Logo
>

Mazda dan Toyota Terseret Skandal Uji Keselamatan

Ditulis oleh KabarBursa.com
Mazda dan Toyota Terseret Skandal Uji Keselamatan

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM -Industri otomotif Jepang diguncang skandal besar. Sederet perusahaan ternama, termasuk Toyota, Mazda, dan Honda, terjerat dalam kasus pemalsuan data uji keselamatan.

    Toyota, raksasa otomotif dunia, terbukti memalsukan data uji keselamatan pejalan kaki untuk tiga modelnya: Corolla Fielder, Corolla Axio, dan Yaris Cross. Hal ini berakibat pada penangguhan pengiriman dan penjualan ketiga model tersebut oleh Kementerian Transportasi Jepang.

    Skandal ini tak berhenti di Toyota. Mazda pun mengakui telah memalsukan hasil uji tabrak untuk 5 modelnya, termasuk Mazda 2 dan Roadster RF. Kejanggalan teridentifikasi pada lebih dari 150.000 unit yang diproduksi sejak 2014.

    Honda, tak mau kalah, terlibat dalam pemalsuan data terkait kebisingan dan keluaran mesin bensin. Hal ini berdampak pada lebih dari 3 juta unit mobil di Jepang.

    Akio Toyoda, Chairman Toyota Motor Corp, menyampaikan permintaan maaf atas kesalahan yang dilakukan perusahaannya. Ia mengakui bahwa Toyota telah mengabaikan proses sertifikasi dan memproduksi mobil massal tanpa langkah pencegahan yang tepat.

    Masahiro Moro, Chief Executive Officer Mazda, menjelaskan bahwa masalah data ini berasal dari kesalahan penafsiran karyawan terhadap manual prosedur yang tidak jelas. Ia pun berjanji akan melakukan upaya untuk mencegah terulangnya penyimpangan tersebut.

    Skandal ini menimbulkan kekhawatiran besar bagi konsumen. Bagaimana bisa perusahaan-perusahaan ternama seperti Toyota, Mazda, dan Honda melakukan pelanggaran serius terhadap standar keselamatan?

    Kasus ini menjadi pengingat penting bagi industri otomotif untuk memprioritaskan keselamatan konsumen. Kepercayaan publik terhadap merek-merek ternama ini kini tercoreng.

    Masih banyak pertanyaan yang belum terjawab. Bagaimana skandal ini bisa terjadi? Siapa yang bertanggung jawab? Dan apa konsekuensi yang akan dihadapi oleh ketiga perusahaan ini?

    Pemerintah Jepang dan otoritas terkait perlu melakukan investigasi menyeluruh untuk mengungkap akar permasalahan dan memastikan agar kejadian serupa tidak terulang kembali.

    Kepercayaan publik terhadap industri otomotif Jepang kini dipertaruhkan. Bagaimana ketiga perusahaan ini akan memulihkan kepercayaan tersebut? Hanya waktu yang bisa menjawab.

    Mazda Motor Corporation mencatat penurunan penjualan global pada kuartal pertama tahun 2024. Dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, penjualan global Mazda turun 6,1 persen, mencapai 357.000 unit.

    Penurunan ini terutama disebabkan oleh anjloknya penjualan di pasar luar negeri, yang turun 13,2 persen menjadi 231.000 unit. Faktor utama penurunan ini adalah disrupsi rantai pasokan akibat perang di Ukraina dan kebijakan lockdown di China terkait COVID-19.

    Namun, di tengah tren global yang lesu, pasar domestik Mazda menunjukkan performa yang stabil. Penjualan domestik Mazda di kuartal pertama 2024 naik 2,1 persen menjadi 126.000 unit. Kenaikan ini didorong oleh permintaan yang kuat untuk model SUV CX-5 dan CX-8.

    Toyota Motor Corporation mencatat penurunan penjualan global pada kuartal kedua tahun 2024. Dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, penjualan global Toyota turun 5,6 persen, mencapai 2.473.000 unit.

    Penurunan ini terutama disebabkan oleh disrupsi rantai pasokan akibat perang di Ukraina dan kebijakan lockdown di China terkait COVID-19. Hal ini menyebabkan penurunan produksi kendaraan Toyota di berbagai negara.

    Meskipun penjualan global mengalami penurunan, laba bersih Toyota pada kuartal kedua 2024 justru mengalami peningkatan. Laba bersih Toyota naik 10,2 persen menjadi 2.2 triliun yen. Peningkatan ini didorong oleh kenaikan harga jual kendaraan dan penurunan biaya produksi.

    Otomotif Indonesia Lesu

    Merangkum informasi dari beberapa media tanah air, Industri otomotif di Indonesia mengalami kelesuan di awal tahun 2024. Hal ini ditunjukkan oleh beberapa indikator, penjualan mobil secara wholesales (pabrik ke dealer) pada Januari 2024 turun 26,1 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2023. Bukan hanya itu, penjualan mobil secara retail (dealer ke konsumen) pada Januari 2024 turun 13,9 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2023.

    Penjualan mobil pada April 2024 anjlok 34,9 persen dibandingkan Maret 2024. Produksi mobil pada Januari 2024 turun 33,2 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2023. Konsumen menunda pembelian kendaraan karena berbagai faktor, seperti ketidakpastian ekonomi, kenaikan suku bunga, dan harga bahan bakar yang tinggi.

    BI menaikkan suku bunga acuan (BI 7-Day Reverse Repo Rate) sebanyak 3 kali pada awal tahun 2024. Hal ini menyebabkan kredit kendaraan menjadi lebih mahal, sehingga daya beli masyarakat menurun. Harga bahan bakar (BBM) bersubsidi naik pada awal tahun 2024.

    Hal ini meningkatkan biaya operasional kendaraan, sehingga membuat masyarakat enggan membeli kendaraan baru. Ketersediaan chip semikonduktor yang masih terbatas menghambat produksi kendaraan. Daya beli masyarakat menurun akibat pandemi COVID-19 yang berkepanjangan.

    Kelesuan industri otomotif ini berdampak pada berbagai pihak, seperti Penjualan yang lesu menyebabkan laba produsen otomotif menurun. Hal ini dapat memicu pemutusan hubungan kerja (PHK) dan penurunan investasi. Penjualan yang lesu menyebabkan pendapatan dealer otomotif menurun. Hal ini dapat memicu penutupan dealer dan PHK.

    PHK di sektor ini dapat meningkatkan angka pengangguran. Industri otomotif merupakan salah satu penyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) yang signifikan. Kelesuan industri ini dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi nasional.

    Pemerintah dan pelaku industri otomotif perlu mengambil langkah-langkah untuk mengatasi kelesuan ini, Pemerintah dapat memberikan insentif pajak atau subsidi untuk mendorong pembelian kendaraan.Bank dapat menurunkan suku bunga kredit kendaraan dan mempermudah persyaratan kredit.

    Pemerintah dan pelaku industri otomotif dapat bekerja sama dengan negara lain untuk mencari solusi mengatasi keterbatasan chip semikonduktor. Pemerintah dapat melakukan berbagai program untuk meningkatkan daya beli masyarakat, seperti peningkatan upah minimum dan bantuan sosial.

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi