Logo
>

Menkeu Ingatkan Potensi Kenaikan Biaya Bunga Utang

Ditulis oleh Syahrianto
Menkeu Ingatkan Potensi Kenaikan Biaya Bunga Utang

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengingatkan tentang potensi kenaikan biaya bunga utang seiring dengan peningkatan suku bunga acuan BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 6,25 persen.

    Dia juga mencatat bahwa penerimaan perpajakan pada kuartal I-2024 masih menunjukkan pertumbuhan positif, dengan contoh pertumbuhan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dalam negeri sebesar 5,8 persen secara bruto.

    "Meskipun ada beberapa gejolak, pertumbuhan masih dianggap positif, meskipun harus memperhitungkan restitusi yang ada," kata Menkeu, dikutip Sabtu, 4 Mei 2024.

    Meski demikian, ia menjelaskan bahwa setelah kuartal-I 2024, tepatnya pada April pihaknya mencermati berbagai dinamika perekonomian, baik global maupun domestik.

    Menkeu menyebut, pada momentum tersebut banyak berbagai dinamika perekonomian yang terjadi dan juga telah direspons oleh BI salah satunya dengan menaikan BI Rate.

    “Ini tentu dari Kementerian Keuangan untuk strategi pembiayaan dengan cost of fund yang cenderung mengalami kenaikan, dan nilai tukar kami akan terus melakukan pengelolaan secara hati-hati,” ujarnya.

    Sri Mulyani menegaskan bahwa pihaknya akan terus bersinergi dengan BI sehingga terjadi keharmonisan antara kebijakan moneter dan kebijakan fiskal dalam menghadapi dinamika perekonomian yang terjadi.

    “Kami dengan BI terus bersinergi dan berkoordinasi, sehingga secara makro yaitu stabilitas dan momentum pertumbuhan ekonomi tetap bisa terjaga,” ucap Bendahara Negara.

    Dengan sinergitas yang terjalin antara fiskal dan moneter, pihaknya akan terus memberikan petunjuk kepada pelaku pasar supaya terus mengelola perkembangan dinamika global dan domestik yang cukup dinamis tanpa harus mengorbankan instrumen fiskal maupun moneter.

    “Tanpa harus mengorbankan stabilitas, momentum pertumbuhan, dan kredibilitas dari instrumen fiskal maupun moneternya,” pungkasnya.

    Sekadar informasi, Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) memperkirakan prospek pertumbuhan ekonomi global relatif stagnan, dengan berbagai risiko dan tantangan yang berkembang.

    Sri Mulyani yang juga Anggota KSSK mengatakan KSSK akan terus mencermati risiko terkait potensi penundaan pemangkasan suku bunga kebijakan Amerika Serikat (AS), tingginya imbal hasil obligasi AS, dan penguatan dolar AS, serta eskalasi ketegangan geopolitik global.

    "KSSK akan terus siaga mengantisipasi dengan respon kebijakan yang sinergis dan efektif untuk memitigasi dampak negatif dari rambatan dan ketidakpastian global terhadap perekonomian Indonesia, dan sistem keuangan Indonesia," ujar Sri Mulyani.

    Dalam laporan terbaru World Economic Outlook yang terbit pada April 2024, IMF memperkirakan ekonomi global stagnan pada level 3,2 persen (year-on-year/yoy) pada 2024.

    Seperti diketahui, penerimaan pajak pada kuartal I-2024 mencapai Rp393 triliun, terkoreksi 8,8 persen secara tahunan dan baru mencapai 19,8 persen dari target tahun ini. Setoran dari industri jasa keuangan tumbuh paling kuat, sedangkan pertambangan anjlok.

    Sri Mulyani Indrawati mengelaborasi, berdasarkan sektor penyumbang pendapatan negara dari pajak, industri pengolahan menjadi kontributor terbesar sampai dengan Maret dengan porsi sebesar 26,2 persen.

    “Ini tumbuh tipis yang bruto 0,8 persen, yang neto dikurangi restitusi maka industri manufaktur terkontraksi 13,6 persen,” tandas Menkeu.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Syahrianto

    Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

    Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

    Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

    Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.