KABARBURSA.COM - Sektor telekomunikasi diproyeksikan menunjukkan performa positif pada tahun 2025, dengan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) sebagai pilihan utama bagi investor. Berdasarkan riset terbaru dari Samuel Sekuritas Indonesia (SSI) Research, sektor ini dipandang "overweight," dengan TLKM menonjol di antara para pesaingnya.
Analisis sektor telekomunikasi oleh Jason Sebastian, Stock Analyst SSI, mengungkapkan bahwa TLKM menunjukkan angka proyeksi yang sangat menarik dibandingkan dengan perusahaan sejenis di pasar.
"Dengan kapitalisasi pasar sebesar Rp15,94 triliun dan target harga 2025 sebesar Rp3.500, TLKM mencatatkan rasio P/E sebesar 10,8x, jauh lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata sektor yang mencapai 24,6x," kata Jason dalam laporan risetnya, Senin, 20 Januari 2025.
Selain itu, proyeksi EBITDA TLKM yang sebesar 5 persen menunjukkan pertumbuhan yang sehat, didukung oleh strategi diversifikasi dan penguatan kualitas layanan.
Sebagai perbandingan, pesaing utama seperti PT Indosat Ooredoo Hutchison Tbk (ISAT) dan PT XL Axiata Tbk (EXCL) juga menunjukkan kinerja positif, namun dengan proyeksi yang lebih beragam. ISAT diprediksi akan mencatatkan pertumbuhan EBITDA sebesar 8,2 persen, sementara EXCL diproyeksikan mengalami penurunan kinerja EBITDA hingga 17,5 persen.
Prospek Kinerja 2024-2026
Berdasarkan proyeksi untuk tahun 2024 hingga 2026, TLKM diperkirakan akan mencatatkan return positif sebesar 15,2 persen. Sementara itu, ISAT diproyeksikan mengalami return sebesar 8,5 persen, namun EXCL diperkirakan akan mengalami penurunan tajam dengan return 17,5 persen.
"Secara keseluruhan, sektor telekomunikasi diperkirakan akan menghadapi tantangan, tetapi TLKM tetap menjadi pilihan utama bagi para investor," tegas Jason.
Dengan potensi pertumbuhan yang lebih stabil dan kinerja yang lebih sehat dibandingkan pesaingnya, TLKM menjadi sorotan utama di pasar saham Indonesia untuk sektor telekomunikasi.
Jason menambahkan, sebagai sektor yang penuh potensi, telekomunikasi menghadapi tantangan dan peluang yang signifikan dalam beberapa tahun mendatang.
Potensi kenaikan ARPU (Average Revenue Per User) dapat terjadi seiring dengan meredanya persaingan akibat konsolidasi industri. Fokus pada kualitas jaringan dan layanan akan menjadi faktor utama persaingan di masa depan. Selain itu, strategi FMC (Fixed-Mobile Convergence) yang diterapkan oleh perusahaan-perusahaan telekomunikasi diperkirakan dapat meningkatkan pendapatan mereka.
Salah satu tantangan utama yang dihadapi oleh sektor ini adalah persaingan ketat di pasar broadband tetap (FBB), yang dapat memperlambat pertumbuhan pendapatan, terutama terkait kemungkinan terjadinya perang harga. Selain itu, jumlah pelanggan seluler yang sudah mencapai 188 juta dan tingkat penetrasi sebesar 97 persen menunjukkan potensi pertumbuhan yang terbatas.
Lelang spektrum insentif yang dijadwalkan dapat membuka peluang bagi perusahaan untuk mengurangi biaya dan meningkatkan kualitas jaringan. Teknologi canggih seperti Internet of Things (IoT) diperkirakan akan mendorong permintaan terhadap layanan 5G dan serat optik. Bagi investor, peralihan ke saham dengan kinerja yang lebih buruk mungkin juga memberikan kesempatan untuk membeli di harga yang lebih terjangkau.
Salah satu ancaman terbesar bagi sektor ini adalah kemungkinan penurunan ARPU yang lebih tajam dari yang diperkirakan, mengingat adanya risiko penurunan tingkat penggunaan layanan. Selain itu, biaya regulasi yang tinggi dan suku bunga yang tetap tinggi dapat meningkatkan beban biaya bagi perusahaan-perusahaan dengan utang besar seperti ISAT dan EXCL.
Harga Saham TLKM Turun 1,88 Persen
Saham TLKM mengalami penurunan signifikan sebesar 1,88 persen pada perdagangan hari ini, Senin, 20 Januari 2025, dengan harga penutupan di level Rp2,610. Penurunan ini terjadi setelah saham TLKM dibuka pada harga Rp2,670, dan sempat menyentuh level tertinggi di Rp2,690.
Volume perdagangan hari ini tercatat sebesar 49,75 juta saham, lebih rendah dari rata-rata volume harian yang mencapai 106,85 juta saham. Meskipun harga saham TLKM mengalami penurunan, nilai transaksi tercatat mencapai Rp 131,3 miliar.
Dalam satu tahun terakhir, TLKM mengalami penurunan harga yang signifikan hingga 33,76 persen, dari harga tertinggi sebelumnya yang mencapai Rp3.940 per saham. Pada perdagangan hari ini, harga saham TLKM juga menyentuh level terendah di Rp2.610, mendekati batas auto rejection bawah (ARB) yang ada di Rp1.995.
Pergerakan harga saham TLKM ini mencerminkan dinamika pasar saham Indonesia yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk kondisi industri telekomunikasi yang terus berkembang. Investor tetap memperhatikan perkembangan lebih lanjut terkait kinerja TLKM dan potensi pertumbuhannya di masa depan, terutama dalam menghadapi tantangan dan peluang di sektor telekomunikasi. (*)
Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak, membeli, atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analisis atau sekuritas yang bersangkutan, dan Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian investasi yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.