KABARBURSA.COM - Ketika Presiden Prabowo Subianto mengumumkan susunan Kabinet Merah Putih pada Oktober 2024, satu nama menarik perhatian publik. Yassierli, yang sebelumnya dikenal sebagai guru besar di Institut Teknologi Bandung (ITB), dilantik sebagai Menteri Ketenagakerjaan (Menaker). Keputusan ini menimbulkan berbagai reaksi, mengingat latar belakang Yassierli yang lebih banyak berkutat di dunia akademis dan penelitian daripada di politik atau birokrasi. Namun, jika menilik lebih dalam, Yassierli bukanlah figur yang sepenuhnya asing di dunia industri. Kariernya sebagai konsultan di berbagai perusahaan besar, termasuk beberapa emiten terkemuka di Bursa Efek Indonesia (BEI), menambah kredibilitasnya dalam mengelola sektor ketenagakerjaan.
Mengutip laman pribadinya yassierli.com, sebelum menjabat sebagai Menaker, Yassierli terlibat dalam berbagai proyek konsultasi yang menjadikannya dekat dengan industri. Ia memberikan saran dan solusi di bidang keselamatan kerja, ergonomi, serta efisiensi organisasi untuk beberapa perusahaan besar, termasuk PT Elnusa Tbk, PT Vale Indonesia Tbk, PT Bumi Resources Tbk, dan PT Pelat Timah Nusantara Tbk. Pengalaman ini memberikan wawasan praktis yang berharga baginya dalam memahami tantangan nyata di sektor industri, terutama dalam hal kesejahteraan dan efisiensi tenaga kerja.
Saat ini, kinerja fundamental emiten-emiten tersebut mencerminkan berbagai dinamika yang berbeda. PT Elnusa terus menunjukkan peningkatan laba yang signifikan, sementara PT Vale Indonesia menghadapi penurunan kinerja di tengah fluktuasi harga nikel global. Di sisi lain, PT Bumi Resources memperlihatkan upaya pemulihan bertahap dengan stabilisasi laba, dan PT Pelat Timah Nusantara masih bergulat dengan tantangan mempertahankan profitabilitas di tengah kerugian yang berkelanjutan. Berikut adalah ulasan fundamental keempat emiten tersebut dilansir dari data Stockbit.
PT Elnusa Tbk (ELSA)
ELSA mencatat peningkatan signifikan dalam laba bersih pada tahun 2024 dibandingkan dengan periode yang sama di tahun-tahun sebelumnya. Laba bersih pada 2024 tercatat sebesar Rp260 miliar, meningkat dari Rp135 miliar pada 2023 dan Rp151 miliar pada 2022. Peningkatan ini mencerminkan kinerja keuangan perusahaan yang semakin kuat, terutama di sektor energi dan jasa penunjangnya.
Secara tahunan, proyeksi laba bersih yang diannualisasi untuk 2024 mencapai Rp886 miliar, menunjukkan pertumbuhan signifikan dibandingkan Rp503 miliar pada 2023. Angka ini mencerminkan tren positif dari upaya perbaikan kinerja operasional perusahaan. Total laba bersih berjalan hingga pertengahan tahun 2024 adalah Rp696 miliar, juga lebih tinggi dari Rp503 miliar di periode yang sama tahun sebelumnya.
Dari sisin kapitalisasi pasar, ELSA mencatat sebesar Rp3.532 miliar, sementara nilai perusahaan mencapai Rp2.47 triliun. Perbedaan antara kedua angka ini menunjukkan struktur permodalan dan hutang perusahaan. Dengan jumlah saham beredar sebanyak 7,3 miliar lembar, perusahaan memiliki basis pemegang saham yang luas di sektor publik.
Profitabilitas
- Margin Laba Kotor: 10,74 persen, yang menunjukkan efisiensi produksi dan pengelolaan biaya.
- Margin Laba Operasional: 7,21 persen, mengindikasikan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari kegiatan operasional.
- Margin Laba Bersih: 8,09 persen, menunjukkan proporsi laba bersih yang diperoleh dari total pendapatan, relatif stabil dan menguntungkan.
