KABARBURSA.COM – PT Medela Potentia Tbk dengan kode saham MDLA resmi mencatatkan saham perdananya di Bursa Efek Indonesia pada Selasa, 15 April 2025.
Momentum IPO ini melengkapi capaian kinerja keuangan perseroan yang impresif sepanjang 2024, dengan proyeksi pendapatan mencapai lebih dari Rp14 triliun dan pertumbuhan laba bersih sekitar Rp300 miliar, meningkat 11 sampai 12 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Direktur Utama PT Medela Potentia Tbk, Krestijanto Pandji, menyampaikan bahwa perusahaan menargetkan pertumbuhan serupa pada 2025, yakni pendapatan hingga Rp16 triliun lebih dan laba bersih sekitar Rp370 miliar. Strategi utama perusahaan untuk mencapai target tersebut mencakup peningkatan pelayanan distribusi, menjaga hubungan dengan para principal, serta pengembangan lini bisnis alat kesehatan.
"Tahun 2024 kami masih dalam proses audit, tapi pendapatan sudah lebih dari Rp14 triliun dan laba bersih kira-kira Rp300 miliar. Dibandingkan tahun 2023, ini tumbuh sekitar 11 sampai 12 persen. Target 2025 kami harapkan pendapatan bisa di atas Rp16 triliun dan laba sekitar Rp370 miliar," ujarnya di Gedung BEI, Jakarta, Selasa, 15 April 2025.
Krestijanto menegaskan bahwa dana hasil IPO akan digunakan untuk empat fokus utama yakni penambahan modal kerja untuk anak usaha, pembelian gudang distribusi nasional, pengembangan pabrik alat kesehatan, dan pelunasan sebagian utang sebesar Rp125 miliar.
Salah satu prioritas adalah mengambil alih kepemilikan gudang nasional di Jababeka 2, yang saat ini masih berstatus sewa. Gudang tersebut akan dijadikan pusat distribusi nasional dan dilengkapi dengan sistem otomatisasi berbasis kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).
"Gudang di Jababeka 2 saat ini disewa, dan kami akan ambil alih supaya proses distribusi bisa kami kendalikan lebih baik. Selain itu, kami akan mulai menerapkan automation dan AI untuk efisiensi operasional," tutur dia.
Kemitraan Strategis Dengan Pemain Global
Krestijanto juga menjelaskan bahwa sebagian dana IPO akan dialokasikan untuk memperkuat basis produksi pabrik alat kesehatan, termasuk menjajaki kemitraan strategis dengan pemain global guna membawa industri manufaktur luar negeri ke Indonesia. Strategi ini juga mencakup integrasi vertikal dalam lini produk wound care seperti plester.
"Dengan produksi di Indonesia, kita bisa menyesuaikan dengan iklim tropis. Banyak plester yang dibuat di Eropa, padahal kelembapannya berbeda. Selain wound care, kami juga eksplorasi produk seperti hemodialisa dan ortopedi," ujar dia.
Saat ini, MDLA memiliki tiga lini produksi yakni wet area fixation dengan utilisasi 60 persen, post-operative dressing dengan utilisasi 10 sampai 20 persen dan disinfektan, juga dengan utilisasi 10 sampai 20 persen.
Dengan kapasitas yang masih dapat ditingkatkan, perusahaan tengah mengevaluasi penambahan mesin produksi baru pada akhir 2025.
Untuk menjaga pertumbuhan berkelanjutan, Krestijanto memaparkan tiga pilar utama strategi perusahaan yakni menjaga hubungan dengan 70 principal, meningkatkan kecepatan dan efisiensi layanan distribusi kepada rumah sakit dan apotek, serta mengembangkan produk-produk alat kesehatan buatan lokal.
"Principal adalah kunci. Kalau mereka tidak percaya, kita akan kesulitan. Lalu, pelayanan kepada rumah sakit dan apotek harus cepat. Dan yang ketiga, kami fokus pada efisiensi serta pengembangan lini bisnis alat kesehatan baru," ujar dia.
Melalui penguatan ekosistem distribusi dan produksi nasional, serta strategi ekspansi yang terarah, PT Medela Potentia Tbk menargetkan posisi dominan di industri alat kesehatan dan distribusi farmasi di Indonesia, sekaligus membuka potensi ekspansi ke pasar luar negeri.
Fundamental Medela Solid
Kinerja keuangan Medela Potentia menunjukkan tren yang positif meskipun ada beberapa tantangan dalam beberapa tahun terakhir.
Pada periode sembilan bulan yang berakhir pada 30 September 2024, perusahaan mencatatkan peningkatan penjualan sebesar 12,0 persen, yang mencapai Rp13,09 triliun, dibandingkan dengan Rp11,69 triliun pada tahun sebelumnya. Meskipun ada kenaikan dalam beban pokok penjualan yang juga meningkat sebesar 12,0 persen, laba bruto Medela Potentia tetap naik 11,4 persen menjadi Rp1,22 triliun.
Namun, meskipun penjualan dan laba bruto meningkat, perusahaan mengalami kenaikan beban penjualan sebesar 15,6 persen, yang menyebabkan laba usaha hanya tumbuh tipis, yakni sebesar 0,3 persen, menjadi Rp407,6 miliar.
Di sisi lain, laba sebelum pajak penghasilan meningkat sedikit, yakni 0,6 persen, menjadi Rp406,3 miliar. Namun, yang menarik, meskipun ada pertumbuhan pada laba usaha dan laba sebelum pajak, laba komprehensif justru menurun 4,1 persen menjadi Rp297,4 miliar.
Ketika melihat kinerja keuangan pada tahun-tahun sebelumnya, penjualan Medela Potentia pada 2022 hanya meningkat sedikit, sebesar 0,8 persen, menjadi Rp11,69 triliun, yang sebagian besar didorong oleh penjualan terkait COVID-19. Laba usaha dan laba sebelum pajak pada tahun 2022 juga mengalami penurunan, masing-masing turun sebesar 4,3 persen dan 3,9 persen, yang mungkin menunjukkan adanya tekanan biaya atau tantangan operasional.
Di sisi lain, total penghasilan komprehensif perusahaan juga mengalami penurunan sebesar 6,2 persen, yang mencerminkan tantangan di tingkat laba bersih perusahaan.
Pada sisi aset, Medela Potentia mencatatkan pertumbuhan yang signifikan pada 30 September 2024, dengan total aset meningkat 21,3 persen menjadi Rp5,6 triliun, terutama karena kenaikan piutang usaha dan persediaan. Kenaikan ini menunjukkan adanya pengelolaan aset yang cukup baik, meskipun perusahaan menghadapi tantangan di sektor laba komprehensif dan peningkatan beban.
Secara keseluruhan, meskipun ada pertumbuhan dalam penjualan dan aset, tantangan dalam pengelolaan biaya dan laba komprehensif masih menjadi perhatian bagi perusahaan, terutama dengan adanya kenaikan beban yang lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan penjualan. (*)