KABARBURSA.COM - Sekertaris Jendral Periklindo Tenggono Chuandra Phoa menanggapi pernyataan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, yang meminta bantuan dari Pemerintah Korea Selatan untuk bernegosiasi dengan Amerika Serikat agar membuka pasar bagi kendaraan listrik (EV) buatan Indonesia.
Tenggono menjelaskan bahwa pabrik EV di Indonesia, yang telah beroperasi selama dua tahun terakhir, saat ini belum fokus pada pasar internasional. Sebaliknya, ia menekankan untuk mengutamakan permintaan dalam negeri sesuai dengan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 7 Tahun 2022.
"Kita belum targetkan pasar international atau global. Lehih baik penuhi permintaan dalam negeri sesuai inpres no 7 tahun 2022," kata dia kepada Kabar Bursa, Jumat 24 Mei 2024.
Pasalnya, kata dia, jika hal ini terealisasi ini akan membantu pemerintah menghemat devisa dari pembelian bahan bakar fosil yang sangat besar serta memperbaiki kualitas udara yang lebih bersih. "Pemerintah akan menghemat devisa pembelian BBM yg luar biasa besar dan memperbaiki udara yg lbh bersih," tambah dia.
Di samping itu, dia juga mengatakan pertumbuhan mobil listrik di Indonesia dari segi produksi dan konsumsi, Tenggono menegaskan bahwa trennya sangat positif. Namun, dia belum bisa melampirkan data secara merinci secara tahunan.
Tapi, Ia menyebutkan bahwa perputaran uang di Periklindo Electric Vehicle Show (PEVS) yang digelar pada 30 April - 5 Mei 2024 di Jakarta International Expo (JIExpo) Kemayoran, Jakarta Pusat, telag mencapai target penjualan sebesar Ro400 miliar. Hal ini menunjukkan minat dan pertumbuhan yang kuat dalam industri kendaraan listrik di Indonesia.
"Transaksi di PEVS telah mencapai target penjualan nya 400 Milyar," tutup dia.
Dalam pemeberitaan sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto meminta bantuan Pemerintah Korea Selatan untuk bernegosiasi dengan Amerika Serikat agar membuka pasar bagi kendaraan listrik (EV) yang diproduksi di Indonesia.
Permintaan ini disampaikan dalam konteks kerja sama erat antara Indonesia dan Korea Selatan, terutama terkait investasi di sektor kendaraan listrik.
Hyundai Motor Group dan LG Energy Solution, dua perusahaan besar asal Korea Selatan, telah berinvestasi dalam membangun pabrik baterai kendaraan listrik di Karawang, Jawa Barat.
Airlangga berharap bahwa ekosistem EV di Indonesia bisa lebih berkembang dan produk hasil kolaborasi antara LG dan Hyundai dapat diterima di pasar Amerika Serikat. Hal ini terkait dengan Undang-Undang Inflasi Pengurangan (Inflation Reduction Act/IRA) di AS yang mempengaruhi akses pasar bagi kendaraan listrik.
Jokowi Optimis
Presiden Joko Widodo mengaku optimis kendaraan listrik (electric vehicle) akan menjadi masa depan dalam industri otomotif di Indonesia.
“Saya melihat baik dan banyak yang dipamerkan, mobil-mobil listrik. Saya kira ini memang masa depan otomotif Indonesia itu ada di mobil listrik,” kata Jokowi, dikutip Kabar Bursa dari YouTube Sekretariat Presiden.
Jokowi menjelaskan bahwa optimismenya itu didukung oleh salah satu bahan baku pembuatan baterai untuk mobil listrik yaitu nikel.
Adapun, Jokowi menambahkan bahwa insentif untuk kendaraan listrik khususnya mobil belum akan ditambah. Namun ia menjelaskan sejumlah langkah peningkatan jumlah EV tersebut. “Sementara belum (ditambah). Tapi kita kan sudah mendorong dengan pengurangan APBN, saya kira ini akan mendorong penjualan dan nanti baliknya mendorong ke produksi di pabrik-pabrik electric vehicle yang ada di Indonesia,” jelas Jokowi.
Oleh karena itu Jokowi pun menaruh harapan pada industri mobil listrik di Indonesia untuk dapat bersaing pada tingkat global. “Kita nanti bisa bersaing dengan negara-negara lain, kalau semua local content sudah, baterainya sudah, kita lihat nanti akan bisa bersaing,” pungkas Presiden RI.
Tarif Pajak Baru
Pemerintah Amerika Serikat berencana menaikkan tarif pajak baru mobil listrik dan barang energi ramah lingkungan asal China.
Presiden Amerika Serikat, Joe Biden akan menaikkan atau menambah tarif dalam sektor-sektor yang dituju setelah hampir dua tahun melakukan peninjauan. Artinya selain mobil, baterai dan panel Surya impor dari Tiongkok juga akan terkena dampaknya.
Dikutip dari NBC, seorang sumber menyebut Pemerintah Biden akan menaikkan tarif mobil listrik mobil China dari 25 persen menjadi 100 persen.
Hal ini akan berdampak pada industri turunannya. Industri lain akan meningkat dua atau tiga kali lipat pada industri yang ditargetkan, meskipun cakupannya masih belum jelas.
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.