Logo
>

MIDI Lampaui Target, Gimana Emiten Lain Sektor Konsumer?

Ditulis oleh Syahrianto
MIDI Lampaui Target, Gimana Emiten Lain Sektor Konsumer?

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Emiten yang mengelola minimarket Alfamidi, PT Midi Utama Indonesia Tbk (MIDI), berhasil mencatatkan pertumbuhan penjualan toko yang sama (SSSG) sebesar 9,64 persen tahun ke tahun (year on year/yoy) pada semester I 2024.

    Analis Bahana Sekuritas, Christine Natasya, menyatakan bahwa angka ini berhasil melampaui target pertumbuhan 6 persen yoy yang telah ditetapkan oleh PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) untuk tahun ini.

    “Pada kuartal kedua 2024, MIDI melaporkan SSSG sebesar 6,1 persen, turun dari 8,2 persen pada kuartal kedua 2023. Penurunan ini disebabkan oleh pergeseran musiman, di mana dua pertiga periode puasa dan Idul Fitri terjadi pada kuartal pertama 2024,” jelasnya, dikutip Selasa, 16 Juli 2024.

    Perlu diketahui, SSSG adalah indikator kinerja toko yang telah beroperasi lebih dari satu tahun, tanpa memperhitungkan dampak dari pembukaan atau penutupan toko baru. “Selama dua bulan berturut-turut di bulan Mei dan Juni 2024, Alfamidi mencapai SSSG di angka belasan rendah,” ujarnya.

    Christine juga menyatakan bahwa perusahaan berharap toko-toko yang disuplai dari dua gudang baru yang telah dipindahkan akan menawarkan lebih banyak SKU, terutama produk makanan segar, untuk meningkatkan penjualan dan margin.

    Berdasarkan berbagai faktor tersebut, Christine mempertahankan rating beli pada MIDI dengan target harga 12 bulan sebesar Rp520 per saham, berdasarkan rasio price to earnings (PE) yang stabil di angka 27 kali pada EPS 2024E.

    Di pasar, pada perdagangan Senin, 15 Juli 2024, saham MIDI naik 0,49 persen menjadi Rp408 per saham. Transaksi saham ini mencapai 8,50 juta lembar dengan nilai transaksi Rp3,45 miliar dan frekuensi perdagangan sebanyak 732.

    Dalam satu minggu dan satu bulan terakhir, saham MIDI tercatat meningkat masing-masing sebesar 3,55 persen dan 4,08 persen. Namun, secara year to date, saham ini masih melemah 5,12 persen. Dengan demikian, jika membeli saham ini di level saat ini, investor berpeluang mendapatkan keuntungan sebesar 27,45 persen.

    Hingga berita ini diturunkan, MIDI yang 77,09 persen sahamnya dimiliki oleh AMRT belum diketahui akan melaporkan kinerja keuangannya pada semester I 2024. Namun, merujuk laporan keuangannya pada kuartal I 2024, laba periode berjalan perseroan melesat 34,94 persen ke level Rp158,57 miliar.

    Selaras dengan kenaikan laba, pendapatan neto MIDI pada kuartal I 2024 berada di angka Rp4,79 triliun, naik 18,6 persen secara tahunan dibandingkan Rp4,04 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

    Jika dirinci, penjualan dari segmen makanan MIDI menyumbang sebesar Rp2,98 triliun, sementara segmen makanan segar berkontribusi sebesar Rp646,91 miliar. Adapun segmen nonmakanan meraup nominal Rp1,16 triliun.

    Hingga tiga bulan pertama tahun ini, jumlah gerai MIDI dan entitas anak secara keseluruhan mencapai 2.958 gerai. Rinciannya terdiri dari 2.208 gerai Alfamidi, 49 gerai Alfamidi Super, dan 8 gerai Midi Fresh. Sementara itu, gerai convenience store Lawson yang dikelola oleh entitas anak berjumlah 693 gerai.

