Logo
>

Nilai Tukar Rupiah Bervariasi, di Bank Kamu Berapa?

Ditulis oleh KabarBursa.com
Nilai Tukar Rupiah Bervariasi, di Bank Kamu Berapa?

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kian merosot. Pada penutupan perdagangan Jumat lalu, rupiah terjerembab ke level Rp16.450 per dolar AS, melemah 0,12 persen dibanding hari sebelumnya. Secara mingguan, kurs rupiah melemah 0,3 persen point-to-point.

    Dibandingkan dengan mata uang negara Asia lainnya, pelemahan rupiah menjadi yang terdalam ketiga di kawasan. Won Korea melemah 0,25 persen, diikuti dolar Taiwan 0,13 persen. Sementara di belakang rupiah, peso Filipina melemah 0,1 persen.

    Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di bulan Juni 2024 terus menunjukkan tren melemah. Kondisi ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik domestik maupun global, yang menciptakan sentimen negatif terhadap mata uang Garuda.

    Pada awal Juni, rupiah terpuruk hingga menyentuh level Rp16.450 per dolar AS. Kondisi ini disebabkan oleh Langkah Federal Reserve AS yang mempertahankan suku bunga tinggi guna meredam inflasi telah menarik aliran modal keluar dari pasar negara berkembang, termasuk Indonesia. Investor lebih memilih aset-aset berbasis dolar yang dianggap lebih aman dan memberikan imbal hasil lebih tinggi.

    Defisit transaksi berjalan Indonesia yang melebar turut menambah tekanan terhadap rupiah. Ketergantungan impor yang tinggi, terutama pada sektor energi dan barang modal, membuat defisit semakin besar, memperburuk posisi rupiah.

    Di tengah pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), pemerintah Indonesia mengambil langkah-langkah strategis untuk menstabilkan perekonomian, salah satunya melalui kebijakan relaksasi impor. Langkah ini diyakini pemerintah dapat mengatasi ketersediaan barang dan bahan baku yang diperlukan oleh industri domestik serta menjaga stabilitas harga di pasar.

    Ketidakpastian politik menjelang Pemilu 2024 dan lambatnya pertumbuhan ekonomi domestik juga menjadi faktor yang memperlemah sentimen terhadap rupiah. Investor asing cenderung wait and see, menunggu situasi politik dan ekonomi yang lebih stabil.

    Penurunan harga komoditas utama ekspor Indonesia seperti minyak kelapa sawit dan batubara turut berdampak negatif pada penerimaan devisa, sehingga memperburuk nilai tukar rupiah.

    Seiring dengan pelemahan rupiah, bank-bank besar di Indonesia merespons dengan menyesuaikan kurs jual dolar AS. Misalnya, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) menetapkan kurs jual sebesar Rp16.610 per dolar AS, sementara Bank Mandiri di Rp16.600 per dolar AS. Harga kurs yang ditawarkan bank-bank besar mencerminkan kekhawatiran terhadap volatilitas nilai tukar.

    Untuk meredam pelemahan ini, pemerintah dan Bank Indonesia telah mengeluarkan beberapa kebijakan strategis,  Bank Indonesia terus melakukan intervensi di pasar valuta asing untuk menstabilkan nilai tukar rupiah. Langkah ini diharapkan dapat mengurangi gejolak di pasar dan memberikan kepercayaan kepada investor.

    Pemerintah juga meningkatkan upaya untuk memperkuat cadangan devisa melalui berbagai kebijakan, termasuk mendorong ekspor dan mengurangi ketergantungan impor. Upaya pengendalian inflasi domestik juga menjadi fokus, mengingat inflasi yang tinggi dapat semakin menekan daya beli dan memperburuk kondisi ekonomi.

    Meskipun kondisi saat ini cukup menantang, ada harapan bahwa dengan kebijakan yang tepat dan stabilitas politik yang lebih baik, rupiah dapat kembali menguat. Perbaikan fundamental ekonomi dan peningkatan daya saing ekspor menjadi kunci untuk mengembalikan kepercayaan pasar terhadap rupiah.

    Dalam beberapa bulan ke depan, pelaku pasar dan masyarakat akan terus memantau perkembangan kebijakan moneter dan fiskal, serta dinamika global yang dapat mempengaruhi nilai tukar rupiah. Stabilitas ekonomi dan politik dalam negeri menjadi faktor penting yang akan menentukan arah pergerakan rupiah selanjutnya.

    Fluktuasi nilai tukar ini sebenarnya mencerminkan ketidakstabilan ekonomi yang sedang melanda Indonesia, yang tentu saja menjadi perhatian bagi pelaku pasar dan masyarakat umum.

    PT Bank Central Asia Tbk (BCA), bank swasta terbesar di Indonesia, per Jumat (21/6/2024) kemarin menetapkan kurs jual dolar AS sebesar Rp16.610 per dolar AS, berdasarkan laman resminya. PT Bank Mandiri Tbk, perbankan pelat merah ini membanderol kurs jual dolar sebesar Rp16.600 per dolar AS.

    PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) masing-masing memasang kurs jual sebesar Rp16.550 per dolar AS dan Rp16.540 per dolar AS. Bank OCBC Indonesia mencatat harga sebesar Rp16.620 per dolar AS. Sementara Bank HSBC Indonesia memegang rekor harga jual terbesar yakni mencapai Rp16.695 per dolar AS. Namun, Bank CIMB Niaga tercatat mematok harga jual sedikit lebih murah yakni sebesar Rp16.465 per dolar AS.

    Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS di Sejumlah Bank Tanah Air:

    • BCA: Rp16.610
    • Bank Mandiri: Rp16.600
    • BRI: Rp16.540
    • BNI: Rp16.550
    • CIMB Niaga: Rp16.465
    • HSBC Indonesia: Rp16.695
    • OCBC Indonesia: Rp16.620. (*)

     

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi