Logo
>

Obligasi BUMI Rp721 Miliar Berkupon Tinggi, Ambil atau Take Profit?

BUMI terbitkan obligasi Rp721 miliar dengan kupon 8–9,25 persen untuk membiayai akuisisi Wolfram Limited (WFL) dan modal kerja, saham ikut menguat sepekan terakhir.

Ditulis oleh Yunila Wati
Obligasi BUMI Rp721 Miliar Berkupon Tinggi, Ambil atau Take Profit?
Ilustrasi lahan milik PT Bumi Resources, Tbk. Foto: Dok BUMI.

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - PT Bumi Resources Tbk (BUMI), salah satu perusahaan batu bara terbesar di Indonesia, kembali melangkah ke pasar modal melalui penerbitan surat utang. Emiten yang berada di bawah naungan Bakrie Group ini berencana menawarkan Obligasi Berkelanjutan I Tahap II-2025 senilai Rp721,61 miliar. 

    Rencana ini merupakan bagian dari program obligasi berkelanjutan senilai total Rp5 triliun, di mana sebelumnya BUMI sudah melepas tahap pertama senilai Rp350 miliar.

    Obligasi yang ditawarkan BUMI terbagi menjadi dua seri. Seri A bernilai Rp149,33 miliar dengan tenor tiga tahun dan menawarkan kupon tetap 8 persen per tahun. Sementara Seri B lebih besar, Rp572,28 miliar dengan tenor lima tahun dan kupon 9,25 persen. 

    Tingkat bunga tersebut tergolong menarik di tengah kondisi suku bunga acuan yang stabil, menawarkan imbal hasil lebih tinggi dibandingkan deposito perbankan atau obligasi pemerintah dengan tenor serupa. 

    Ditambah lagi, obligasi ini telah memperoleh peringkat idA+ (Single A Plus) dari Pefindo, yang berarti layak investasi dengan risiko gagal bayar relatif rendah meski tetap membutuhkan kehati-hatian.

    Tujuan penerbitan obligasi ini juga cukup jelas. Sekitar 45 persen dari dana yang diperoleh akan digunakan untuk pembayaran tahap kedua akuisisi Wolfram Limited (WFL), perusahaan asal Australia yang segera menjadi anak usaha BUMI. 

    Sekitar 13,71 persen lagi dialokasikan sebagai pinjaman kepada WFL untuk mendukung pengembangan bisnis, sementara sisanya dipakai untuk kebutuhan modal kerja, mulai dari biaya operasional, pajak, hingga jasa profesional. 

    Dengan demikian, obligasi ini bukan sekadar instrumen pendanaan, melainkan bagian dari strategi ekspansi BUMI dalam mengamankan cadangan mineral dan memperkuat lini usaha.

    Bagi investor, tawaran ini membawa dilema menarik. Di satu sisi, kupon tinggi dan peringkat A+ membuat obligasi BUMI atraktif, terlebih dengan jaminan bahwa dana hasil emisi diarahkan pada pengembangan aset strategis. 

    Namun, di sisi lain, rekam jejak BUMI sebagai bagian dari konglomerasi Bakrie menuntut kewaspadaan. Meski peringkat layak investasi sudah menjadi sinyal positif, risiko tetap ada terutama terkait volatilitas harga batu bara global dan beban utang perusahaan yang cukup besar. 

    Investor konservatif mungkin menilai obligasi ini cukup menggoda sebagai alternatif diversifikasi portofolio dengan imbal hasil di atas rata-rata pasar, sementara investor agresif bisa melihatnya sebagai peluang mengambil eksposur ke sektor batu bara dan mineral dengan risiko yang masih terukur.

    Sementara itu, kinerja saham BUMI juga memperlihatkan respons positif. Pada perdagangan terakhir, saham BUMI ditutup di level 114, naik 0,88 persen dari posisi sebelumnya. Dalam sepekan, saham ini sudah menguat 3,64 persen, didukung volume transaksi yang tinggi mencapai 2,77 miliar saham, jauh di atas rata-rata 1,15 miliar. 

    Nilai transaksi harian mencapai Rp314,6 miliar dengan frekuensi lebih dari 8.200 kali, menandakan minat investor yang cukup besar. Selain itu, aksi beli investor asing mencapai Rp256 miliar, lebih tinggi dibandingkan aksi jual Rp210,5 miliar, yang memperlihatkan dukungan dana asing terhadap saham ini.

    Singkatnya, obligasi baru BUMI hadir sebagai instrumen dengan imbal hasil menarik dan peringkat layak investasi, meskipun tetap mengandung risiko khas emiten batu bara. Bagi investor ritel, keputusan untuk berpartisipasi sebaiknya mempertimbangkan profil risiko pribadi. 

    Obligasi ini layak dipertimbangkan bagi mereka yang mengincar pendapatan tetap dengan imbal hasil di atas deposito, sementara investor yang lebih berhati-hati bisa menunggu perkembangan lanjutan akuisisi WFL dan stabilitas keuangan perusahaan. 

    Adapun bagi investor saham, kinerja BUMI dalam sepekan terakhir menandakan sentimen pasar yang masih positif, meskipun fluktuasi tetap harus diwaspadai mengingat sektor batu bara sangat dipengaruhi oleh dinamika harga global.(*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79