Logo
>

Mesin ARTO Masih Panas, Rekomendasi BUY Masih Pantas?

Pertumbuhan kredit ARTO masih di atas industri dan ekosistem terus dimonetisasi, namun tekanan margin dan tuntutan efisiensi membuat pasar kian selektif menilai kelayakan rekomendasi beli.

Ditulis oleh Yunila Wati
Mesin ARTO Masih Panas, Rekomendasi BUY Masih Pantas?
Ilustrasi Bank Jago. Foto: Dok Perusahaan.

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM – PT Bank Jago Tbk, berkode saham ARTO, masih punya mesin yang cukup panas untuk bergerak di lantai bursa. Beberapa analis juga masih memberikan rekomendasi beli atau BUY untuk emiten bank digital tersebut. Hanya saja apakah rekomendasi tersebut masih pantas?

    Mari kita lihat dari sisi kinerjanya. Hasil kuartal III 2025 menunjukkan bahwa ARTO masih berada dalam fase ekspansi yang kuat. Laba bersih kuartalannya mencapai Rp72 miliar, tumbuh hampir 8 persen secara kuartalan dan naik dua kali lipat secara tahunan.

    Secara kumulatif, laba 9 bulan mencapai Rp199 miliar, sejalan dengan ekspektasi analis dan konsensus. Pertumbuhan ini ditopang lonjakan kredit yang mencapai 36 persen secara tahunan hingga Rp23,5 triliun.

    Hal lainnya adalah pertumbuhan dana pihak ketiga sebesar 41 persen, seiring bertambahnya basis nasabah menjadi 18,6 juta. Artinya, dari sisi skala, ARTO masih mencatatkan pertumbuhan jauh di atas rata-rata industri.

    Namun, data lain memperlihatkan bahwa masih ada hal yang perlu menjadi perhatian khusus. Net interest margin berada di level 8,1 persen pada kuartal III. Angkanya juga relatif datar dibandingkan kuartal sebelumnya dan lebih rendah dari puncaknya. Hal ini dikarenakan tekanan biaya yang meningkat.

    Cost of fund naik ke 4,4 persen, mencerminkan fase normalisasi pendanaan yang wajar bagi bank digital yang mulai membesar. Meski demikian, kualitas aset tetap terjaga dengan NPL stabil di 0,4 persen dan cost of credit di kisaran 3,8 persen. 

    Kenaikan loan at risk ke 5,9 persen lebih bersifat teknis, terkait perubahan kebijakan asuransi kredit, bukan lonjakan gagal bayar struktural.

    Secara strategis, Samuel Sekuritas melihat ARTO masih konsisten menempatkan ekosistem sebagai tulang punggung pertumbuhan. Paparan kredit ke ekosistem GoTo yang mencapai sekitar 21 persen dari total portofolio mencerminkan pendekatan value-chain lending yang terarah. 

    Strategi ini bukan hanya mendorong pertumbuhan kredit, tetapi juga menciptakan basis data dan relasi jangka panjang yang dapat dimonetisasi. 

    Hal ini diperkuat oleh peluncuran berbagai produk baru, mulai dari kartu Visa Digital Pro untuk pelaku usaha digital, Jago Dana Cepat sebagai produk pinjaman digital, hingga dashboard investasi terintegrasi yang dirancang untuk meningkatkan engagement dan cross-selling.

    Ke depan, potensi pertumbuhan ARTO semakin bergeser ke sisi non-bunga. Pipeline produk seperti investasi emas, wealth management, dan asuransi berbasis digital membuka peluang peningkatan fee-based income, yang menjadi kunci untuk memperkuat profitabilitas tanpa terlalu membebani neraca. 

    Inilah alasan mengapa analis menilai monetisasi platform akan menjadi pendorong utama fase pertumbuhan berikutnya, bukan sekadar ekspansi kredit.

    Panduan manajemen untuk 2025 menegaskan arah tersebut. Pertumbuhan kredit dipatok agresif di kisaran 35–40 persen, dengan target NIM tetap di atas 8 persen dan cost-to-income ratio ditekan hingga maksimal 60 persen, bahkan menuju di bawah 40 persen dalam jangka menengah. 

    Perbaikan margin diperkirakan mulai terasa pada kuartal IV 2025 seiring penurunan biaya dana dan penyesuaian pricing kredit. Proyeksi jangka menengah menunjukkan laba bersih berpotensi meningkat signifikan hingga 2026–2027, dengan ROE yang secara bertahap membaik seiring skala dan efisiensi.

    Dari sisi valuasi, ARTO memang tidak murah jika dilihat secara konvensional. Namun, rekomendasi BUY dengan target Rp2.700 mencerminkan keyakinan bahwa valuasi premium tersebut masih dapat dibenarkan oleh pertumbuhan kredit di atas industri dan prospek monetisasi ekosistem. 

    Target tersebut mengimplikasikan PBV sekitar 4,2 kali pada 2026, level yang masih dapat diterima untuk bank digital dengan pertumbuhan laba yang diproyeksikan tetap tinggi dan struktur risiko yang relatif terkendali.

    Meski demikian, risiko tetap nyata. Ekspansi direct lending menuntut disiplin ketat dalam pengelolaan kualitas aset. Perbaikan rasio biaya terhadap pendapatan juga harus benar-benar terealisasi agar narasi efisiensi tidak berhenti di atas kertas. 

    Selain itu, tantangan makro dan persaingan di industri bank digital dapat memperlambat proses re-rating jika ekspektasi pertumbuhan tidak terpenuhi.

    Secara keseluruhan, ARTO telah bergeser dari fase “cerita pertumbuhan” menuju fase “pembuktian kualitas pertumbuhan”. Mesin kredit dan ekosistem masih berjalan, monetisasi mulai terbentuk, dan arah jangka menengah terlihat jelas. 

    Namun, ruang kenaikan harga saham kini semakin bergantung pada kemampuan manajemen menyeimbangkan ekspansi dengan efisiensi dan risiko. Di titik ini, ARTO bukan lagi saham yang dinilai karena janji masa depan semata, melainkan karena seberapa konsisten ia mampu mengeksekusi strategi yang sudah dicanangkan.

    Jadi, mesin pertumbuhan bank digital ini masih hidup, tetapi pasar mulai lebih selektif dalam menilai kualitas pertumbuhan tersebut. Rekomendasi BUY dengan target harga Rp2.700 menempatkan ARTO sebagai saham dengan ruang kenaikan yang masih ada, namun tidak lagi berbasis euforia, melainkan pada eksekusi strategi dan disiplin risiko.(*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79