Logo
>

Pasar Kripto Stabil, Bitcoin Turun Tipis ke Rp1,51 Miliar

Ditulis oleh Moh. Alpin Pulungan
Pasar Kripto Stabil, Bitcoin Turun Tipis ke Rp1,51 Miliar

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Pasar kripto global pagi ini terpantau mengalami penurunan tipis. Berdasarkan data CoinMarketCap yang dilihat pukul 06.25 WIB, kapitalisasi pasar kripto global turun 0,67 persen menjadi USD3,28 triliun (sekitar Rp52.480 triliun). Sementara itu, indeks Fear and Greed yang mencerminkan sentimen investor berada di angka 54, menandakan kondisi pasar yang “Netral”.

    Performa 10 Kripto Teratas

    Bitcoin (BTC), dengan dominasi pasar mencapai 56,84 persen, diperdagangkan di harga USD94.231,10 (sekitar Rp1,51 miliar) per BTC, turun 1,50 persen dalam 24 jam terakhir. Ethereum (ETH), berada di urutan kedua dengan harga USD3.318,84 (sekitar Rp53 juta), mengalami penurunan tipis sebesar 0,19 persen.

    Di posisi ketiga, Tether (USDT) dipatok pada USD0,9986, turun 0,02 persen, diikuti XRP di posisi keempat yang merosot 0,71 persen menjadi USD2,14 (sekitar Rp34.240). Binance Coin (BNB) menjadi salah satu yang berhasil mencetak kenaikan, naik 0,38 persen ke USD689,92 (sekitar Rp11 juta).

    Solana (SOL) yang berada di urutan keenam mengalami penurunan cukup signifikan sebesar 2,05 persen ke harga USD184,08 (sekitar Rp2,94 juta). Dogecoin (DOGE), yang populer di kalangan komunitas, stagnan dengan sedikit penurunan 0,06 persen di harga USD0,3111 (sekitar Rp4.977).

    USD Coin (USDC) mencatatkan kenaikan kecil sebesar 0,02 persen di harga USD1, sementara Cardano (ADA) dan Tron (TRX) justru tampil gemilang. Cardano naik 1,97 persen menjadi USD0,8737 (sekitar Rp13.979), dan Tron melonjak 2,35 persen ke USD0,2589 (sekitar Rp4.142).

    Optimisme di Tengah Ketidakpastian 2025

    Setahun terakhir menjadi momen luar biasa untuk pasar kripto, dengan Bitcoin mencetak sejarah baru. Kini, para pelaku pasar optimistis menatap 2025 meski tetap berhati-hati terhadap berbagai ketidakpastian, terutama setelah Donald Trump terpilih kembali sebagai Presiden Amerika Serikat.

    Awal 2024, Bitcoin melonjak tajam karena permintaan tinggi dari peluncuran ETF (exchange-traded funds) spot bitcoin. Tak lama setelah itu, momen halving Bitcoin—yang memperlambat laju penciptaan bitcoin baru—menambah ketimpangan antara permintaan dan penawaran, memicu lonjakan harga lebih lanjut.

    Keberhasilan Trump dan beberapa legislator pro-kripto dalam pemilu menjadi dorongan tambahan. Bitcoin pun berhasil melampaui angka psikologis USD100.000 (sekitar Rp1,6 miliar), pencapaian yang belum pernah terjadi sebelumnya.

    Dilansir dari Investopedia, salah satu tantangan terbesar bagi pasar kripto dalam beberapa tahun terakhir adalah minimnya kejelasan regulasi. Pendekatan keras Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) di bawah Gary Gensler sering kali menjadi sumber ketegangan.

    Selama kampanye, Trump berjanji akan memberhentikan Gensler pada hari pertama pemerintahannya dan membentuk Strategic National Bitcoin Stockpile. Setelah terpilih, Gensler akhirnya mundur, dan Trump mengusulkan Paul Atkins—pendukung kripto—untuk memimpin SEC.

