KABARBURSA.COM - PT Bank Pan Indonesia Tbk atau Panin Bank telah lama mengukir namanya sebagai bank tertua di Bursa Efek Indonesia. Emiten bank dengan kode PNBN ini menjadi bagian dari sejarah pasar modal sejak 1982. Bank milik Mumin Ali Gunawan, yang juga terkait erat dengan konglomerat Mochtar Riady dari Lippo Group, ini meskipun terbilang stabil, tetap menghadapi tantangan di beberapa area penting. Apakah bank yang telah berdiri hampir setengah abad ini masih mampu mempertahankan posisi kuatnya di tengah persaingan yang kian ketat? Mari kita telusuri lebih dalam data-data keuangan terbarunya.
PT Bank Pan Indonesia Tbk. (PNBN), yang lebih dikenal dengan Panin Bank, merupakan perusahaan yang bergerak di sektor perbankan dengan menawarkan berbagai produk dan layanan di berbagai segmen, termasuk perbankan konsumer, usaha kecil dan menengah (SME) serta mikro, komersial, korporat, dan tresuri. Selain itu, Panin Bank memiliki penyertaan saham di sejumlah perusahaan yang tersebar di berbagai sektor jasa keuangan seperti perbankan, pembiayaan, asuransi, dan permodalan.
Panin Bank memiliki tiga entitas anak yaitu PT Clipan Finance Indonesia Tbk, PT Verena Multi Finance Tbk, dan PT Panin Bank Syariah Tbk. Selain itu, perusahaan juga memiliki enam entitas asosiasi yang mencakup perusahaan seperti PT Bank ANZ Indonesia dan PT Asuransi Multi Artha Guna Tbk. Selain itu, Panin Bank memiliki satu instrumen keuangan di PT Panin Sekuritas Tbk. Jaringan distribusi Panin Bank mencakup 558 jaringan yang tersebar di dalam negeri, termasuk dua kantor perwakilan di luar negeri dan 1.015 mesin ATM.
Dalam hal struktur pemegang saham, PT Panin Financial Tbk menjadi pemegang saham terbesar dengan kepemilikan sebanyak 11,09 miliar lembar saham atau setara dengan 46,04 persen. Disusul oleh Votraint No. 1103 Pty Ltd, yang memegang 9,35 miliar saham atau 38,82 persen. Kepemilikan saham oleh masyarakat non-warkat mencapai 3,13 miliar saham atau 13 persen, sedangkan masyarakat warkat memiliki 511,52 juta saham atau 2,12 persen. Panin Bank juga memiliki saham treasury sebanyak 6,10 juta saham atau 0,02 persen.
Dari segi jumlah pemegang saham, per 31 Juli 2024, tercatat ada 6.597 pemegang saham, mengalami penurunan sebanyak 280 pemegang dibandingkan bulan sebelumnya pada 28 Juni 2024 yang berjumlah 6.877. Tren penurunan jumlah pemegang saham ini terus berlanjut sejak Februari 2024, di mana total pemegang saham pada 29 Februari 2024 masih tercatat sebanyak 7.494.
Kinerja Keuangan
Pada 2024, kinerja keuangan PNBN mengalami variasi di setiap kuartal. Pada kuartal pertama, pendapatan tercatat sebesar Rp687 miliar, meningkat dari Rp590 miliar di periode yang sama tahun sebelumnya. Namun, pada kuartal kedua, pendapatan turun menjadi Rp589 miliar, dibandingkan dengan Rp1,15 triliun pada kuartal kedua 2023. Penurunan ini menandakan adanya tantangan dalam mempertahankan kinerja, terutama dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Secara tahunan (annualised), pendapatan tahun 2024 diproyeksikan mencapai Rp2,55 triliun, sedikit meningkat dari Rp2,532 triliun pada tahun 2023, tetapi masih di bawah Rp3,04 triliun pada tahun 2022.
Kapitalisasi Pasar
Kapitalisasi pasar (market cap) PNBN tercatat sebesar Rp29,26 triliun. Angka ini menunjukkan total nilai pasar dari saham perusahaan yang beredar. Dengan kapitalisasi pasar yang besar, PNBN termasuk dalam kategori perusahaan besar di pasar modal Indonesia, yang mencerminkan ekspektasi investor terhadap kinerja dan prospek masa depan perusahaan ini. Nilai kapitalisasi pasar ini juga memberikan gambaran tentang seberapa signifikan PNBN dalam industri perbankan di Indonesia serta kepercayaan investor terhadap perusahaan.
Valuasi
Dari segi valuasi, rasio PE (price to earnings) tahunan PNBN berada di level 11,47 kali, sedangkan rasio PE berbasis 12 bulan terakhir (trailing twelve months/TTM) tercatat lebih tinggi di 14,15 kali. Ini menunjukkan valuasi saham yang masih relatif tinggi jika dibandingkan dengan pendapatan bersihnya. Rasio harga terhadap penjualan (price to sales) TTM adalah 1,98 kali, dan rasio harga terhadap nilai buku (price to book value) berada di 0,58 kali, menunjukkan bahwa saham diperdagangkan dengan harga yang lebih rendah dari nilai buku per lembarnya.
Per Saham
PNBN melaporkan laba per saham (earnings per share/EPS) berdasarkan TTM sebesar Rp85,87 dan EPS tahunan sebesar Rp105,96. Sementara itu, pendapatan per saham (revenue per share) TTM mencapai Rp614,03, dengan nilai buku per saham sebesar Rp2.108,91. Cash per share (kas per saham) tercatat Rp48,11, sementara free cash flow per share (arus kas bebas per saham) berada di level Rp57,24. Angka ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih serta mempertahankan arus kas yang sehat per sahamnya.
