KABARBURSA.COM - Jika melihat pergerakan saham PT Gudang Garam Tbk (IDX: GGRM), seperti hidup segan mati tak mau. Tetapi, ternyata pandangan tersebut agak berbeda, karena sejumlah analis masih melihat potensi tersembunyi dari emiten rokok kretek tersebut.
Memang, saham Gudang Garam sedang menghadapi fase yang cukup pelik. Di satu sisi, valuasi sahamnya saat ini tergolong sangan murah, namun di sisi lain performa keuangannya belum memberikan tanda-tanda pemulihan yang benar-benar meyakinkan.
Wajar jika kemudian banyak yang bertanya, apakah di kuartal kedua 2025 menjadi saat yang tepat untuk kembali melirik GGRM?
Yuk, kita intip fundamental Gudang Garam saat ini!
Secara valuasi, tampilan saham GGRM memang terlihat menarik. Saat ini, rasio price to book value hanya berada di angka 0,30. Rasio tersebut mencerminkan bahwa harga sahamnya masih jauh di bawah nilai bukunya.
Tidak hanya itu, rasio price to sales juga sangat rendah, hanya 0,20. Artinya, investor hanya membayar Rp20 untuk setiap Rp100 penjualan perusahaan. Dari sisi harga terhadap arus kas, price to cashflow tercatat di angka 3,52, yang artinya valuasi masih masuk akal untuk perusahaan dengan arus kas operasional yang sehat.
Lalu, di lihat dari Forward PE Ratio yang berada di level 19,13, performa Gudang Garam mengindikasikan adanya ekspektasi perbaikan kinerja dalam beberapa kuartal ke depan. Namun, ini masih jauh dibandingkan rerata PE sektor konsumer yang umumnya lebih rendah.
PEG ratio yang menyentuh angka 5,16 memberi sinyal bahwa pertumbuhan laba belum cukup kuat untuk mengimbangi harga saham saat ini, terlepas dari valuasinya yang tampak murah.
Dari sisi neraca, perusahaan juga terlihat masih cukup solid. Total kas per kuartal sebesar Rp3,69 triliun dan current ratio di angka 2,34. Ini menunjukkan likuiditas yang memadai.
Beban utang juga tergolong ringan, dengan debt to equity ratio hanya 0,14 dan rasio utang terhadap total aset di angka konservatif, yaitu 0,10. Artinya, Gudang Garam berada dalam posisi yang relatif aman untuk menghadapi tekanan ekonomi jangka pendek.
Harapan Pupus?
Namun demikian, ada tantangan besar pada sisi profitabilitas. Laba bersih kuartal I 2025 hanya Rp104 miliar, jauh lebih kecil dibandingkan periode yang sama tahun-tahun sebelumnya.
Margin laba kotor dan margin laba bersih juga ikut tergerus, masing-masing hanya 8,69 persen dan 0,45 persen. Angka ini menggambarkan tekanan yang cukup serius di lini operasional, baik dari sisi harga jual maupun beban produksi.
Performa harga saham GGRM dalam beberapa tahun terakhir juga belum menggembirakan. Dalam setahun terakhir, harga saham anjlok lebih dari 45 persen dan penurunan selama lima tahun terakhir mencapai 77 persen.
Bahkan, jika ditarik sepuluh tahun ke belakang, saham GGRM telah kehilangan hampir 79 persen dari nilai pasarannya. Ini menunjukkan bahwa meski valuasi terlihat sangat murah, pasar masih menunggu kepastian arah fundamental yang lebih kuat.
Namun, bukan berarti harapan pupus. Perusahaan yang didirikan oleh pengusaha Suryo Wonowidjojo ini tetap memiliki potensi untuk bangkit, terutama jika berhasil meningkatkan efisiensi operasional dan mendorong penjualan domestik.
Sentimen terhadap pemulihan daya beli konsumen juga bisa menjadi faktor pendorong, khususnya bila perusahaan kembali agresif dalam memperkuat distribusi dan menstabilkan margin.
Dengan Altman Z-Score di level 7,48, GGRM justru tergolong sangat sehat dari sisi kelangsungan usaha. Ini menjadi catatan penting di tengah tekanan laba, bahwa perusahaan tidak sedang dalam ancaman kegagalan finansial.
Jika dalam beberapa kuartal ke depan GGRM mampu membalikkan kinerja dan menyalurkan kembali dividen secara konsisten, potensi turnaround bisa saja menjadi kenyataan.