    Meski demikian, pasar belum bisa sepenuhnya tenang. Tidak ada jaminan regulasi akan menjadi lebih ramah, atau kapan kejelasan itu akan datang. Sarah Brennan dari Delphi Ventures menilai fokus Trump masih lebih condong ke dominasi dolar dan aplikasi real estat daripada mendukung aset digital sepenuhnya.

    Nic Carter dari Castle Island Ventures menambahkan, prioritas legislatif akan dimulai dengan regulasi stablecoin sebelum beralih ke rancangan undang-undang struktur pasar kripto. RUU ini diharapkan bisa memperjelas mana aset kripto yang dikategorikan sebagai komoditas dan mana yang masuk kategori sekuritas.

    Prediksi Harga Bitcoin dan Faktor Penggerak

    Analis di Bitwise memproyeksikan harga Bitcoin akan mencapai USD200.000 (sekitar Rp3,2 miliar) pada akhir 2025, sementara VanEck mematok target di angka USD180.000 (sekitar Rp2,88 miliar).

    Dulu, prediksi seperti ini mungkin terdengar muluk-muluk. Namun, dengan harga Bitcoin yang kini telah melewati USD100.000, proyeksi tersebut terasa lebih realistis.

    Bitcoin memiliki pasokan terbatas—hanya 21 juta koin yang akan pernah ada. Dari jumlah itu, 19,79 juta sudah beredar di pasar. Sementara itu, permintaan terus meningkat, terutama dari investor institusional seperti pengelola ETF, korporasi, hingga negara-negara.

    ETF spot Bitcoin telah menarik investasi senilai USD36 miliar (sekitar Rp576 triliun). Perusahaan seperti MicroStrategy (MSTR) menjadi contoh kepemimpinan dengan mengakumulasi 444.262 Bitcoin senilai sekitar USD42 miliar (sekitar Rp672 triliun) per 23 Desember.

    Dengan momentum seperti ini, pasar kripto tampaknya akan menjadi perhatian utama dalam peta investasi global sepanjang 2025.

    Siklus Halving Bitcoin dan Tantangan 2025

    Secara historis, pergerakan harga Bitcoin—dan pasar kripto secara keseluruhan—cenderung mengikuti pola siklus empat tahunan halving Bitcoin. Jika pola ini tetap berlaku, pasar kripto kemungkinan akan mengalami koreksi pada 2025. Namun, kehadiran investor institusional berskala besar diprediksi mampu menahan penurunan yang terlalu dalam.

    Menurut ekonom sekaligus pendiri Asgard Markets, Alex Kruger, Bitcoin saat ini berada dalam supercycle. Artinya, alih-alih mengalami penurunan tajam hingga 85 persen seperti sebelumnya, pasar Bitcoin kemungkinan akan mengalami koreksi berulang dalam kisaran 20-40 persen.

    Namun, ancaman dari Federal Reserve tetap menjadi bayang-bayang besar bagi Bitcoin. Bank sentral Amerika Serikat ini baru-baru ini menurunkan proyeksinya terkait pemangkasan suku bunga untuk 2025, yang sempat menekan harga Bitcoin. Jika The Fed memperlambat pemangkasan suku bunga, imbal hasil Treasury berpotensi tetap tinggi, membuatnya lebih menarik bagi investor dibanding aset berisiko seperti Bitcoin.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Moh. Alpin Pulungan

    Asisten Redaktur KabarBursa.com. Jurnalis yang telah berkecimpung di dunia media sejak 2020. Pengalamannya mencakup peliputan isu-isu politik di DPR RI, dinamika hukum dan kriminal di Polda Metro Jaya, hingga kebijakan ekonomi di berbagai instansi pemerintah. Pernah bekerja di sejumlah media nasional dan turut terlibat dalam liputan khusus Ada TNI di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Subianto di Desk Ekonomi Majalah Tempo.

    Lulusan Sarjana Hukum Universitas Pamulang. Memiliki minat mendalam pada isu Energi Baru Terbarukan dan aktif dalam diskusi komunitas saham Mikirduit. Selain itu, ia juga merupakan alumni Jurnalisme Sastrawi Yayasan Pantau (2022).