KABARBURSA.COM - Laporan keuangan terbaru PT Sinar Mas Multiartha Tbk mengungkapkan posisi keuangan yang penuh tantangan dalam beberapa kuartal terakhir. Meskipun perusahaan berhasil mencatatkan beberapa peningkatan dalam pendapatan kuartalan, laba bersih perusahaan dengan kode emiten SMMA ini menunjukkan fluktuasi yang signifikan, dengan beberapa periode mengalami kerugian.
Arus kas dari operasi tetap kuat, namun tekanan dari arus kas pembiayaan dan investasi menandakan tantangan yang harus diatasi. Bagaimana kondisi detail ekuitas SMMA berdasarkan laporan keuangannya? Artikel ini akan mengupas lebih dalam untuk memberikan gambaran lengkap tentang situasi keuangan perusahaan.
PT Sinar Mas Multiartha Tbk (SMMA) adalah perusahaan yang bergerak di bidang jasa keuangan di Indonesia. Sebagai bagian dari Sinar Mas Group, SMMA menyediakan berbagai layanan keuangan yang terpadu dan komprehensif. Layanan yang ditawarkan oleh SMMA mencakup perbankan, asuransi, pembiayaan, pasar modal, manajemen aset, administrasi saham, keamanan, dan teknologi informasi. Dengan berbagai layanan ini, SMMA berkomitmen untuk memberikan solusi keuangan yang lengkap bagi para nasabahnya.
Struktur kepemilikan saham SMMA didominasi oleh PT Sinar Mas Cakrawala yang menguasai 52,29 persen saham atau setara dengan 3,33 miliar saham. Selain itu, masyarakat non warkat memegang 42,70 persen saham yang setara dengan 2,72 miliar saham. Masyarakat warkat memiliki 4,98 persen saham atau 317,01 juta saham, dan Indra Widjaja, salah satu pengendali perusahaan, memiliki 0,0342 persen atau 2,18 juta saham.
Jumlah pemegang saham SMMA mengalami fluktuasi dalam beberapa bulan terakhir. Pada 31 Juli 2024, jumlah pemegang saham tercatat sebanyak 5.310 orang, mengalami penurunan sebesar 64 dari bulan sebelumnya yang tercatat sebanyak 5.374 orang. Pada 30 Juni 2024, jumlah pemegang saham berkurang 29 dari 5.403 pada 31 Mei 2024. Sebelumnya, pada 30 April 2024, jumlah pemegang saham mengalami peningkatan sebanyak 88 menjadi 5.469 dari bulan Maret yang tercatat sebanyak 5.381 pemegang saham.
Pendapatan Bersih
Pada kuartal pertama 2024, laba bersih SMMA tercatat sebesar Rp113 miliar. Angka ini menunjukkan penurunan signifikan dibandingkan dengan periode yang sama pada 2023, di mana laba bersih mencapai Rp295 miliar, dan juga lebih rendah dibandingkan dengan kuartal pertama 2022 yang mencapai Rp403 miliar.
Pada kuartal kedua 2024, laba bersih mengalami peningkatan menjadi Rp209 miliar, lebih rendah juga dari kuartal kedua 2023 yang tercatat sebesar Rp217 miliar, dan jauh lebih baik dibandingkan dengan kuartal kedua 2022 yang mengalami kerugian sebesar Rp148 miliar.
Data untuk kuartal ketiga dan kuartal keempat 2024 belum tersedia. Sebagai referensi, pada kuartal ketiga 2023, SMMA mencatat laba bersih sebesar Rp927 miliar, sementara pada kuartal ketiga 2022, laba bersih mencapai Rp768 miliar. Untuk kuartal keempat 2023, perusahaan mengalami kerugian sebesar Rp270 miliar, sedangkan pada kuartal keempat 2022, kerugian mencapai Rp178 miliar.
Secara tahunan, laba bersih yang diannualisasi untuk 2024 diproyeksikan mencapai Rp644 miliar. Ini merupakan penurunan signifikan dari 2023 yang mencatat laba bersih sebesar Rp1,16 triliun, dan masih tetap rendah dibandingkan 2022 yang mencapai Rp845 miliar.
Dalam perhitungan trailing twelve months (TTM) sampai dengan kuartal kedua 2024, laba bersih SMMA tercatat sebesar Rp979 miliar. Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan TTM sampai kuartal kedua 2023 yang mencapai Rp1,16 triliun, tetapi lebih tinggi dibandingkan dengan TTM sampai kuartal kedua 2022 yang sebesar Rp845 miliar.
Secara keseluruhan, meskipun ada beberapa kuartal di mana SMMA mengalami kerugian, perusahaan menunjukkan beberapa peningkatan pada kuartal tertentu dan mempertahankan laba bersih yang cukup signifikan. Namun, tantangan dalam menjaga stabilitas laba bersih secara konsisten masih terlihat jelas dari fluktuasi angka yang dilaporkan.
Kinerja Keuangan
Rasio Price to Earnings (PE) untuk periode tahunan dan TTM masing-masing berada di angka 144,28 dan 94,94. Perusahaan tidak memiliki rasio PE untuk periode ke depan (forward). Rasio Price to Sales (harga terhadap penjualan) untuk TTM adalah 3,48, sementara rasio Price to Book Value (harga terhadap nilai buku) adalah 4,04. Harga terhadap arus kas (Price to Cashflow) untuk TTM adalah 12,30, dan harga terhadap arus kas bebas (Price to Free Cashflow) adalah 12,86. Nilai enterprise (EV) terhadap EBITDA untuk TTM tercatat di angka 68,81.
Laba per saham (EPS) untuk TTM adalah Rp153,78, sedangkan untuk periode tahunan tercatat sebesar Rp101,19. Pendapatan per saham untuk TTM mencapai Rp4.199,96. Kas per saham untuk kuartal terakhir adalah Rp1.128,29, dan nilai buku per saham adalah Rp3.612,05. Arus kas bebas per saham untuk TTM berada di angka Rp1.135,63.
Perusahaan tidak mencatatkan rasio lancar (current ratio), rasio cepat (quick ratio), maupun rasio utang terhadap ekuitas (debt to equity ratio) untuk kuartal terakhir.
Return on Assets (ROA) untuk TTM tercatat sebesar 0,86 persen, sementara Return on Equity (ROE) adalah 4,26 persen. Margin laba kotor (Gross Profit Margin) untuk kuartal terakhir tidak tersedia, namun margin laba operasi (Operating Profit Margin) tercatat negatif sebesar 0,40 persen. Margin laba bersih (Net Profit Margin) untuk kuartal terakhir adalah 3,60 persen.
Dividen untuk TTM, rasio pembayaran dividen (payout ratio), dan hasil dividen (dividend yield) tidak dicatatkan. Tanggal ex-dividend terakhir tercatat pada 27 Juni 2018.
Pendapatan untuk TTM mencapai Rp26,74 triliun, sementara laba kotor (Gross Profit) untuk periode yang sama tidak tersedia. EBITDA untuk TTM adalah Rp1,27 triliun dan laba bersih (Net Income) adalah Rp979 miliar.
Kas perusahaan untuk kuartal terakhir adalah Rp7,18 triliun, dengan total aset sebesar Rp114,52 triliun. Total kewajiban perusahaan adalah Rp89,32 triliun, sementara utang jangka pendek dan jangka panjang tidak tersedia. Total ekuitas tercatat sebesar Rp23 triliun.
Arus kas dari operasi (cash from operations) untuk periode trailing twelve months (TTM) mencapai Rp7,55 triliun. Ini menunjukkan aktivitas operasional perusahaan menghasilkan arus kas yang cukup signifikan. Sebaliknya, arus kas dari investasi (cash from investing) selama periode yang sama negatif Rp151 miliar, menandakan adanya pengeluaran untuk investasi lebih besar daripada pendapatan dari investasi.
Arus kas dari pembiayaan (cash from financing) tercatat negatif sebesar Rp2,04 triliun, menunjukkan perusahaan mengeluarkan lebih banyak uang untuk pembayaran utang atau distribusi dividen daripada menerima dana dari pembiayaan baru. Pengeluaran modal (capital expenditure) mencapai Rp327 miliar, sedangkan arus kas bebas (free cash flow) untuk TTM tercatat sebesar Rp7,23 triliun.
Pertumbuhan
Pendapatan kuartal terhadap tahun sebelumnya (YoY growth) meningkat sebesar 18,28 persen, menunjukkan kinerja yang positif dalam periode kuartal terakhir. Namun, pendapatan tahun berjalan terhadap tahun sebelumnya (YTD YoY growth) hanya naik 2,28 persen, sementara pertumbuhan pendapatan tahunan (annual YoY growth) mengalami penurunan sebesar 18,02 persen.
Laba bersih (net income) kuartal terhadap tahun sebelumnya turun 3,71 persen, dan laba bersih tahun berjalan (YTD YoY growth) mengalami penurunan signifikan sebesar 37,06 persen. Namun, laba bersih tahunan menunjukkan peningkatan sebesar 38,41 persen. EPS (Earnings Per Share) juga mengikuti tren yang sama dengan laba bersih, menunjukkan penurunan kuartalan dan YTD masing-masing sebesar 3,70 persen dan 37,06 persen, tetapi meningkat 38,42 persen secara tahunan.
Pengembalian harga selama satu minggu, satu bulan, dan tiga bulan tidak tersedia. Namun, pengembalian harga selama enam bulan terakhir turun 0,68 persen. Pengembalian harga tahunan mencapai 13,18 persen, menunjukkan kinerja positif dalam jangka panjang. Pengembalian harga tiga tahun mencapai 39,71 persen, dan lima tahun mencapai 46,00 persen. Pengembalian harga sepuluh tahun menunjukkan kinerja yang sangat baik sebesar 307,25 persen. Tahun berjalan (year to date) pengembalian harga tercatat sebesar 0,69 persen. Harga tertinggi dalam 52 minggu terakhir adalah Rp 22.200, sementara harga terendah adalah Rp 11.575.
Meskipun pendapatan kuartal terakhir menunjukkan peningkatan, secara tahunan perusahaan mengalami penurunan pendapatan yang cukup besar. Hal ini bisa menunjukkan adanya tantangan dalam menjaga pertumbuhan pendapatan secara berkelanjutan. Penurunan laba bersih kuartalan dan YTD juga menandakan bahwa perusahaan mungkin menghadapi tekanan biaya atau penurunan efisiensi operasional.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.