Logo
>

Pasar Obligasi dan IHSG Stabil: BI Berpotensi Jaga Suku Bunga di 4,75 Persen

Fundamental domestik masih terjaga. Yield SBN tenor 10 tahun stabil di 5,97 persen, menandakan kepercayaan investor

Ditulis oleh Pramirvan Datu
Pasar Obligasi dan IHSG Stabil: BI Berpotensi Jaga Suku Bunga di 4,75 Persen
Ilustrasi Kawasan Sudirman. Foto: Dok KabarBursa.com

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Bank Indonesia (BI) diproyeksikan mempertahankan suku bunga acuan di level 4,75% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Oktober 2025 yang dimulai Rabu, besok 22 Oktober 2025. Keputusan itu dinilai sejalan dengan kondisi pasar keuangan domestik yang relatif stabil di tengah pusaran ketidakpastian global.

    Chief Economist & Head of Research Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Rully Arya Wisnubroto, menilai ketahanan rupiah dan pasar obligasi memberi ruang bagi BI untuk tetap berhati-hati dalam kebijakan moneternya. “Fundamental domestik masih terjaga. Yield SBN tenor 10 tahun stabil di 5,97 persen, menandakan kepercayaan investor tetap tinggi meski sentimen global bergejolak,” ujarnya dalam riset harian, Selasa 21 Oktober 2025.

    Ia menjelaskan, pergerakan imbal hasil obligasi pemerintah Indonesia tenor 10 tahun cenderung mengikuti arah US Treasury tenor serupa. Namun, Credit Default Swap (CDS) Indonesia tenor 5 tahun sedikit meningkat, menjadi refleksi atas risiko global yang kian mencuat.

    Di sisi lain, pasar saham domestik menunjukkan anomali positif. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melesat 2,2 persen ke posisi 8.089, berlawanan arah dengan tren pelemahan bursa regional. “Euforia atas kinerja emiten kuartal IV dan derasnya arus dana asing menjadi motor utama penguatan IHSG,” kata Rully.

    Rupiah pun tak kalah tangguh. Mata uang Garuda terapresiasi 0,2 persen sejak awal pekan, sementara Lira Turki dan Baht Thailand justru tertekan masing-masing 0,2 persen dan 0,4 persen. “Stabilitas rupiah ditopang oleh fundamental ekonomi yang solid dan pergerakan Indeks Dolar AS (DXY) yang mendatar di kisaran 98,5,” jelasnya.

    Selain dukungan eksternal, kebijakan fiskal pemerintah turut memainkan peran penting. Pemerintah mulai menyalurkan Bantuan Langsung Tunai (BLT) Kesra senilai Rp900 ribu kepada lebih dari 35 juta rumah tangga berpendapatan rendah sepanjang Oktober hingga Desember 2025. Kebijakan ini dinilai dapat menjaga konsumsi dan menopang pertumbuhan ekonomi di penghujung tahun.

    “Program BLT Kesra mampu memperkuat daya beli masyarakat, meski sedikit berpotensi menekan yield SBN akibat ekspansi fiskal,” tambah Rully.

    Sementara itu, tensi geopolitik antara Amerika Serikat dan Tiongkok kembali meningkat. Ketegangan ini mendorong investor global beralih ke aset lindung nilai seperti emas, yang kini menembus USD4.000 per troy ounce—rekor tertinggi sepanjang sejarah.

    Melihat lanskap tersebut, Rully memperkirakan BI akan tetap mengedepankan kehati-hatian. “Keseimbangan antara stabilitas nilai tukar dan laju pertumbuhan ekonomi masih menjadi prioritas utama. Karena itu, kami memperkirakan BI akan menahan suku bunga di 4,75 persen guna menjaga momentum pemulihan ekonomi nasional,” tuturnya.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Pramirvan Datu

    Pram panggilan akrabnya, jurnalis sudah terverifikasi dewan pers. Mengawali karirnya sejak tahun 2012 silam. Berkecimpung pewarta keuangan, perbankan, ekonomi makro dan mikro serta pasar modal.