Logo
>

Memproyeksikan Yield Usai Pernyataan Gubernur BI, Drop?

Ditulis oleh Syahrianto
Memproyeksikan Yield Usai Pernyataan Gubernur BI, Drop?

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Tingkat imbal hasil atau yield Surat Berharga Negara (SBN) tenor pendek terpantau mengalami penurunan atau drop setelah pernyataan Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dalam agenda "Perkembangan Ekonomi Terkini".

    Gubernur BI menyatakan bahwa tidak diperlukan lagi kenaikan suku bunga acuan BI Rate, meskipun kemungkinan adanya tekanan terhadap nilai tukar rupiah di masa mendatang masih ada, terutama mengingat prospek pergerakan suku bunga global dan potensi peningkatan permintaan dolar Amerika Serikat (AS) di pasar domestik dalam beberapa bulan ke depan.

    "Data yang tersedia saat ini menunjukkan bahwa tidak ada kebutuhan untuk menaikkan BI Rate, namun semuanya tergantung pada data yang ada. Dengan data yang ada saat ini, kami percaya bahwa kenaikan BI Rate dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) sudah cukup untuk menjaga stabilitas nilai tukar dan aliran masuk serta inflasi. Semuanya tetap bergantung pada data, dan hasilnya akan kita lihat saat pertemuan bulanan Dewan Gubernur. Semuanya butuh kesabaran," kata Perry, Rabu, 8 Mei 2024.

    Setelah Gubernur BI menyampaikan pernyataannya, terlihat bahwa yield SBN tenor 1 tahun turun sebesar 1,4 bps menjadi 6,83 persen, diikuti oleh penurunan imbal hasil tenor 2 tahun sebesar 5,6 bps menjadi 6,77 persen. Imbal hasil tenor 4 tahun juga menurun menjadi 6,947 persen. Sementara itu, imbal hasil SBN tenor 7 tahun juga melandai menjadi 7,00 persen. Namun, imbal hasil tenor 10 tahun masih mengalami kenaikan menjadi 6,967 persen.

    Padahal sebelumnya, pada Selasa, 7 Mei, kenaikan imbal hasil terjadi karena penjualan yang dilakukan oleh investor selama April di pasar SBN mencapai Rp47,26 triliun. Imbal hasil SBN tenor 10 tahun naik sebanyak 50 bps, mencapai 7,21 persen, sementara tenor pendek 1 tahun dan menengah 5 tahun masing-masing melonjak sebanyak 78 bps dan 50,6 bps menjadi 7,09 persen dan 7,13 persen.

    Tenor yang lebih panjang juga mengalami tekanan jual. Imbal hasil SBN tenor 15 tahun, 20 tahun, dan 30 tahun masing-masing meningkat sebanyak 30,9 bps, 19,2 bps, dan 17,1 bps selama bulan April.

    Meskipun tekanan jual di pasar SBN yang mempengaruhi nilai tukar rupiah telah sedikit mereda saat ini, dengan kembalinya masuknya modal asing dan penurunan imbal hasil kembali ke kisaran 6,88 persen untuk tenor 10 tahun dan 6,89 persen untuk tenor 3 tahun.

    Di sisi lain, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tetap stabil setelah sempat mengalami tekanan dalam kisaran sempit sejak awal perdagangan hari ini, Rabu, 8 Mei. Rupiah spot bergerak di sekitar Rp16.045 per dolar AS.

    Perry menyatakan bahwa likuiditas masih cukup memadai, terutama dengan tambahan insentif dari Kebijakan Likuiditas Makroprudensial kepada perbankan senilai Rp115 triliun hingga akhir tahun ini.

    "Hingga 1 Juni, ada penambahan likuiditas sebesar Rp81 triliun, sehingga totalnya sekitar Rp260 triliun," ujar Perry.

    Pelaku pasar obligasi khawatir tentang kemungkinan kenaikan BI Rate dalam waktu dekat karena ketidakpastian prospek suku bunga global masih ada. Rupiah dianggap masih rentan karena puncak permintaan dolar AS biasanya terjadi pada bulan Mei-Juni, terutama saat cadangan devisa sudah tergerus sebesar USD 10,2 miliar dalam 4 bulan terakhir.

    Kekhawatiran tersebut tercermin dalam pergerakan kurva imbal hasil di pasar SBN, di mana terlihat masih terbentuknya pola flat-inverted terutama antara tenor pendek di bawah 5 tahun dan menengah, yaitu 6-12 tahun, yang menandakan bahwa para pelaku pasar masih waspada terhadap risiko kenaikan suku bunga acuan BI dalam waktu dekat.

    Jika kita melihat sejarah, permintaan dolar AS akan mencapai puncaknya pada kuartal II karena jatuh temponya pembayaran dividen oleh investor asing, jatuh tempo utang luar negeri pemerintah dan perusahaan, kebutuhan valuta asing untuk impor migas oleh Pertamina, serta permintaan valuta asing seiring dimulainya musim haji.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Syahrianto

    Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

    Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

    Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

    Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.