Logo
>

Nilai Tukar Rupiah Tertekan, Tembus Rp16.400 per Dolar AS

Ditulis oleh KabarBursa.com
Nilai Tukar Rupiah Tertekan, Tembus Rp16.400 per Dolar AS

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di pasar spot semakin tertekan. Pada perdagangan Jumat, 14 Juni 2024, kurs rupiah menembus level Rp16.400 per dolar AS.

    Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah ditutup di level Rp16.412 per dolar AS, melemah 142 poin atau 0,87 persen.

    Sementara itu, data dari Bank Indonesia (BI) Jisdor menunjukkan kurs rupiah sebesar Rp16.374 per dolar AS pada hari yang sama, lebih tinggi dari hari sebelumnya, Kamis, 13 Juni 2024, yang sebesar Rp16.286 per dolar AS.

    Koreksi nilai tukar rupiah sejalan dengan penguatan indeks dolar AS. Berdasarkan data Investing, indeks dolar AS menguat ke kisaran 105,26.

    Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, menjelaskan bahwa penguatan indeks dolar AS selaras dengan meningkatnya ketidakpastian global.

    Ini ditandai dengan eskalasi perang dagang antara Uni Eropa, Amerika Serikat, dan China.

    "Perang dagang semakin panas pasca Uni Eropa menerapkan tarif tinggi untuk komponen mobil listrik dan aki listrik," ujarnya.

    Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyatakan bahwa pelemahan rupiah selaras dengan sejumlah data yang menunjukkan ekonomi AS masih terjaga, memberikan ruang bagi bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), untuk mempertahankan tingkat suku bunga acuannya.

    "Ekonomi AS membaik, pertumbuhannya bagus," kata Airlangga.

    Sedangkan, Gubernur BI, Perry Warjiyo, menegaskan bahwa tekanan pada nilai tukar rupiah tidak hanya dialami oleh Indonesia, tetapi juga oleh mata uang negara lain seperti peso (Filipina), baht (Thailand), won (Korea Selatan), dan yen (Jepang). Perry menekankan bahwa depresiasi rupiah masih lebih baik dibandingkan dengan mata uang negara Asia lainnya.

    "Indonesia itu sangat rendah dan kalau dibandingkan dengan negara lain, sangat, lebih rendah dari negara lain," katanya.

    Perry juga menyebut bahwa meskipun terdepresiasi, pergerakan rupiah masih stabil dan menjadi salah satu yang terbaik di tengah tren penguatan indeks dolar AS. "Depresiasi kita termasuk yang rendah dan stabil," ujarnya.

    Dengan penguatan indeks dolar AS yang didorong oleh ketidakpastian global dan ketegangan perang dagang, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami tekanan yang signifikan.

    Meskipun demikian, dibandingkan dengan negara-negara Asia lainnya, depresiasi rupiah masih dalam batas yang lebih baik, menunjukkan stabilitas yang relatif di tengah situasi ekonomi global yang menantang.

    Kinerja Rupiah Terburuk di Asia Selama 2024

    Kinerja rupiah sepanjang tahun ini menjadi salah satu yang terburuk di kawasan Asia. Persentase pelemahan rupiah lebih dalam dibandingkan dengan lima mata uang negara Asia lainnya, hanya lebih baik dari won Korea Selatan (Korsel).

    Melemahnya nilai tukar rupiah membuat Bank Indonesia mulai terlihat mengintervensi sehingga mata uang ini sedikit terangkat ke Rp16.413 per dolar AS pada pukul 15:45 WIB.

    Berdasarkan data Bloomberg, rupiah telah tersungkur 6,2 persen dalam perhitungan tahun berjalan (year to date/ytd). Ini jauh lebih buruk dibandingkan dengan kinerja ringgit Malaysia yang hanya melemah 2,66 persen ytd dan yuan China yang melemah 2,16 persen ytd.

    Kinerja rupiah juga lebih buruk dibandingkan pelemahan dong Vietnam yang tercatat 4,63 persen ytd, dan dolar Taiwan yang melemah 4,99 persen ytd. Rupiah tidak lebih baik dibanding peso Filipina yang melemah 5,71 persen sejak awal tahun.

    Kurs rupiah hanya sedikit lebih baik dibandingkan dengan won Korea Selatan yang telah melemah 6,40 persen terhadap dolar AS sepanjang tahun ini dan baht Thailand yang melemah 6,81 persen.

    Menurut histori data Bloomberg, level Rp16.423 per dolar AS merupakan level rupiah terlemah sejak 1 April 2020 dan semakin mendekati level terlemah rupiah sepanjang sejarah yang terjadi saat pandemi COVID-19 di Rp16.575 per dolat AS.

    Ini belum menghitung kejatuhan rupiah saat krisis moneter 1997-1998 ketika rupiah jatuh dari Rp2.500 per dolar AS menjadi Rp16.800 per dolar AS yang memicu krisis luar biasa buruk.

    Pelemahan rupiah hari ini sebagian besar disebabkan oleh penguatan indeks dolar AS yang mencapai 105,48 pada sore hari ini.

    Selain itu, kejatuhan rupiah juga dipicu oleh aksi jual yang masif di pasar saham maupun surat utang domestik. IHSG tergerus ke 6.741, dan imbal hasil surat utang juga makin naik, indikasi tekanan harga, ke level 7,145 persen untuk tenor 10 tahun. Tenor 5 tahun juga naik ke 7,090 persen, sedangkan tenor 2 tahun naik ke 6,722 persen.

    Aksi Jual Pemodal Asing

    Pemodal asing telah melepas USD2,2 miliar saham dari bursa Indonesia sejak awal April.

    Di pasar surat utang, kepemilikan asing di Surat Berharga Negara (SBN) berkurang menjadi Rp804,78 triliun per 12 Juni, menurut data Kementerian Keuangan.

    Pada hari itu, asing mencatat penjualan bersih di SBN senilai Rp802,43 miliar, menjadi nilai penjualan tertinggi obligasi negara oleh investor asing dalam tiga bulan terakhir.

    Di pasar offshore, rupiah NDF 1 bulan diperdagangkan di Rp16.459 per dolar AD pada pembukaan pasar Eropa. NDF rupiah 1 minggu juga makin terperosok ke Rp16.438 per dolar.

    Tekanan pada rupiah yang dramatis sejak pagi tadi selain akibat dolar AS yang kembali menguat, juga disebabkan oleh kekhawatiran pasar terkait prospek fiskal Indonesia di bawah pemerintahan baru nanti. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi