KABARBURSA.COM - PT Madusari Murni Indah Tbk. (MOLI) resmi mengumumkan penggabungan dua entitas yang berada di bawah kendali perusahaan, yaitu PT Molindo Inti Gas (MIG) dengan PT Molindo Raya Industrial (MRI).
Direktur dan Corporate Secretary MOLI Jose G. Tan menyatakan bahwa setelah penggabungan, MRI akan menjadi perusahaan hasil penggabungan yang efektif berlaku per 1 Januari 2025. Setelah itu, MOLI akan menguasai 81,41 Persen saham MRI. Seperti dalam keterangan resmi di Jakarta, Kamis 2 Januari 2024.
Penggabungan ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dalam kelompok usaha, di mana MIG yang sepenuhnya dimiliki oleh MRI akan menyederhanakan serta mengonsolidasikan struktur kepemilikan aset, semuanya berada dalam satu entitas hukum yang terintegrasi di bawah kendali yang sama, jelasnya.
Lebih lanjut, Jose menjelaskan bahwa penggabungan ini telah mendapatkan persetujuan dari masing-masing Komisaris MIG dan MRI berdasarkan keputusan Dewan Komisaris pada 11 Oktober 2024. Selanjutnya, PT Molindo Inti Gas akan digabungkan ke dalam MOLI, dengan seluruh aktiva dan pasiva, kegiatan usaha, tagihan, serta karyawan Molindo Inti Gas akan dialihkan kepada Molindo Raya Industrial, tanpa melalui proses likuidasi terlebih dahulu, sepanjang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) MRI dan MIG pada 16 Desember 2024 telah menyetujui rencana penggabungan tersebut, yang mulai berlaku pada 1 Januari 2025. Keputusan ini juga telah disetujui oleh Kementerian Hukum dan HAM RI melalui Surat Keputusan No. AHU-AH.01.09-0290847 pada 19 Desember 2024.
Jose menambahkan bahwa penggabungan ini tidak akan berdampak signifikan terhadap operasional, status hukum, kondisi keuangan, maupun kelangsungan usaha MOLI.
Catatan Emiten Madu
Ada beberapa emiten madu yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, di antaranya adalah MOLI atau PT Madusari Murni Indah, Tbk. Saham MOLI cukup aktif diperdagangkan di Bursa. Sayangnya, pergerakannya tidak cukup menarik. Pada perdagangan hari ini saja, hingga pukul 14.55 WIB turun 0,83 persen atau setara dengan 2 poin dan berada di level Rp240.
Mengutip Stockbit, Jakarta, Kamis, 19 September 2024, seperti ini kinerja perusahannya:
1. Valuasi Saham dan Rasio Profitabilitas
MOLI saat ini diperdagangkan dengan Price to Earnings (PE) ratio TTM sebesar 19,71, yang mencerminkan valuasi cukup tinggi jika dibandingkan dengan median IHSG PE Ratio yang hanya 7,89. Ini mengindikasikan bahwa investor bersedia membayar premi lebih tinggi untuk setiap rupiah keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan dibandingkan rata-rata perusahaan lainnya di IHSG. Namun, dengan forward PE ratio yang belum tersedia, ada ketidakpastian mengenai proyeksi pendapatan masa depan.
Earnings yield (TTM) perusahaan berada pada angka 5,07 persen, yang menunjukkan potensi pendapatan dari investasi saham MOLI, meskipun masih relatif rendah dibandingkan standar sektor yang lebih luas.
Dari sisi Price to Sales (P/S), MOLI memiliki rasio 0,48, yang cukup rendah dan bisa menunjukkan bahwa sahamnya relatif undervalued dibandingkan dengan pendapatannya. Sementara itu, Price to Book Value (PBV) sebesar 0.56 menunjukkan bahwa saham perusahaan diperdagangkan dengan diskon besar terhadap nilai bukunya, yang sering kali menjadi indikator bahwa saham tersebut undervalued.
2. Profitabilitas Perusahaan
Dari segi profitabilitas, MOLI mencatat Net Profit Margin (Quarter) sebesar 1,02 persen, angka yang sangat rendah. Bahkan lebih mengkhawatirkan adalah bahwa Net Income (Quarter YoY Growth) perusahaan turun drastis hingga -94,05 persen. Penurunan laba yang signifikan ini mengindikasikan bahwa perusahaan sedang menghadapi tekanan operasional atau pasar yang cukup berat, dan bisa berdampak pada sentimen investor.
Meskipun demikian, Gross Profit Margin (Quarter) perusahaan sebesar 24,42 persen masih cukup solid, menandakan kemampuan MOLI dalam mengelola biaya produksi relatif efisien. Namun, penurunan Gross Profit (Quarter YoY Growth) sebesar -4,98 persen menunjukkan bahwa efisiensi ini mengalami penurunan dibandingkan tahun lalu.
3. Solvabilitas dan Struktur Modal
Dari segi solvabilitas, MOLI memiliki Current Ratio (Quarter) sebesar 2,16, yang menunjukkan perusahaan memiliki likuiditas yang baik dan mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan aset lancar yang dimiliki. Quick Ratio (Quarter) berada di 1,31, yang berarti MOLI masih mampu menutup kewajiban jangka pendek dengan aset lancar yang sangat likuid tanpa bergantung pada penjualan inventori.
Dalam hal utang, Debt to Equity Ratio (Quarter) MOLI relatif rendah di angka 0,37, yang menunjukkan tingkat leverage yang sehat. Rasio Long-Term Debt/Equity (Quarter) hanya 0,01, yang mencerminkan bahwa perusahaan memiliki beban utang jangka panjang yang sangat kecil, dan ini memberi fleksibilitas lebih dalam pengelolaan modal di masa depan.
4. Pertumbuhan dan Kinerja Operasional
Dari sisi pertumbuhan, MOLI menghadapi tantangan yang cukup besar, dengan Revenue (Quarter YoY Growth) yang turun -1,72 persen. Penurunan ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari permintaan yang menurun hingga masalah dalam operasi internal perusahaan.
Sementara itu, Days Inventory Outstanding (Quarter) berada di angka 161,12 hari, yang berarti perusahaan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menjual persediaannya. Hal ini dapat mengindikasikan potensi masalah dalam manajemen inventori atau adanya tantangan di sisi penjualan.
Namun, satu poin positif adalah Return on Capital Employed (ROCE) sebesar 7,39 persen, yang menunjukkan bahwa perusahaan masih mampu menghasilkan laba dari modal yang diinvestasikan.(*)