    Emite Saham Konsumer

    Mirae Asset Sekuritas Indonesia optimistis saham-saham konsumer seperti PT Mayora Indah Tbk (MYOR), PT Cisarua Mountain Dairy Tbk (CMRY), dan PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) akan mengungguli kinerja sektor ini. Hal itu ditopang dari kinerja ekspor, pemasaran, dan ketahanan di tengah tantangan ekonomi.

    Abyan mengatakan, secara historis sektor ini tumbuh 10-13 persen per tahun dalam tujuh tahun terakhir. “Pertumbuhan sektor konsumer saat ini berada di kisaran satu digit,” kata Abyan Yuntoharjo, analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia dalam risetnya.

    Selain itu, Abyan menilai emiten-emiten sektor konsumer kemungkinan akan tetap berhati-hati dengan margin pada kuartal II dan semester I tahun ini karena fluktuasi harga bahan baku. Meskipun harga bahan baku stabil, tingginya biaya produksi membuat perusahaan mengurangi pengeluaran untuk iklan dan promosi agar tetap menjaga keuntungan.

    Di sisi lain, Abyan menyebut pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang terjadi sejak Maret lalu berdampak terhadap perusahaan-perusahaan di sektor konsumer. Mereka berpotensi mengalami kerugian nilai tukar (rugi kurs) dan meningkatnya biaya impor bahan baku. Contohnya seperti yang dialami PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF).

    Kebijakan Pemerintah RI

    Abyan menyatakan bahwa selain kondisi ekonomi, kebijakan pemerintah dan hasil Pemilu berdampak signifikan pada sektor konsumer. Meskipun bantuan sosial berlanjut dan potensi pemilihan kepala daerah (Pilkada) dapat memberikan dampak positif dalam jangka pendek, kehadiran presiden baru bisa mengundang investasi asing. Namun, pergantian pemerintahan dari Presiden Joko Widodo kepada Presiden Terpilih Prabowo Subianto juga membawa ketidakpastian.

    Kebijakan seperti program makan siang gratis dan rencana pengenaan pajak untuk minuman berpemanis, kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen, serta rencana pemotongan subsidi bahan bakar bisa meningkatkan biaya bagi konsumen dan perusahaan. “Secara keseluruhan, arah kebijakan pemerintah dapat menggeser pola konsumsi ke arah bisnis makanan yang lebih kecil dan menjauh dari barang-barang kemasan,” kata Abyan.

    Oleh karena itu, Mirae Asset Sekuritas menilai perusahaan-perusahaan konsumen non-siklikal atau sektor barang konsumsi primer sedang menghadapi tantangan besar dengan prospek pertumbuhan yang terbatas. Sebagian besar perusahaan dalam sektor ini mengalami performa buruk. Margin sektor tersebut tertekan oleh fluktuasi harga bahan baku yang tidak stabil dan depresiasi nilai tukar rupiah.

    Selain itu, konsumen saat ini cenderung memprioritaskan kebutuhan pokok akibat tekanan ekonomi. Hal ini menyebabkan konsumen mengurangi pengeluaran untuk barang-barang yang dibeli atas keinginan pribadi. Faktor-faktor ini akan memperlambat laju pertumbuhan sektor konsumer non-siklikal di masa depan. Pada penutupan sesi pertama perdagangan Selasa, 16 Juli 2024, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot 34,92 poin atau 0,48 persen ke level 7.243.

    Saham-saham sektor non-siklikal mencatat penurunan terbesar, yakni sebanyak 0,74 persen. Contohnya, harga saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) yang anjlok 2,73 persen ke level Rp2.850 per lembar saham. Harga saham AMRT juga merosot 1,37 persen ke Rp2.880, ICBP tergelincir 0,95 persen ke Rp10.475, dan INDF melemah 0,84 persen ke Rp5.925 per saham. Harga saham CMRY juga tergerus 2,86 persen ke Rp4.750. Sedangkan MYOR menguat 0,81 persen ke Rp2.500 per saham. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Syahrianto

    Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

    Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

    Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

    Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.