Logo
>

Pakar Bicara Ketimpangan Produksi EV, Bagaimana Indonesia?

Ditulis oleh Syahrianto
Pakar Bicara Ketimpangan Produksi EV, Bagaimana Indonesia?

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Pakar bisnis senior Wu Kegang mengatakan bahwa ketimpangan kapasitas produksi antarnegara merupakan perbedaan geografis dalam hal daya saing, bukan sebagai "kelebihan kapasitas".

    "Dari perspektif global, 'kelebihan kapasitas' dalam kendaraan listrik (electric vehicle/EV) tidak terjadi," katanya, seperti dikutip Jumat, 10 Mei 2024.

    Wu, mantan penasihat China untuk Kamar Dagang Inggris, memberikan tanggapannya terhadap berita sensasional baru-baru ini tentang "kelebihan kapasitas" China dalam kendaraan energi baru.

    Menurutnya, sampai semua kendaraan berbahan bakar bensin tidak ada lagi di jalanan, dunia masih membutuhkan lebih banyak lagi EV. Wu, yang berbasis di Inggris, merupakan penasihat independen untuk pengembangan bisnis dan kemitraan China-Inggris.

    Pada September 2023, Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak memundurkan penerapan larangan penjualan mobil baru berbahan bakar bensin dan solar di seluruh negara itu dari 2030 menjadi 2035.

    "Kemampuan China untuk memproduksi EV dengan harga yang lebih murah dapat membantu dunia dalam mempercepat penghapusan kendaraan berbahan bakar bensin, sekaligus menghemat subsidi para pembayar pajak," kata Wu.

    Dia menyarankan agar makin banyak perusahaan China yang mempertimbangkan untuk memperdalam kerja sama, serta membangun manufaktur EV lebih dekat dengan pasar Inggris dan Uni Eropa.

    Sementara itu di Indonesia sendiri, Presiden Joko Widodo menyatakan bahwa meskipun Indonesia memiliki kapasitas produksi EV sebesar 1,6 juta unit per tahun, namun produksi yang terjadi saat ini hanya sekitar 100 ribu unit.

    Menurutnya, fasilitas produksi kendaraan listrik (EV) di Indonesia terdiri dari 59 pabrik pembuat sepeda motor listrik, lima pabrik mobil listrik, satu pabrik bus listrik, dan satu pabrik truk listrik. Ada rencana untuk menambah satu lagi pabrik mobil listrik sehingga total menjadi enam pabrik.

    Menurut Jokowi, ekosistem industri kendaraan listrik semakin berkembang setelah pabrik baterai listrik pertama mulai beroperasi bulan depan.

    “Pengembangan ekosistem EV ini merupakan sebuah langkah besar yang harus kita pertahankan, tanpa hambatan. Saya yakin kita bisa mencapai tujuan tersebut,” katanya.

    Selain itu, Jokowi mengatakan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) dari mobil listrik di Indonesia juga akan semakin berkembang. Saat ini, TKDN mobil listrik sudah di atas 40 persen dan terus meningkat secara bertahap.

    “Inilah daya saing yang ingin kita tunjukan, kita siap untuk berkompetisi di arena global,” ujar Jokowi.

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Syahrianto

    Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

    Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

    Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

    Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.