KABARBURSA.COM - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan bahwa tingkat literasi ekonomi syariah di Indonesia masih berada pada angka 65 persen.
Plt. Kepala Departemen Literasi, Inklusi Keuangan, dan Komunikasi OJK, M. Ismail Riyadi mengatakan, meski sektor keuangan syariah terus berkembang, masih banyak masyarakat yang belum memahami secara menyeluruh konsep serta manfaat dari produk-produk keuangan berbasis syariah.
Menurut Ismail, tren digitalisasi membawa perubahan signifikan dalam pola konsumsi dan investasi masyarakat, terutama di kalangan anak muda.
“Anak muda saat ini sangat melek teknologi, kreatif, dan cepat beradaptasi. Namun, ada fenomena seperti YOLO (You Only Live Once), FOMO (Fear of Missing Out), dan FOPO (Fear of Other People’s Opinion) yang membuat mereka cenderung mengambil keputusan finansial tanpa pertimbangan matang,” ujar Ismail dalam acara Nyantri Saham Bareng Kabar Bursa, Sabtu 15 Maret 2025.
Ia menggambarkan bagaimana fenomena ini berpengaruh terhadap kebiasaan keuangan anak muda, misalnya penggunaan layanan pay later secara impulsif hanya demi mengikuti tren. Ismail menekankan pentingnya edukasi agar masyarakat lebih bijak dalam mengelola keuangan, khususnya dalam memilih produk investasi yang sesuai dengan prinsip syariah.
Tantangan Literasi dan Inklusi Keuangan Syariah
Ismail mengungkapkan bahwa meski total aset keuangan syariah di Indonesia telah mencapai Rp2.800 triliun, pangsa pasarnya masih berada di kisaran 10,35 persen hingga 11 persen. Angka ini masih jauh di bawah Malaysia yang sudah mencapai hampir 30 persen.
“Dengan mayoritas penduduk Muslim mencapai 80 persen, seharusnya potensi ekonomi syariah bisa lebih besar. Tantangannya adalah bagaimana mengenalkan konsep keuangan syariah secara luas agar masyarakat lebih memahami dan menggunakannya,” jelasnya.
OJK bersama berbagai pemangku kepentingan terus menggalakkan kampanye literasi keuangan syariah melalui berbagai program edukasi. Salah satunya adalah gerakan nasional Gencarkan yang bertujuan meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap produk keuangan syariah di berbagai sektor, termasuk perbankan, pasar modal, dan asuransi syariah.
Menurut Ismail, literasi keuangan yang tinggi harus diikuti dengan inklusi, yaitu penggunaan produk keuangan syariah dalam kehidupan sehari-hari. Ia menekankan bahwa masih ada kesenjangan antara tingkat literasi dan inklusi keuangan syariah, di mana masyarakat yang memahami konsepnya belum tentu menggunakan produk keuangan syariah.
Mendorong Investasi dan Penggunaan Produk Keuangan Syariah
OJK menargetkan peningkatan tingkat inklusi keuangan nasional hingga 90 persen pada 2045, sesuai dengan visi Indonesia Emas. Untuk mencapai target tersebut, OJK berupaya memperluas akses keuangan syariah hingga ke daerah-daerah yang selama ini masih kurang terjangkau oleh layanan keuangan formal.
“Saat ini, literasi keuangan syariah masih lebih banyak di daerah perkotaan dan Pulau Jawa. Kita harus memastikan bahwa layanan keuangan syariah lebih merata di seluruh Indonesia,” ujar Ismail.
Ia juga menggarisbawahi pentingnya keterlibatan sektor swasta dalam mendukung pertumbuhan ekonomi syariah, termasuk dengan memberikan insentif bagi masyarakat yang memilih produk keuangan berbasis syariah.
