaha.
“Itu tahap yang sedang berjalan, baik dari kaitan bisnis yang ada di SPAM, terus kemudian area yang ada di telekomunikasi, juga ada terkait dengan cucu usaha perusahaan yang kemungkinan akan kami divestasi juga,” ucap dia.
Lanjutnya, aset-aset tersebut memiliki nilai cukup besar, sehingga penjualannya diharapkan mampu memenuhi target divestasi senilai Rp3 triliun di tahun ini.
Target kontrak baru Rp32 Triliun
Perseroan menerangkan, sampai 25 Agustus 2024 telah berhasil memperoleh kontrak baru dengan total nilai mencapai Rp17,38 triliun. Perusahaan menargetkan total kontrak baru hingga akhir tahun ini mencapai Rp32 triliun.
Direktur Keuangan PTPP, Agus Purbianto, menegaskan keyakinannya bahwa sisa empat bulan dalam tahun ini masih memungkinkan perseroan mencapai target yang telah ditetapkan tersebut. Agus menjelaskan bahwa dari total proyek baru yang diperoleh hingga Agustus 2024, proporsi terbesar berasal dari proyek pemerintah yang menyumbang 38 persen, diikuti oleh proyek dari BUMN yang mencapai 24 persen, dan proyek dari sektor swasta juga sebesar 38 persen.
Namun, Agus memprediksi bahwa komposisi sumber proyek tersebut akan mengalami perubahan menjelang akhir tahun. Proyeksi menunjukkan bahwa kontrak dari BUMN akan meningkat menjadi sekitar 40 persen, sedangkan proyek pemerintah diperkirakan tetap pada 38 persen, dan sektor swasta akan menurun menjadi 22 persen.
Selama delapan bulan pertama di 2023, PTPP berhasil mengamankan kontrak baru senilai Rp22,56 triliun. Dari jumlah tersebut, kontribusi dari sektor swasta mencapai 48 persen, proyek pemerintah sebesar 36 persen, dan BUMN sebesar 16 persen.
Dengan melihat distribusi lokasi proyek, terdapat total 105 proyek yang dikerjakan oleh PTPP. Pulau Jawa mencatat jumlah proyek tertinggi dengan 52 proyek, disusul Kalimantan dengan 24 proyek, Sulawesi sembilan proyek, dan setiap pulau seperti Sumatera, Bali, serta Nusa Tenggara masing-masing memiliki tujuh proyek. Untuk Papua dan Maluku, mereka memiliki empat proyek, sementara diluar negeri, khususnya di Filipina, perusahaan menjalankan dua proyek.
"Salah satu proyek yang sedang berlangsung di Filipina adalah Mass Rapid Transit ( MRT), sedangkan di Kalimantan proyek terbesar adalah IKN," tutupnya.(*)