KABARBURSA.COM - Emiten Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) dinilai akan memiliki kinerja positif pada semester II 2025. Namun, ada juga tantangan yang harus dihadapi.
Pengamat pasar modal, Wahyu Laksono memandang proyeksi emiten Himbara pada semester II 2025 cenderung positif di tengah Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,25 persen pada Juli tahun ini.
Wahyu menjelaskan penurunan suku bunga acuan bertujuan untuk mendorong aktivitas ekonomi. Suku bunga yang lebih rendah, kata dia, akan membuat pinjaman menjadi lebih menarik bagi korporasi dan individu.
"Sehingga berpotensi mendorong pertumbuhan kredit di semester II 2025. Bank-bank Himbara, dengan pangsa pasar yang besar dan dukungan pemerintah, akan diuntungkan dari peningkatan permintaan kredit ini," ujar dia kepada Kabarbursa.com dikutip, Sabtu, 2 Agustus 2025.
Meski begitu, Wahyu melihat terdapat sedikit efek negatif imbas dari penurunan suku bunga BI. Ia menilai penurunan suku bunga acuan dapat sedikit menekan Net Interest Margin (NIM) perbankan karena biaya dana cenderung lebih kaku dibandingkan penurunan bunga kredit.
Namun, lanjut dia, emiten Himbara memiliki basis dana pihak ketiga (DPK) yang kuat, terutama dari giro dan tabungan (CASA - Current Account Savings Account) dengan biaya rendah. Ini akan membantu memitigasi dampak negatif pada NIM.
"Secara keseluruhan, meskipun ada sedikit tekanan pada NIM, penurunan suku bunga BI diperkirakan akan lebih banyak mendorong pertumbuhan kredit dan aktivitas ekonomi, yang pada akhirnya akan menguntungkan kinerja Himbara," ungkapnya.
Saham-saham yang Direkomendasikan
Wahyu kemudian memberikan rekomendasi beberapa saham yang layak dikoleksi. Berdasarkan proyeksi di atas, ia mengatakan beberapa saham Himbara layak dipertimbangkan untuk dikoleksi.
Untuk jangka pendek (kurang dari satu tahun) , ia menuturkan fokus utama adalah pada saham yang memiliki potensi katalis positif segera atau valuasi yang menarik setelah koreksi. Dalam hal ini, dirinya menjagokan saham BBRI dan BMRI.
"BBRI memiliki segmen UMKM yang kuat dan sangat sensitif terhadap pemulihan ekonomi dan penurunan suku bunga. Penurunan suku bunga dapat memacu penyaluran kredit UMKM, yang menjadi tulang punggung pertumbuhan BBRI. Likuiditas saham BBRI juga sangat tinggi, membuatnya cocok untuk trading jangka pendek," jelasnya.
Sementara untuk BMRI, Wahyu menyebut bank ini memiliki portofolio kredit korporasi yang besar dan juga akan diuntungkan dari peningkatan investasi dan aktivitas bisnis pasca penurunan suku bunga. (*)