KABARBURSA.COM – Menteri Perdagangan RI Budi Santoso baru saja menghadiri Pertemuan Menteri Luar Negeri dan Menteri Ekonomi ASEAN atau ASEAN Joint Foreign and Economic Ministers Meeting di Kuala Lumpur, Malaysia, untuk membahas penguatan kerja sama lintas pilar ekonomi dan keamanan di kawasan.
Pertemuan dengan menteri ASEAN itu membahas strategi menghadapi tantangan geoekonomi dan geopolitik global yang kian dinamis.
“Pertemuan ini merupakan momentum strategis untuk memperkuat kolaborasi antara kedua pilar, sekaligus menjadi kesempatan untuk meninjau kembali mekanisme dan kelembagaan ASEAN dalam mengimplementasikan berbagai inisiatif kolektif,” ujar Budi Santoso dalam pernyataan resminya dikutip Selasa, 28 Oktober 2025.
Ia juga menyoroti perlunya ASEAN memperdalam integrasi ekonomi regional melalui optimalisasi manfaat Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) serta modernisasi ASEAN Plus One Free Trade Agreement (FTA) guna memperluas akses pasar dan memperkuat rantai pasok kawasan.
“ASEAN saat ini sedang melakukan negosiasi ASEAN–Canada FTA dan Indonesia berharap proses ini dapat diselesaikan pada 2026. Ke depan, ASEAN juga perlu menjajaki kerja sama baru dengan Uni Eropa dan Dewan Kerja Sama Kawasan Teluk (Gulf Cooperation Council/GCC) untuk memperkuat diversifikasi ekonomi kawasan,” ujar dia.
Pertemuan tersebut juga membahas laporan ASEAN Geoeconomics Report (AGR) 2025 yang disusun oleh ASEAN Geoeconomics Task Force (AGTF). Laporan itu menjadi rujukan strategis bagi ASEAN dalam memperkuat ketahanan ekonomi kawasan dan menjaga relevansi organisasi di tengah perubahan global. “Indonesia berperan aktif dalam proses penyusunan laporan tentang bagaimana membangun ketahanan ekonomi kawasan," ujar dia.
Masih di Kuala Lumpur, sehari setelah pertemuan lintas pilar tersebut, Budi kemudian mendampingi Presiden RI Prabowo Subianto dalam prosesi penyerahan naskah The Second Protocol to Amend the ASEAN Trade in Goods Agreement (ATIGA Upgrade) kepada Sekretaris Jenderal ASEAN, Kao Kim Hourn. Prosesi berlangsung Minggu, 26 Oktober 2025 dan menjadi bagian penting dari rangkaian KTT ASEAN ke-47.
Penyerahan dilakukan oleh Menteri Investasi, Perdagangan, dan Industri Malaysia, Tengku Zafrul Abdul Aziz, selaku Ketua Dewan ASEAN Free Trade Area (AFTA), disaksikan langsung oleh para kepala negara ASEAN.
Penandatanganan naskah perjanjian telah dilakukan oleh Indonesia bersama lima negara ASEAN lainnya sehari sebelumnya. Sementara Kamboja dan Laos menandatangani secara ad referendum, dengan Myanmar dan Vietnam dijadwalkan menandatangani pada November 2025. Implementasi perjanjian ini akan berlaku 18 bulan setelah seluruh proses penandatanganan rampung.
ATIGA Upgrade dianggap menjadi tonggak penting dalam mendorong perdagangan berwawasan lingkungan, memperkuat peran UMKM, serta meningkatkan konektivitas rantai pasok antarnegara ASEAN. “Perjanjian ini mencerminkan keyakinan ASEAN untuk terus bergerak maju dan tetap relevan di tengah dinamika ekonomi global. Ini bukan sekadar pembaruan aturan, melainkan langkah untuk memperkuat pasar dan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan serta pengembangan rantai pasok yang tangguh dan berdaya saing,” ujar Budi.
Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional, Djatmiko Bris Witjaksono, menambahkan bahwa Indonesia berhasil menjaga kepentingan nasional dalam negosiasi tersebut. “Salah satu capaian penting bagi Indonesia adalah mempertahankan protokol khusus untuk beras dan gula, yang menjadi kunci dalam menjaga stabilitas harga dan pasokan dua komoditas strategis kawasan. Bagi Indonesia, perjanjian ini membuka ruang bagi UMKM untuk berkontribusi dalam rantai pasok kawasan, memperkuat konektivitas industri, serta mempercepat transisi menuju perdagangan yang lebih hijau dan berdaya saing,” ujar Djatmiko.
Perdagangan intra-ASEAN tercatat mencapai USD 823,1 miliar pada 2024 atau 21,4 persen dari total perdagangan kawasan. Angka tersebut memperlihatkan potensi besar ASEAN dalam memperdalam integrasi ekonomi dan memperkuat perannya di kancah global. Dengan penguatan koordinasi lintas pilar dan implementasi ATIGA Upgrade, ASEAN diyakini semakin siap menghadapi ketidakpastian ekonomi dunia dan menjaga posisinya sebagai pusat pertumbuhan ekonomi global.(*)