Logo
>

Merapat ke Industri EV, MBMA Yakin Kinerja 2025 Moncer

Perusahaan ini semakin memperkuat posisinya di rantai pasok industri kendaraan listrik (EV) melalui penjualan mixed hydroxide precipitate (MHP)

Ditulis oleh Yunila Wati
Merapat ke Industri EV, MBMA Yakin Kinerja 2025 Moncer
Ilustrasi industri electronic vehicle (EV).

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA), perusahaan nikel dengan cadangan terbesar di Indonesia, diproyeksikan mengalami perbaikan kinerja sepanjang tahun 2025. 

    Perusahaan ini semakin memperkuat posisinya di rantai pasok industri kendaraan listrik (EV) melalui penjualan mixed hydroxide precipitate (MHP), yang merupakan bahan baku utama untuk produksi baterai lithium-ion. Langkah ini diharapkan memberikan dampak positif terhadap nilai saham MBMA yang saat ini dinilai masih undervalued dibandingkan nilai wajarnya.

    Dalam laporan riset yang dirilis oleh Phintraco Sekuritas, pada kuartal III-2025, MBMA mencatatkan penurunan pendapatan sebesar 4 persen secara kuartalan menjadi USD458,16 juta. Laba bersih juga mengalami penurunan yang cukup signifikan, yaitu sebesar 61,8 persen secara kuartalan menjadi USD13,78 juta. 

    Penyebab utama dari penurunan ini adalah defisit margin high grade nickel matte (HGNM) yang anjlok hingga 125,60 persen dibandingkan kuartal sebelumnya, dengan total produksi mencapai 12.980 ton dan harga jual rata-rata sebesar USD13.350 per ton. Sementara itu, all-in sustaining cost (AISC) meningkat hingga USD13.830 per ton.

    Penurunan produksi nickel pig iron (NPI) dan HGNM juga turut berkontribusi terhadap kinerja yang kurang optimal. Salah satu faktor penyebabnya adalah perbaikan tungku pada salah satu dari dua jalur smelter RKEF milik perusahaan. 

    Meski demikian, MBMA terus melakukan eksplorasi pertambangan guna memastikan ketersediaan bahan baku untuk fasilitas high pressure acid leach (HPAL), yang memainkan peran kunci dalam produksi MHP.

    Pada kuartal IV-2024, dua pabrik HPAL MBMA, yaitu PT ESG New Energy Material dan PT Meiming New Energy Material, mulai beroperasi. Hal ini mendorong tambang SCM milik MBMA untuk meningkatkan kapasitas produksi bijih nikel limonit menjadi 9 juta ton per tahun pada 2025, meningkat tajam dari produksi kuartal III-2024 yang mencapai 3,7 juta ton—naik 131,25 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya.

    Selain itu, Phintraco mencatat bahwa pabrik acid iron metal (AIM) MBMA berhasil memproduksi 164.985 ton asam dan 225.036 ton uap pada kuartal IV tahun lalu. Pabrik tersebut juga telah mencetak produksi perdana sponge copper. 

    Sementara itu, pembangunan pabrik logam klorida masih dalam tahap commissioning, dan pabrik katoda tembaga hampir menyelesaikan tahap konstruksinya.

    Dengan beroperasinya dua pabrik HPAL yang berkolaborasi dengan GEM Co Ltd, MBMA kini siap memproduksi MHP dalam skala optimal di tahun 2025. Keberhasilan ini memberikan peluang besar bagi perusahaan untuk memperkuat pangsa pasar dan meningkatkan pendapatan. 

    Strategi yang diusung mencakup optimalisasi operasi hilir, akuisisi fasilitas pengolahan nikel, diversifikasi produk, serta pemanfaatan cadangan bijih nikel yang melimpah.

    Phintraco Sekuritas memperkirakan harga wajar saham MBMA di angka Rp525, dengan valuasi price-to-earnings ratio (PER) sebesar 32,1 kali dan price-to-book value (PBV) 2,2 kali. Target ini mencerminkan potensi kenaikan harga saham sebesar 74 persen dari posisi terakhir di Rp302. Optimisme ini didukung oleh ekspektasi penjualan MHP sebesar 25 ribu ton.

    Peluang Nikel Indonesia 

    Indonesia telah mengalami perkembangan signifikan dalam industri nikel sejak 2022 hingga 2024, menjadikannya produsen nikel terbesar di dunia. Hal ini didukung oleh investasi besar dalam pembangunan smelter (peleburan) dan fasilitas pengolahan lainnya.

    Pada 2022, Indonesia memproduksi 1,6 juta ton nikel olahan, meningkat dari 1,04 juta ton pada 2021. Sementara itu Indonesia memproduksi 2,02 juta ton nikel olahan tahun 2023, yang setara dengan 57 persen produksi global. Angka ini pun meningkat menjadi 2,38 juta ton pada 2024, mewakili 62 persen dari pangsa pasar global. 

    Lebih lanjut, pada 2023, kapasitas pemurnian nikel Indonesia mencapai 8 juta metrik ton. Dari data ini, terdapat 33 perusahaan yang terlibat. Menurut laporan dari organisasi nirlaba Amerika Serikat (AS), C4ADS, ditemukan bahwa kepemilikan perusahaan-perusahaan tersebut saling tumpang tindih, sehingga perusahaan-perusahaan China mengendalikan sekitar tiga perempat dari kapasitas smelting Indonesia atau sekitar 75 persen dari kapasitas tersebut. 


    Dua perusahaan China, Tsingshan Holding Group dan Jiangsu Delong Nickel Industry Co Ltd, menyumbang lebih dari 70 persen kapasistas pemurnian nikel di Indonesia. Selain itu, produsen nikel China lainnya, CNGR Advanced Materials Co, Ltd, berencana menginvestasikan sekitar Rp168,2 triliun di Indonesia dalam 20 tahun ke depan.

    Dominasi perusahaan-perusahaan China dalam industri nikel Indonesia menimbulkan kekhawatiran terkait kendali atas rantai pasokan dan risiko lingkungan. Besarnya pengaruh asing ini dapat membatasi kemampuan Indonesia untuk mengendalikan dan membentuk industri demi keuntungan ekonominya sendiri. 


    Adapun volume ekspor Indonesia ke China pada 2023 mencapai 1,12 juta ton nikel (hampir 89 persen) ke China dari total ekspor 1,26 juta ton. Nilai ekspor nikel ke China mencapai USD4,34 miliar, meningkat 18,09 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

    Hal tersebut dipertegas oleh Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) yang menyebutkan bahwa saat ini China berkontribusi sekitar 80-90 persen atas konsumsi nikel Indonesia. Dewan Penasihat APNI Djoko Widajatno mengatakan, pihaknya tengah berupaya mengurangi ketergantungan industri smelter Indonesia pada China, dengan melakukan diversifikasi pembeli ke pasar alternatif seperti AS, Eropa, dan negara Asia lainnya.(*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79