KABARBURSA.COM - PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP) mengumumkan rencana menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada Jumat, 2 Agustus 2024. Tujuan RUPSLB ini adalah untuk mendapatkan persetujuan atas beberapa agenda penting.
NISP bermaksud untuk menggabungkan PT Bank Commonwealth ke dalam perseroan. Hal ini akan menjadikan NISP sebagai perusahaan penerima penggabungan.
RUPSLB juga akan membahas pembaruan Rencana Resolusi terkait pengambilalihan Bank Commonwealth. NISP akan mengusulkan perubahan Anggaran Dasar untuk menyesuaikan dengan struktur dan operasional pasca penggabungan. RUPSLB juga akan membahas perubahan susunan Dewan Pengawas Syariah.
Menurut Wiwin Sitinjak, Assistant Corporate Secretary NISP, RUPSLB ini merupakan langkah penting dalam strategi perusahaan NISP untuk memperkuat posisinya di industri perbankan Indonesia. Penggabungan dengan Bank Commonwealth diharapkan dapat meningkatkan skala usaha, sinergi produk dan layanan, serta memperluas jangkauan pasar NISP.
RUPSLB NISP akan dihadiri oleh para pemegang saham perseroan. Pemegang saham yang berhak hadir adalah mereka yang namanya tercatat dalam Daftar Pemegang Saham pada Kamis, 22 Februari 2024.
Sebelumnya PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP) mengumumkan bahwa proses akuisisi PT Bank Commonwealth (PTBC) telah selesai, sehingga 100 persen saham PTBC kini sepenuhnya dimiliki oleh OCBC per 1 Mei 2024.
Sebagai bagian dari OCBC, kegiatan operasional PTBC akan tetap berjalan secara mandiri hingga proses merger yang direncanakan selesai paling lambat pada Triwulan IV tahun 2024.
Selama periode ini, layanan kepada nasabah PTBC akan berjalan seperti biasa, termasuk transaksi perbankan di kantor cabang dan melalui kanal digital PTBC.
"Sebagai salah satu bank dengan kredit rating tertinggi di Indonesia dan rekam jejak yang kuat, PTBC memiliki basis nasabah yang menarik dan komplementer dalam segmen konsumen dan UKM (ritel). Rencana kami adalah memanfaatkan kapabilitas kedua entitas untuk memperluas produk dan layanan OCBC di Indonesia, serta menciptakan peluang pertumbuhan dalam sektor jasa keuangan di Indonesia." kata Presiden Direktur OCBC, Parwati Surjaudaja.
Lauren Sulistiawati, Presiden Direktur PTBC, menambahkan bahwa dengan selesainya proses akuisisi, PTBC akan terus beroperasi sebagai entitas yang berdiri sendiri hingga proses merger rampung.
“Kami berkomitmen untuk memastikan proses merger berlangsung lancar tanpa mengorbankan kualitas layanan perbankan kepada nasabah. Operasional usaha akan tetap berjalan seperti biasa,” ujarnya.
Pembelian 100 persen saham PTBC oleh OCBC adalah tonggak sejarah penting yang memperkuat platform OCBC di Indonesia, sekaligus menegaskan komitmen Bank untuk terus mendukung pertumbuhan jasa keuangan di Indonesia.
Pemegang saham yang berhak hadir adalah yang tercatat pada 10 Juli 2024 pukul 16.00 WIB. Mereka dapat mengikuti Rapat secara fisik, elektronik, atau melalui pemberian kuasa melalui eASY.KSEI. Informasi lebih lanjut dan materi Rapat dapat diakses melalui situs web resmi Perseroan
Kinerja OCBC NISP
Adapun NISP telah membukukan laba bersih secara konsolidasi sebesar Rp4,09 triliun sepanjang 2023, naik 23 persen secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan perolehan laba pada 2022 sebesar Rp3,32 triliun.
Perolehan laba bank terdorong oleh raupan pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) sebesar Rp9,91 triliun pada 2023, naik 13 persen yoy.
Margin bunga bersih (net interest margin/NIM) bank pun naik dari 4 persen pada 2022 menjadi 4,4 persen pada 2023.
Sementara rasio profitabilitas bank kian menanjak. Tercatat, tingkat pengembalian aset (return on asset/ROA) NISP naik dari 1,9 persen pada 2022 menjadi 2,1 persen pada 2023. Tingkat pengembalian ekuitas (return on equity/ROE) juga naik dari 10,5 persen menjadi 12 persen.
“Kami menutup tahun 2023 dengan kinerja yang solid. Kinerja positif tersebut turut didorong oleh pertumbuhan kredit 12 persen yoy dengan kualitas kredit yang terjaga baik," kata Presiden Parwati Surjaudaja dalam keterangan tertulis awal tahun ini.
Dari sisi intermediasi, NISP telah menyalurkan kredit Rp154 triliun, naik 12 persen yoy. Aset bank pun naik 5 persen yoy menjadi Rp250 triliun.
Kualitas aset bank pun terjaga, di mana rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) gross di level 1,6 persen pada 2023, turun dari posisi 2,4 persen pada 2022. NPL nett juga susut dari 1 persen ke level 0,6 persen.
Dari sisi pendanaan, OCBC Indonesia telah meraup dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp182 triliun, naik 3 persen yoy. NISP mencatatkan rasio dana murah (current account saving account/CASA) sebesar 55,8 persen.
Sementara itu, jumlah dana tabungan mengalami pertumbuhan sebesar 14,6 persen yoy.
Selain itu, kinerja keuangan bank ditopang oleh permodalan dilihat dari rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) NISP di angka 23,7 persen.
Sementara likuiditas bank dilihat dari liquidity coverage ratio (LCR) mencapai 206,2 persen, di atas ketentuan regulator. (*)