Pertumbuhan
- Pertumbuhan Pendapatan (dibanding tahun sebelumnya): 18,12 persen, menandakan peningkatan pendapatan yang kuat dibanding tahun sebelumnya.
- Pertumbuhan Laba Kotor (dibanding tahun sebelumnya): 27,22 persen, menunjukkan peningkatan efisiensi dan kontrol biaya.
- Pertumbuhan Laba Bersih (dibanding tahun sebelumnya): 92,17 persen, yang mencerminkan peningkatan tajam dalam laba bersih, memperlihatkan efisiensi operasional dan optimalisasi sumber daya.
Dividen
Perusahaan membagikan dividen sebesar Rp27,57 per saham dengan rasio pembayaran 22,71 persen, yang artinya sebagian laba bersih didistribusikan kembali kepada pemegang saham. Tingkat hasil dividen mencapai 5,79 persen, dan tanggal pembagian dividen terakhir adalah 28 Mei 2024.
Performa Harga Saham
- Pergerakan Harga Minggu Ini: Naik sebesar 0,41 persen
- Pergerakan Harga 3 Bulan Terakhir: Menurun sebesar 8,68 persen.
- Pergerakan Harga 1 Bulan Terakhir: Mengalami kenaikan sebesar 0,41 persen.
- Pergerakan Harga 6 Bulan Terakhir: Menguat sebesar 21,61 persen.
- Pergerakan Harga 1 Tahun Terakhir: Naik sebesar 16,91 persen.
- Pergerakan Harga 3 Tahun Terakhir: Mencatat peningkatan sebesar 53,16 persen.
- Pergerakan Harga 5 Tahun Terakhir: Tumbuh sebesar 47,56 persen.
- Pergerakan Harga 10 Tahun Terakhir: Mengalami penurunan sebesar 15,09 persen.
- Pergerakan Harga Sejak Awal Tahun: Naik sebesar 24,74 persen.
Harga tertinggi dalam 52 minggu terakhir adalah Rp545 per saham, sementara harga terendah tercatat Rp370 per saham.
PT Vale Indonesia Tbk (INCO)
INCO mencatat kinerja yang beragam pada tahun 2024. Laba bersih pada periode kuartal kedua 2024 tercatat sebesar Rp513 miliar, mengalami peningkatan dibandingkan kuartal sebelumnya yang hanya Rp98 miliar. Namun, secara tahunan, kinerja laba bersih menunjukkan penurunan. Pada 2023, laba bersih mencapai Rp4,23 triliun, sedangkan proyeksi tahunan untuk 2024 hanya sebesar Rp1,22 triliun. Penurunan ini mencerminkan tekanan yang dialami perusahaan, terutama dalam menghadapi dinamika pasar global dan harga komoditas.
Sementara itu, total laba bersih berjalan (TTM - trailing twelve months) hingga pertengahan 2024 mencapai Rp1,73 triliun, jauh lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang berada di Rp4,23 triliun. Hal ini menjadi indikasi adanya penurunan kinerja yang perlu diperhatikan oleh investor.
Kapitalisasi pasar INCO tercatat sebesar Rp44,26 triliun, sedangkan nilai perusahaan berada di angka Rp30,75 triliun. Dengan jumlah saham beredar sebanyak 10,54 miliar lembar, perusahaan ini merupakan salah satu pemain utama di sektor pertambangan nikel di Indonesia. Nilai perusahaan yang lebih rendah dari kapitalisasi pasar bisa menjadi sinyal adanya efisiensi operasional atau tingkat hutang yang rendah.
Profitabilitas
- Margin Laba Kotor: 16,45 persen, menunjukkan pengelolaan biaya produksi yang masih terjaga meskipun ada penurunan harga nikel.
- Margin Laba Operasional: 13,52 persen, mencerminkan efisiensi perusahaan dalam mengelola biaya operasional.
- Margin Laba Bersih: 12,22 persen, menunjukkan profitabilitas bersih dari pendapatan total perusahaan.