Jelang kuartal kedua 2025, investor sebaiknya mencermati dengan jeli. Gudang Garam memang bukan saham spekulatif yang bergerak liar dalam waktu singkat, tapi dengan valuasi yang sudah sangat rendah dan fundamental yang mulai menunjukkan tanda stabil, peluang pemulihan tetap terbuka.
Kini tinggal menunggu, apakah GGRM bisa memanfaatkan momentum? Atau tekanan makro dan sektor masih akan terus membayangi? Pasar akan menilai jawabannya dalam waktu dekat.
Saham Gudang Garam Belum Tunjukkan Tanda Reversal
Pergerakan saham PT Gudang Garam Tbk (IDX: GGRM) hingga pekan pertama Mei 2025 masih dibayangi tekanan jual yang kuat. Berdasarkan data analisis teknikal terbaru, sentimen pasar terhadap emiten rokok Gudang Garam Signature ini masih cenderung negatif.
Sejumlah indikator penting malah menunjukkan bahwa potensi pembalikan arah atau reversal belum terlihat jelas di grafik.
Secara umum, sinyal dari indikator moving average menunjukkan kecenderungan sangat bearish. Dari 12 indikator rata-rata pergerakan harga yang diamati, 11 di antaranya mengeluarkan sinyal jual.
Baik pendekatan sederhana maupun eksponensial dari MA5 hingga MA200 seluruhnya masih berada di atas harga terkini, menandakan bahwa harga GGRM masih jauh dari titik-titik rata-rata jangka pendek dan panjang. Ini menjadi konfirmasi bahwa tren turun belum terputus dan belum ada pijakan kuat untuk memulai fase pemulihan.
Sementara itu, indikator teknikal lainnya memberikan gambaran yang lebih beragam namun tetap didominasi sinyal lemah. MACD (12,26) saat ini menunjukkan nilai negatif di -111, yang mengindikasikan tekanan jual masih cukup aktif.
Begitu pula dengan ADX (14) berada di kisaran 24, sebuah angka yang menyiratkan bahwa tren memang sedang terbentuk, namun belum cukup kuat untuk dianggap sebagai sinyal arah yang pasti. Kombinasi indikator ini memperlihatkan bahwa tren turun belum kehilangan momentumnya.
Beberapa indikator momentum seperti RSI (14) dan Stochastic Oscillator juga masih berada di area netral, masing-masing di angka 47 dan 47,7. Ini artinya saham salah satu biggest companies in Indonesia ini belum masuk ke zona jenuh jual, namun juga belum cukup kuat untuk menunjukkan dorongan beli yang berarti.
Begitu juga dengan indikator CCI dan Williams %R yang masih bermain di tengah, menandakan pasar masih ragu mengambil arah yang lebih tegas.
Satu-satunya indikator yang memberikan sinyal beli datang dari ROC (Rate of Change), yang tercatat positif. Namun, ini belum cukup untuk membalikkan pandangan umum bahwa tekanan masih mendominasi. Bull/Bear Power pun tetap negatif, menegaskan bahwa kekuatan penjual saat ini lebih dominan dibanding pembeli.
Dari sisi volatilitas, ATR (Average True Range) yang berada di level 325 menandakan bahwa fluktuasi harian GGRM cukup terkendali, tetapi tetap menyimpan potensi pergerakan tajam sewaktu-waktu.
Sementara itu, pivot point klasik menempatkan harga keseimbangan di kisaran Rp9.742, dengan batas support terdekat di Rp9.684 dan resistance di Rp9.809. Ini berarti ruang gerak harga dalam waktu dekat kemungkinan masih berada di kisaran sempit, kecuali ada lonjakan volume atau sentimen yang signifikan dari sisi fundamental.
Melihat kondisi teknikal saat ini, investor disarankan untuk tetap waspada. Meskipun tidak ada sinyal jual ekstrem, mayoritas indikator mengarah ke tekanan lanjutan.
Bagi yang sudah memiliki posisi di saham ini, langkah konservatif mungkin diperlukan, sementara bagi calon investor, menunggu konfirmasi pembalikan arah bisa menjadi pilihan yang lebih bijak.
Dengan situasi teknikal yang belum berpihak, GGRM kini berada di fase krusial—menanti katalis baru yang bisa mengubah arah tren yang sedang berjalan. Sebelum itu terjadi, kehati-hatian tetap menjadi kunci.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.