KABARBURSA.COM - PT Communication Cable Systems Indonesia Tbk (CCSI) telah mengumumkan pembentukan entitas anak perusahaan baru, yang diberi nama PT Lucky Joint Indonesia. Langkah ini disampaikan melalui surat keterbukaan informasi yang diterbitkan pada 24 Desember 2024, sesuai dengan ketentuan Peraturan OJK No. 31/POJK.04/2015 dan Peraturan I-E Bursa Efek Indonesia.
Menurut surat yang ditujukan kepada Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pembentukan PT Lucky Joint Indonesia bertujuan untuk menunjang kegiatan operasional utama CCSI.
Irawan Mario N Palilingan, Direktur dan Sekretaris Perusahaan CCSI, menyampaikan entitas anak ini akan berfokus pada bidang telekomunikasi dengan kabel, penyedia layanan internet (Internet Service Provider/ISP), instalasi telekomunikasi, konstruksi sentral telekomunikasi, serta instalasi listrik.
"Dengan demikian, CCSI memperluas cakupan bisnisnya ke sektor telekomunikasi dan infrastruktur yang lebih luas," jelas dia, Jumat, 27 Desember 2024.
Pendirian entitas anak ini dilakukan melalui Akta Pendirian No. 238, yang dibuat di hadapan Notaris Christina Dwi Utami, S.H., MHum, Mkn, di Jakarta Barat pada tanggal 17 Desember 2024. PT Lucky Joint Indonesia memiliki modal dasar sebesar Rp48 miliar, yang terbagi dalam 480 juta lembar saham dengan nilai nominal Rp100 per saham. Modal yang disetor untuk perusahaan ini mencapai Rp12 miliar, yang terdiri dari 120 juta lembar saham.
Pemegang saham PT Lucky Joint Indonesia terbagi antara PT Communication Cable Systems Indonesia Tbk yang memegang 54 juta lembar saham (Rp5,4 miliar), Minty Ltd. yang juga memegang 54 juta lembar saham (Rp5,4 miliar), dan Airsealand Holding Pte. Ltd. dengan 12 juta lembar saham (Rp1,2 miliar). Dengan struktur permodalan yang terdiversifikasi ini, PT Lucky Joint Indonesia siap menjalankan usahanya di sektor telekomunikasi dan konstruksi.
Meskipun langkah ini menandai ekspansi bisnis CCSI, perusahaan menegaskan bahwa pembentukan entitas anak tidak akan berdampak material terhadap kegiatan operasional, kondisi keuangan, atau kelangsungan usaha CCSI. Dengan demikian, CCSI berkomitmen untuk tetap menjaga stabilitas usaha utama sekaligus memperluas kapasitas bisnisnya melalui anak perusahaan ini.
Dalam keterangannya, CCSI juga menyatakan bahwa tidak ada informasi atau fakta material lainnya yang perlu diungkapkan saat ini, selain dari pembentukan anak perusahaan tersebut.
Pembentukan PT Lucky Joint Indonesia menjadi langkah strategis CCSI untuk memperkuat portofolio usaha dan meningkatkan daya saing di industri telekomunikasi, yang terus berkembang pesat di Indonesia. Seiring dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan infrastruktur yang semakin besar, langkah ini diharapkan dapat memperluas peluang bisnis CCSI dalam jangka panjang.
Dengan pendirian entitas anak ini, CCSI menunjukkan komitmennya untuk beradaptasi dengan dinamika pasar dan meningkatkan kapasitas operasionalnya dalam menghadapi tantangan industri telekomunikasi yang kompetitif.
Kinerja Keuangan CCSI
Communication Cable System Indonesia berhasil mencatatkan laba bersih sebesar Rp 2,0 miliar pada kuartal ketiga 2024, menunjukkan pemulihan yang signifikan dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang mencatatkan kerugian sebesar Rp 9,8 miliar. Pencapaian ini menjadi sinyal positif bagi perusahaan yang bergerak di sektor infrastruktur telekomunikasi, menunjukkan adanya perbaikan kinerja yang signifikan dalam kondisi pasar yang penuh tantangan.
Berdasarkan laporan keuangan CCSI untuk kuartal ketiga 2024, pendapatan (revenue) perusahaan tercatat sebesar Rp 206,3 miliar. Meskipun mengalami penurunan sebesar 21,9 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang tercatat Rp 264,2 miliar, CCSI berhasil mencatatkan peningkatan yang signifikan dalam beberapa pos kunci.
CCSI berhasil mencatatkan laba kotor (gross profit) sebesar Rp 33,0 miliar dengan margin kotor sebesar 16,0 persen. Angka ini menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan laba kotor pada kuartal ketiga tahun 2023 yang sebesar Rp 26,6 miliar, meskipun pendapatan turun. EBITDA (laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi) juga mengalami lonjakan signifikan, mencatatkan angka Rp 21,4 miliar, naik 100 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang hanya sebesar Rp 10,7 miliar.
Peningkatan EBITDA ini mengindikasikan bahwa meskipun pendapatan menurun, efisiensi operasional dan kontrol biaya yang lebih baik telah membantu CCSI untuk memperbaiki kinerjanya.
Laba bersih perusahaan tercatat Rp 2,0 miliar, yang berbanding terbalik dengan kerugian sebesar Rp 9,8 miliar pada kuartal ketiga 2023. Hal ini menunjukkan pemulihan yang sangat signifikan, dengan laba bersih per saham (EPS) sebesar Rp 1,66. Dengan margin bersih mencapai 1,0 persen, CCSI menunjukkan kemampuan untuk tetap mencatatkan laba meskipun tantangan ekonomi yang ada.
Di sisi lain, struktur keuangan CCSI pada kuartal ketiga 2024 menunjukkan posisi yang solid dengan total aset mencapai Rp 693,7 miliar. Perusahaan memiliki kas sebesar Rp 47,7 miliar, yang memberikan fleksibilitas likuiditas dalam mendukung ekspansi dan operasional. Namun, perusahaan juga menghadapi utang jangka pendek (short-term debt) sebesar Rp 210,9 miliar dan utang jangka panjang (long-term debt) sebesar Rp 71,2 miliar.
Rasio utang terhadap ekuitas (debt/equity) tercatat sebesar 0,69, menunjukkan bahwa perusahaan masih memiliki tingkat utang yang moderat. Sementara itu, rasio utang terhadap total kapitalisasi (debt/total cap) berada di angka 0,41, dan rasio utang terhadap EBITDA tercatat 13,21x, yang menunjukkan tingkat beban utang yang lebih tinggi. (*)