Pertumbuhan
- Pertumbuhan Pendapatan (dibanding tahun sebelumnya): Menurun 5,54 persen, mengindikasikan penurunan penjualan yang bisa dipengaruhi oleh fluktuasi harga komoditas nikel.
- Pertumbuhan Laba Kotor (dibanding tahun sebelumnya): Turun 46,30 persen, menunjukkan tantangan signifikan dalam pengelolaan biaya atau penurunan margin.
- Pertumbuhan Laba Bersih (dibanding tahun sebelumnya): Menurun 13,08 persen, mencerminkan adanya tekanan pada profitabilitas perusahaan.
Dividen
PT Vale Indonesia Tbk. membagikan dividen sebesar Rp89,60 per saham dengan rasio pembayaran mencapai 77,25 persen. Tingkat hasil dividen berada di angka 2,14 persen, dan tanggal pembagian dividen terakhir adalah 16 Mei 2023. Rasio pembayaran yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan berkomitmen untuk memberikan imbal hasil kepada pemegang saham meskipun menghadapi penurunan laba.
Performa Harga Saham
- Pergerakan Harga Minggu Ini: Naik sebesar 0,72 persen.
- Pergerakan Harga 3 Bulan Terakhir: Meningkat 11,11 persen, menunjukkan pemulihan dari harga sebelumnya.
- Pergerakan Harga 1 Bulan Terakhir: Menguat sebesar 13,51 persen.
- Pergerakan Harga 6 Bulan Terakhir: Mengalami penurunan sebesar 2,86 persen, mencerminkan volatilitas yang masih tinggi di pasar.
- Pergerakan Harga 1 Tahun Terakhir: Turun signifikan sebesar 25,50 persen, memperlihatkan adanya tekanan besar pada harga saham di tahun ini.
- Pergerakan Harga 3 Tahun Terakhir: Menurun sebesar 12,93 persen.
- Pergerakan Harga 5 Tahun Terakhir: Menguat sebesar 26,00 persen, menunjukkan tren positif jangka panjang.
- Pergerakan Harga 10 Tahun Terakhir: Naik sebesar 15,78 persen, mengindikasikan stabilitas jangka panjang meski ada fluktuasi tahunan.
- Pergerakan Harga Sejak Awal Tahun: Turun sedikit sebesar 0,60 persen, mencerminkan pergerakan yang relatif stabil.
Harga tertinggi dalam 52 minggu terakhir tercatat Rp5.662 per saham, sementara harga terendah adalah Rp3.539 per saham.
PT Bumi Resources Tbk (BUMI)
BUMI mengalami kinerja yang beragam dalam hal laba bersih selama beberapa tahun terakhir. Pada 2024, laba bersih yang tercatat hingga kuartal kedua mencapai Rp318 miliar. Meskipun lebih rendah dari Rp1.07 triliun pada kuartal pertama, angka ini masih menunjukkan stabilitas positif jika dibandingkan dengan tren laba bersih pada beberapa tahun sebelumnya yang fluktuatif.
Secara tahunan, proyeksi laba bersih untuk 2024 diperkirakan mencapai Rp2.78 triliun, lebih tinggi dibandingkan 2023 yang hanya Rp169 miliar. Ini mengindikasikan adanya pemulihan dan peningkatan kinerja yang signifikan. Namun, total laba bersih berjalan hingga kuartal kedua 2024 berada pada Rp333 miliar, menandakan adanya tantangan di pertengahan tahun yang mungkin memengaruhi kinerja keseluruhan.
Kapitalisasi pasar BUMI tercatat sebesar Rp53.099 miliar, sedangkan nilai perusahaan mencapai Rp82,06 triliun Dengan jumlah saham beredar yang sangat besar, yaitu 371,32 miliar lembar, Bumi Resources termasuk salah satu perusahaan tambang dengan kapitalisasi pasar yang tinggi di sektor batubara. Nilai perusahaan yang lebih besar dari kapitalisasi pasar menunjukkan adanya hutang atau kewajiban yang harus dikelola dengan baik untuk menjaga stabilitas keuangan perusahaan.
