KABARBURSA.COM — PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) hari ini, Selasa, 3 Juni 2025, di Gedung The Energy, SCBD, Jakarta Selatan. Dalam rapat yang berlangsung mulai pukul 14.00 WIB, manajemen perusahaan resmi meminta persetujuan aksi pembelian kembali saham alias buyback senilai USD25 juta (setara Rp412,5 miliar). Rencana ini sudah dikabarkan sejak April lalu dan menjadi salah satu dari delapan agenda strategis yang dibahas dalam forum pemegang saham.
Menariknya, RUPS kali ini berlangsung dalam suasana yang lumayan bersemangat. Berdasarkan data Stockbit yang dilihat pukul 13.48 WIB, saham MEDC menguat 3,63 persen ke level Rp1.285 per saham setelah sebelumnya dibuka di level Rp1.250.
Tapi di sisi lain, laba bersih kuartal I 2025 MEDC tampak kurang menggairahkan investor. Laba perusahaan milik keluarga Panigoro itu ambles tajam hingga 75,8 persen dibanding periode yang sama tahun lalu dan menjadi hanya USD18 juta (Rp297 miliar). Padahal pendapatan tetap tumbuh tipis sebesar 0,7 persen ke USD560 juta (Rp9,24 triliun).
Apa penyebabnya?
Menurut laporan keuangan terbaru, tekanan terbesar terhadap laba MEDC berasal dari sisi entitas asosiasi dan ventura bersama. Salah satunya adalah PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) yang mencatatkan kerugian sebesar USD29 juta pada kuartal I 2025. Padahal, pada kuartal terakhir 2024 lalu, AMMN masih menyumbang laba signifikan bagi MEDC.

Investment Analyst dari Stockbit Sekuritas Digital, Hendriko Gani, menilai operasional MEDC tetap menunjukkan kinerja yang solid di awal tahun, meskipun tekanan laba bersih cukup dalam. Ia pun mengklaim realisasi kinerja kuartal I 2025 masih sejalan dengan ekspektasi konsensus analis.
“Sejalan dengan ekspektasi konsensus (24,9 persen estimasi FY25F konsensus) dan melampaui ekspektasi kami (27,6 persen estimasi FY25F Stockbit),” ujar Hendriko dalam keterangan tertulis, Senin, 2 Juni 2025.
Dari sisi operasional, produksi minyak MEDC tercatat turun sebesar 2,5 persen secara kuartalan, sementara produksi gas juga terkoreksi 4,6 persen. Meski begitu, harga jual rata-rata tetap stabil—yakni di kisaran USD72 per barel untuk minyak dan USD7,1 per MMBtu untuk gas dan menjaga margin usaha tetap kompetitif di tengah fluktuasi pasar energi global.
Dengan tekanan dari AMMN itu, wajar jika strategi buyback dibaca bukan sekadar manuver keuangan biasa, melainkan langkah defensif menjaga persepsi pasar terhadap valuasi MEDC. Bahkan jika dihitung secara teknikal, aksi buyback ini diprediksi hanya akan meningkatkan EPS secara marginal—kurang dari 1 persen—dan harga saham secara teoritis hanya terdongkrak sekitar Rp12 dari posisi saat ini.
Namun, MEDC masih punya dua mesin utama yang tetap hidup, yakni sektor migas dan ketenagalistrikan. Produksi migas mereka tetap stabil di kisaran 152 ribu boepd pada 2024 dan ditargetkan berada di level 145–150 ribu boepd tahun ini. Di sektor listrik, penjualan ditargetkan meningkat dari 4.108 GWh pada 2024 menjadi 4.500 GWh untuk tahun ini alias meningkat 9,5 persen. Target ini akan ditopang oleh proyek-proyek strategis seperti PLTP Ijen dan ekspansi pembangkit Batam.
Dengan laba yang melorot tajam, muncul pertanyaan apakah buyback kali ini cukup untuk menjaga momentum atau ini sinyal bahwa MEDC sedang mencoba bertahan dari tekanan yang belum mereda? Silakan baca laporan lengkapnya di konten premium KabarBursa Insight Emiten.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.