Selain edukasi dan inklusi, OJK juga mendorong industri keuangan syariah untuk menawarkan produk yang lebih kompetitif dan inovatif, sehingga dapat menarik lebih banyak masyarakat untuk beralih ke sistem keuangan yang berbasis prinsip syariah.
Dengan berbagai inisiatif ini, OJK optimistis bahwa keuangan syariah akan semakin berkembang dan menjadi bagian utama dari sistem keuangan nasional.
“Kita tidak bisa hanya bicara soal literasi tanpa tindakan nyata. Masyarakat harus didorong untuk tidak hanya paham, tetapi juga menggunakan produk keuangan syariah dalam kehidupan mereka,” pungkas Ismail.
Tentang Nyantri Saham
Acara Nyantri Saham Bareng Kabar Bursa yang digelar di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, pada Sabtu, 15 Maret 2025, menjadi wadah bagi para ekonom, investor, dan pelaku pasar modal untuk membahas lanskap investasi di Indonesia. Selain membahas kepastian hukum sebagai faktor krusial bagi investor asing, diskusi juga menyoroti bagaimana anak muda dapat memanfaatkan peluang investasi di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Diselenggarakan oleh Kabar Bursa bekerja sama dengan Nasaruddin Umar Office (NUO) dan Badan Pengelola Masjid Istiqlal (BPMI), acara ini menghadirkan para ahli dan praktisi investasi untuk berbagi wawasan mengenai strategi investasi yang cerdas dan beretika.
Rangkaian acara dibuka dengan sambutan dari Founder & CEO Kabar Bursa, Upi Asmaradhana, yang menekankan pentingnya literasi keuangan dan investasi bagi generasi muda, khususnya dalam konteks saham syariah. Sesi selanjutnya dilanjutkan dengan keynote speech oleh Ketua Dewan Pers Ninik Rahayunyang menyoroti peran media dalam mengedukasi publik tentang investasi dan pasar modal.
Sesi panel pertama acara Nyantri Saham mengangkat tema Investasi Syariah: Jalan Cerdas Menuju Kemakmuran Umat, yang dipandu oleh Direktur Digital KabarBursa.com Slamet Wiryawan dengan narasumber Kepala Divisi Pasar Modal Syariah Bursa Efek Indonesia (BEI), Irwan Abdalloh. Diskusi ini membahas perkembangan saham syariah di Indonesia serta bagaimana sistem investasi berbasis syariah dapat menjadi solusi keuangan yang lebih inklusif.
Pada sesi panel diskusi kedua, Ekonom Senior INDEF Aviliani dan Konsultan dan Investor Pasar Modal Global Muhammad Asmi berbagi wawasan seputar kiat sukses menjadi investor sejak muda dan Menjadi Investor Sukses di Pasar Modal Global. Diskusi ini mengupas berbagai aspek investasi, khususnya bagaimana anak muda dapat membangun kestabilan keuangan di tengah tantangan ekonomi saat ini. Sesi ini juga membahas strategi sukses berinvestasi di pasar modal global. Melalui diskusi ini, peserta diajak memahami bagaimana membangun portofolio investasi yang lebih luas dengan mengakses instrumen keuangan di luar negeri.
Selain membahas strategi investasi, acara ini juga menjadi momentum peluncuran Serambimuslim.com, platform yang menghubungkan edukasi keuangan syariah dengan komunitas muslim di Indonesia dan merupakan bagian dari Kabar Grup Indonesia. Peluncuran ini dilakukan bersamaan dengan sesi diskusi bersama Sandiaga Uno, yang berbicara mengenai pentingnya membangun ekosistem investasi yang sehat dan inklusif bagi masyarakat luas.
Acara Nyantri Saham ini disponsori oleh berbagai pihak, antara lain Telkom Indonesia, PT AlamTri Resources Indonesia Tbk (ADRO), dan Pupuk Indonesia, yang berkomitmen untuk meningkatkan literasi investasi di kalangan anak muda dan mendukung pertumbuhan investor ritel di Indonesia.(*)