Profitabilitas
- Margin Laba Kotor: 10,96 persen, menunjukkan efisiensi produksi yang moderat, cukup stabil meski ada tekanan pada pendapatan.
- Margin Laba Operasional: 0,70 persen, yang relatif rendah dan mengindikasikan bahwa sebagian besar pendapatan digunakan untuk menutup biaya operasional.
- Margin Laba Bersih: 6,59 persen, masih menunjukkan adanya keuntungan bersih yang dihasilkan meski tingkatnya cukup kecil jika dibandingkan dengan pendapatan total.
Pertumbuhan
- Pertumbuhan Pendapatan (dibanding tahun sebelumnya): Menurun 25,46 persen, yang mencerminkan adanya penurunan permintaan atau tekanan harga di pasar batubara.
- Pertumbuhan Laba Kotor (dibanding tahun sebelumnya): Naik sebesar 42,96 persen, menandakan peningkatan efisiensi dalam produksi meski pendapatan mengalami penurunan.
- Pertumbuhan Laba Bersih (dibanding tahun sebelumnya): Menurun tipis sebesar 2,08 persen, menunjukkan bahwa perusahaan berhasil menjaga profitabilitas meski pendapatan turun.
Dividen
BUMI tidak membagikan dividen selama beberapa tahun terakhir, dengan rasio pembayaran yang juga tidak tertera. Dividen terakhir yang tercatat adalah sebesar Rp14,31 per saham dengan tanggal pembagian terakhir pada 20 Juni 2012. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan mungkin lebih fokus untuk menstabilkan keuangan dan mengelola kewajiban hutang daripada memberikan imbal hasil kepada pemegang saham.
Performa Harga Saham
- Pergerakan Harga Minggu Ini: Naik sebesar 2,14 persen.
- Pergerakan Harga 3 Bulan Terakhir: Menguat signifikan sebesar 81,01 persen, menunjukkan pemulihan kuat dari harga sebelumnya.
- Pergerakan Harga 1 Bulan Terakhir: Mengalami kenaikan sebesar 23,28 persen.
- Pergerakan Harga 6 Bulan Terakhir: Menguat sebesar 68,24 persen, memperlihatkan tren bullish yang konsisten.
- Pergerakan Harga 1 Tahun Terakhir: Meningkat sebesar 18,18 persen, mengindikasikan stabilitas jangka pendek.
- Pergerakan Harga 3 Tahun Terakhir: Naik tajam sebesar 93,24 persen.
- Pergerakan Harga 5 Tahun Terakhir: Menguat sebesar 72,29 persen, menunjukkan pertumbuhan positif meski ada tantangan dalam operasional.
- Pergerakan Harga 10 Tahun Terakhir: Naik sebesar 10,85 persen, mengindikasikan pertumbuhan yang stabil dalam jangka panjang.
- Pergerakan Harga Sejak Awal Tahun: Menguat sebesar 68,24 persen, menunjukkan performa yang sangat positif sepanjang tahun 2024.
Harga tertinggi dalam 52 minggu terakhir tercatat sebesar Rp150 per saham, sedangkan harga terendah adalah Rp69 per saham.
PT Pelat Timah Nusantara Tbk (NIKL)
NIKL mencatat kinerja yang menantang pada tahun 2024. Laba bersih perusahaan pada kuartal kedua 2024 tercatat negatif Rp47 miliar, lebih buruk dibandingkan kuartal yang sama di tahun 2023 yang juga mengalami kerugian sebesar Rp15 miliar. Angka ini menunjukkan tekanan berkelanjutan pada profitabilitas perusahaan.
Secara tahunan, proyeksi laba bersih untuk 2024 diperkirakan akan mengalami kerugian sebesar Rp126 miliar, lebih besar dibandingkan kerugian Rp57 miliar pada 2023. Total laba bersih berjalan (TTM - trailing twelve months) hingga kuartal kedua 2024 mencapai negatif Rp123 miliar.
