KABARBURSA.COM - Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif, mengonfirmasi bahwa PT Vale Indonesia Tbk akan segera mendapatkan perpanjangan kontrak menjadi Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK).
"Rekomendasi nanti dari kita, Dokumen resminya (IUPK) minggu ini, minggu ini," kata Arifin di Gedung Kementerian ESDM Jakarta, Jumat 22 Maret 2024.
Dalam dokumen IUPK tersebut, Arifin menjelaskan, pemerintah bakal memberikan tenggat waktu lima tahun bagi PT Vale Indonesia Tbk untuk menyelesaikan semua rencana investasi pembangunan smelter setelah izin diberikan.
"Kita kasih waktu ya sesuai IUPK ini lima tahun sesudah izin semua selesai itu sudah harus terbangun,” ujarnya.
Perpanjangan kontrak ini diberikan selama 20 tahun, mengingat BUMN holding pertambangan MIND ID telah menjadi pemegang saham mayoritas. Masa konsesi KK INCO yang berakhir pada Desember 2025 akan diperpanjang dengan penandatanganan pengesahan oleh Menteri Investasi Bahlil Lahadalia.
Dengan kepastian perpanjangan kontrak ini, PT Vale Indonesia Tbk dapat melanjutkan operasinya dengan stabil dan memberikan kontribusi yang lebih besar bagi industri pertambangan nasional.
"Ya kira kira (20 tahun) kan MIND ID sudah paling gede di situ," kata dia.
Untuk diketahui, Menteri Investasi dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia, mengungkapkan pihaknya telah memiliki serangkaian proyek oleh PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) dengan total nilai investasi mencapai Rp160 triliun.
Adapun dia membeberkan, proyek-proyek tersebut di antaranya; Sorowako HPAL, SOA HPAL, Bahodopi RKEF dan stainless steel, serta Pomalaa HPAL.
Dalam paparannya, dia merincikan proyek pertama, Sorowako HPAL adalah hasil kerja sama INCO dengan Huayou untuk pembangunan pabrik HPAL dengan kapasitas 60.000 Ni per tahun dalam MHP. Proyek tersebut bernilai investasi Rp30 triliun akan disebut akan menggandeng pabrikan otomotif atau non Chinese Investor seperti POSCO, LG Chem, Ford, dan VW.
Selanjutnya adalah Proyek Bahodopi RKEF dan Stainless Steel dengan nilai investasi mencapai Rp34 triliun. Kapasitas pabrik RKEF adalah sekitar 73.000-80.000 ton Ni per tahun dalam FeNi dan menggandeng TISCO dan Xinhai. RKEF ini digadang-gadang akan menjadi RKEF dengan intensitas emisi karbon terendah kedua setelah Sorowako karena tidak menggunakan batu bara melainkan gas bumi. Hilirisasi lebih lanjut hingga stainless steel.
Kemudian Proyek Pomalaa HPAL dengan kapasitas hingga 120.000 ton Ni per tahun. INCO menggandeng Huayou dan Ford untuk investasi dengan nilai Rp66 triliun termasuk pabrik dan tambang. Saat ini konstruksi sedang berjalan dengan hilirisasi lebih lanjut hingga precursor atau bahan dasar baterai.
Terakhir adalah Proyek SOA HPAL dengan nilai investasi hingga Rp30 triliun. Proyek ini telah menyelesaikan eksplorasi tahap akhir dengan potensi pabrik HPAL minimal 60.000 ton Ni per tahun dalam MHP. Proyek ini akan mengganden produsen otomotif lainnya untuk hilirisasi lebih lanjut hingga precursor. (yub/prm)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.