Solvabilitas
Rasio hutang terhadap ekuitas (debt to equity ratio) perusahaan pada kuartal ini berada di level 0,05 kali, yang menunjukkan bahwa PNBN memiliki tingkat leverage yang relatif rendah, dengan proporsi hutang yang lebih kecil dibandingkan ekuitas.
Profitabilitas
Dari sisi profitabilitas, return on assets (ROA) PNBN berada di 0,94 persen, sementara return on equity (ROE) mencapai 4,07 persen. Margin laba kotor (gross profit margin) per kuartal adalah 58,10 persen, yang menandakan efisiensi yang baik dalam pengelolaan biaya produksi dibandingkan dengan pendapatan. Margin laba operasi (operating profit margin) tercatat 18,11 persen, sedangkan margin laba bersih (net profit margin) mencapai 15,66 persen. Data ini mengindikasikan bahwa meskipun margin profitabilitas relatif stabil, ada ruang untuk perbaikan dalam meningkatkan laba bersih yang tersedia bagi pemegang saham.
Dividen
Sayangnya, PNBN tidak mencatatkan informasi perihal dividen untuk periode 12 bulan terakhir (TTM). Data seperti rasio pembayaran dividen (payout ratio), yield dividen, serta tanggal ex-date dividen terakhir juga tidak tersedia dalam laporan kali ini. Terakhir kali PNBN tercatat membagikan dividen adalah pada 1 Juli 2022. Ketiadaan pembagian dividen ini bisa menjadi sinyal bahwa perusahaan mungkin sedang mempertimbangkan prioritas alokasi dana untuk keperluan lain, seperti investasi atau penguatan modal, atau mungkin juga sebagai langkah antisipatif terhadap kondisi ekonomi yang penuh ketidakpastian.
Laporan Laba Rugi
Berdasarkan laporan laba rugi, PNBN mencatat pendapatan sebesar Rp14,79 triliun dalam 12 bulan terakhir, dengan laba kotor sebesar Rp8,89 triliun. Kemudian Earnings before interest, taxes, depreciation, and amortization atau EBITDA tercatat Rp3,21 triliun, sementara laba bersih mencapai Rp2,06 triliun. Angka ini menggambarkan bahwa perusahaan masih mampu menghasilkan laba yang signifikan meskipun menghadapi tantangan ekonomi yang mungkin ada.
Neraca Keuangan
Dalam neraca keuangan, kas perusahaan pada kuartal terakhir mencapai Rp1,15 triliun. Total aset perusahaan tercatat sebesar Rp219,21 triliun, sedangkan total kewajiban (liabilities) berada di level Rp164,72 triliun. Dengan total ekuitas sebesar Rp50,79 triliun, perusahaan menunjukkan posisi keuangan yang cukup stabil, dengan hutang bersih (net debt) sebesar Rp1,54 triliun.
Arus Kas
PNBN mencatat arus kas dari operasi sebesar Rp1,74 triliun dalam 12 bulan terakhir. Sementara itu, arus kas dari aktivitas investasi menunjukkan defisit sebesar Rp7,77 triliun, yang mencerminkan tingginya pengeluaran untuk investasi dibandingkan pemasukan dari aktivitas tersebut. Arus kas dari aktivitas pendanaan juga menunjukkan pengeluaran bersih sebesar Rp1,79 triliun, yang kemungkinan besar digunakan untuk pelunasan utang atau pembayaran dividen.
Belanja modal (capital expenditure) tercatat sebesar Rp362 miliar, sementara arus kas bebas (free cash flow) setelah semua pengeluaran adalah sebesar Rp1,37 triliun. Secara keseluruhan, arus kas bebas yang positif menunjukkan bahwa meskipun ada pengeluaran besar dalam investasi dan pendanaan, perusahaan masih mampu menghasilkan kas bersih yang signifikan dari operasinya.
Pertumbuhan
Dari segi pertumbuhan, pendapatan PNBN tumbuh 1,71 persen pada kuartal ini dibandingkan dengan kuartal yang sama tahun sebelumnya, dan tumbuh 2,75 persen sepanjang tahun berjalan (year to date/YTD). Secara tahunan, pendapatan tumbuh sebesar 4,91 persen, yang menunjukkan adanya peningkatan meskipun dalam persentase yang moderat.
Namun, laba bersih menunjukkan penurunan yang signifikan, dengan penurunan sebesar 48,78 persen pada kuartal ini, 26,64 persen untuk YTD, dan 16,76 persen secara tahunan. Hal ini menunjukkan tantangan besar dalam mempertahankan profitabilitas. Laba per saham (EPS) juga mengalami penurunan yang sama, dengan penurunan sebesar 48,80 persen pada kuartal ini dan 26,64 persen YTD.
Kinerja Harga Saham
Dalam hal kinerja harga saham, PNBN mencatatkan pengembalian positif sebesar 3,85 persen dalam satu minggu terakhir. Namun, kinerja harga sahamnya dalam satu bulan terakhir mengalami penurunan sebesar 2,80 persen. Dalam jangka waktu tiga bulan, harga saham tumbuh sebesar 11,98 persen, dan dalam enam bulan tumbuh sebesar 9,95 persen.
Namun, dalam periode satu tahun, kinerja harga saham mencatatkan penurunan sebesar 10,66 persen. Meski demikian, dalam jangka panjang, seperti tiga tahun, harga sahamnya telah naik sebesar 54,78 persen, menunjukkan tren yang positif di jangka panjang. Dalam lima tahun terakhir, harga saham mengalami penurunan sebesar 15,03 persen, tetapi tumbuh sebesar 38,07 persen dalam sepuluh tahun. Pengembalian sejak awal tahun berjalan (YTD) tercatat hanya naik tipis sebesar 0,41 persen.(*)