NIKL mencatat kapitalisasi pasar sebesar Rp858 miliar, sedangkan nilai perusahaan mencapai Rp1.619 miliar. Perbedaan ini mengindikasikan adanya kewajiban atau hutang yang cukup besar dalam struktur keuangan perusahaan. Dengan jumlah saham beredar sebanyak 2,52 miliar lembar, PT Pelat Timah Nusantara masih memiliki basis pemegang saham yang stabil meskipun kondisi keuangannya sedang menghadapi tantangan.
Profitabilitas
- Margin Laba Kotor: 1,89 persen, menunjukkan margin yang sangat tipis dan efisiensi produksi yang belum optimal.
- Margin Laba Operasional: -5,06 persen, mencerminkan kerugian operasional yang menunjukkan bahwa biaya operasional melebihi pendapatan.
- Margin Laba Bersih: -8,17 persen, mengindikasikan kerugian bersih yang cukup signifikan dibandingkan dengan total pendapatan.
Pertumbuhan
- Pertumbuhan Pendapatan (dibanding tahun sebelumnya): Naik sebesar 3,49 persen, menunjukkan sedikit peningkatan dalam penjualan atau pendapatan meski belum cukup signifikan.
- Pertumbuhan Laba Kotor (dibanding tahun sebelumnya): Mengalami kenaikan sebesar 5,61 persen, menandakan adanya perbaikan efisiensi meski sangat terbatas.
- Pertumbuhan Laba Bersih (dibanding tahun sebelumnya): Menurun tajam sebesar -211,68 persen, mengindikasikan peningkatan kerugian yang mengkhawatirkan, sehingga perusahaan perlu mengambil langkah strategis untuk membalikkan tren ini.
Dividen
Perusahaan terakhir kali membagikan dividen sebesar Rp10,01 per saham dengan rasio pembayaran yang tidak tercatat pada tahun 2022. Tidak ada pembagian dividen yang diumumkan sejak saat itu, mencerminkan fokus perusahaan untuk mengatasi kondisi keuangan yang menantang dan mungkin mengalokasikan dana untuk stabilisasi operasional.
Performa Harga Saham
Performa harga saham NIKL menunjukkan pergerakan yang cukup fluktuatif dalam berbagai periode waktu. Dalam satu minggu terakhir, harga saham NIKL mencatat kenaikan tajam sebesar 34,65 persen, mengindikasikan adanya sentimen positif atau minat beli yang kuat di pasar. Kenaikan ini juga tercermin pada pergerakan harga satu bulan terakhir yang mencapai 36,80 persen, serta dalam rentang tiga bulan yang mencatat pertumbuhan sebesar 24,82 persen. Tren positif ini menunjukkan bahwa meskipun ada tantangan dalam kinerja fundamental, saham NIKL masih menarik perhatian investor dalam jangka pendek.
Namun, jika dilihat dalam rentang yang lebih panjang, performa saham NIKL tidak sepenuhnya konsisten. Dalam enam bulan terakhir, saham ini mengalami penurunan sebesar 12,31 persen, dan penurunan yang lebih signifikan terlihat dalam periode satu tahun terakhir, yaitu sebesar 3,39 persen. Dalam rentang waktu tiga dan lima tahun, harga saham NIKL bahkan merosot drastis masing-masing sebesar 70 persen dan 65,97 persen, mencerminkan kesulitan yang lebih mendalam di masa lalu.
Meskipun begitu, dalam jangka panjang sepuluh tahun terakhir, saham NIKL justru menunjukkan pertumbuhan positif sebesar 144,29 persen. Ini mengindikasikan bahwa secara historis, saham ini pernah berada dalam posisi yang kuat, meskipun saat ini sedang mengalami periode fluktuasi yang cukup tajam.
Sejak awal tahun, harga saham NIKL telah tumbuh sebesar 12,50 persen, memperlihatkan adanya perbaikan atau pemulihan yang mungkin sedang berlangsung. Harga tertinggi dalam 52 minggu terakhir tercatat di angka Rp635 per saham, sedangkan harga terendah berada di Rp222 per saham, menunjukkan rentang volatilitas yang cukup lebar.(*)