KABARBURSA.COM - Pasar keuangan Indonesia kembali berakhir di zona merah pada perdagangan Kamis, 13 Juni 2024. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami koreksi tipis, sementara rupiah tertekan, dan obligasi tetap dibuang oleh investor.
Hari ini, Jumat, 14 Juni 2024, pasar keuangan diharapkan kompak mengakhiri perdagangan di zona hijau. IHSG kembali berakhir di zona merah pada perdagangan kemarin, setelah sempat menghijau sepanjang hari. Hingga akhir perdagangan, IHSG ditutup turun 0,27 persen ke posisi 6.831,56.
Sepanjang perdagangan kemarin, IHSG sempat bergerak di zona merah tipis sekitar pukul 11:00 WIB, namun secara keseluruhan bergerak di zona hijau. IHSG kembali gagal menembus level psikologis 6.900.
Nilai transaksi indeks pada akhir perdagangan kemarin mencapai sekitar Rp14 triliun dengan volume transaksi mencapai 43 miliar lembar saham yang ditransaksikan sebanyak 812.373 kali. Sebanyak 251 saham menguat, 285 saham melemah, dan 235 saham stagnan.
Sektor Bahan Baku Menekan IHSG
Sektor bahan baku menjadi penekan terbesar IHSG di akhir perdagangan, dengan penurunan mencapai 0,73 persen. Saham telekomunikasi PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) menjadi penekan terbesar IHSG, dengan penurunan 9,4 indeks poin.
Sementara itu, investor asing mencatat net buy atau beli bersih Rp2,98 triliun di seluruh pasar saat IHSG terkoreksi. Net buy ini seluruhnya berasal dari transaksi di pasar nego dan tunai sebesar Rp3,86 triliun, sementara dari pasar reguler asing masih net sell sebesar Rp879,21 miliar.
Transaksi saham PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO) senilai total Rp3,9 triliun di pasar negosiasi menjadi salah satu pendorong net buy.
Selain itu, net buy asing juga tercatat di saham-saham blue chip, seperti PT Astra International Tbk (ASII) Rp61,81 miliar, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) Rp53,04 miliar, dan PT Amman Mineral International Tbk (AMMN) Rp45,35 miliar.
Pergerakan Rupiah Melawan Dolar AS
Aliran dana asing yang besar kemarin tampaknya juga berimplikasi pada penguatan nilai tukar rupiah, yang ditutup menguat 0,15 persen di angka Rp 16.265/USD pada perdagangan Kamis, 13 Juni 2024. Penguatan ini mematahkan tren pelemahan rupiah yang telah terjadi selama tiga hari berturut-turut sejak 10 Juni 2024.
Pergerakan rupiah kemarin didominasi oleh sentimen eksternal dari AS.
Pada Rabu malam, 12 Juni 2024, AS mengumumkan inflasi melandai ke 3,3 persen (yoy) pada Mei 2024, dari 3,4 persen (yoy) pada April. Inflasi ini mencapai level terendah dalam tiga bulan dan sesuai dengan proyeksi pasar.
Keputusan The Fed dan Dampaknya
Beberapa jam setelah rilis data inflasi, bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di level 5,25-5,50 persen.
Dalam dokumen dot plot, The Fed memproyeksikan akan terjadi pemangkasan suku bunga satu kali tahun ini dan empat kali pada 2025, atau total 100 basis poin (bps).
Hal ini memberikan angin segar bagi mata uang rupiah, karena jika pemangkasan suku bunga benar-benar terjadi, maka tekanan terhadap rupiah akan berkurang dan peluang penguatan rupiah semakin besar.
Selain itu, angin segar juga datang ke pasar obligasi, tercermin dari yield obligasi acuan RI bertenor 10 tahun yang mulai melandai menjauhi level 7 persen.
Data Refinitiv menunjukkan yield SBN tenor 10 tahun pada penutupan perdagangan kemarin turun sekitar 6 basis poin (bps) menjadi 6,96 persen, setelah yield naik selama tiga hari berturut-turut.
Penurunan yield obligasi menunjukkan bahwa harga obligasi mulai meningkat, menandakan investor kembali memburu surat utang RI.
Bursa Wall Street Bergerak Positif
Bursa Wall Street secara umum bergerak dalam zona hijau pada perdagangan Kamis malam, 13 Juni 2024 hingga Jumat dini hari, 14 Juni 2024. Indeks S&P 500 dan Nasdaq ditutup pada rekor tertinggi setelah mencatat kenaikan selama empat hari berturut-turut.
Indeks Dow Jones melemah sebesar 0,17 persen atau 65,11 poin ke level 38.647,1. Ini menandai penurunan tiga hari beruntun untuk Dow Jones.
Sementara itu, indeks Nasdaq menguat 0,34 persen atau 59,12 poin menjadi 17.667,56, dan indeks S&P 500 naik 0,23 persen atau 12,71 poin ke posisi 5.433,74.
Pelaku pasar mempertimbangkan data inflasi yang lebih rendah dari perkiraan dibandingkan ekspektasi penurunan suku bunga The Fed. Laporan terbaru mengenai indeks harga produsen (PPI) menunjukkan adanya pelonggaran tekanan inflasi, yang meningkatkan kemungkinan penurunan suku bunga berulang kali sepanjang tahun ini.
Selain itu, pasar tenaga kerja AS menerima data terbaru dari klaim pengangguran yang meningkat lebih dari yang diharapkan. Hal ini menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja mulai sedikit mendingin.
PPI tahunan turun ke 2,2 persen pada Mei 2024, dari 2,3 persen pada April 2024. PPI bulanan juga mengalami penurunan ke 0 persen pada Mei 2024, dari 0,5 persen pada bulan sebelumnya.
Jumlah pekerja yang mengajukan klaim pengangguran naik sebesar 13.000 menjadi 242.000 pada pekan yang berakhir 8 Juni 2024, yang merupakan angka tertinggi sejak Agustus 2023.
Pergerakan Saham
Di antara saham-saham utama, Broadcom melonjak 12,8 persen setelah meningkatkan perkiraan pendapatan untuk chip AI dan mengumumkan pemecahan saham. Nvidia juga naik 3,5 persen.
Tesla mengalami kenaikan 2,7 persen setelah para pemegang saham menyetujui paket gaji Elon Musk senilai USD56 miliar dan adanya berita tentang rencana relokasi perusahaan ke Texas. Sebaliknya, saham Virgin Galactic turun 14,2 persen menyusul pengumuman mengenai reverse stock split.
Secara keseluruhan, perdagangan di bursa Wall Street didorong oleh data ekonomi yang memberikan harapan bagi investor terhadap kebijakan moneter yang lebih longgar, serta pergerakan positif dari beberapa saham teknologi utama. Namun, beberapa sektor masih menghadapi tantangan yang menyebabkan pergerakan bervariasi di antara indeks utama. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.