Logo
>

Pekan Lalu Ditutup Menguat, IHSG bakal Diwarnai 2 Sentimen ini Usai Libur Panjang

Ditulis oleh KabarBursa.com
Pekan Lalu Ditutup Menguat, IHSG bakal Diwarnai 2 Sentimen ini Usai Libur Panjang

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Pada penutupan perdagangan jelang periode libur panjang, pada Jum'at, 13 September 2024, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 1,17 persen atau tumbuh 90 basis poin ke level 7812 dengan total inflow sebesar Rp2,5 triliun.

    Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Imam Gunadi, menegaskan penguatan IHSG pada perdagangan minggu lalu ditopang 3 sentimen yang memengaruhi pasar dalam satu pekan terakhir, yakni naiknya inflasi tahunan China, data Indonesia Consumer Confidence, dan data inflasi Amerika Serikat (AS).

    Ihwal sentimen naiknya inflasi tahunan China namun masih di bawah konsensus, Imam menyebut, tingkat inflasi tahunan di China 0,6 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) pada Agustus 2024 atau lebih tinggi dari bulan Juli 2024 di angka 0,5 persen yoy dan merupakan yang tertinggi dari sejak Februari 2024.

    "Walaupun mengalami kenaikan namun tingkat inflasi tahunan China masih di bawah konsensus di 0,7 persen dan masih jauh dari target People's Bank of China (PBOC) sebesar 2-3 persen," kata Imam dalam keterangannya, Senin, 16 September 2024.

    Selain itu, sentimen solidnya data Indonesia Consumer Confidence, di mana Consumer Confidence Indonesia naik ke level tertinggi dalam tiga bulan sebesar 124,4 pada Agustus 2024 dari 123,4 di bulan sebelumnya.

    "Hampir semua dari enam sub-indeks mengalami penguatan, yaitu: kondisi ekonomi saat ini (sebesar 114), prospek ekonomi (sebesar 134,9), ketersediaan lapangan kerja (sebesar 132,2), ekspektasi pendapatan saat ini (sebesar 122,9), dan ekspektasi pendapatan untuk enam bulan ke depan (sebesar 140)," jelasnya.

    Akan tetapi, ungkap Imam, ketersediaan lapangan kerja mengalami sedikit pelemahan dibandingkan enam bulan lalu, yakni turun 0,1 poin menjadi 107,6. Sementara terkait sentimen data inflasi AS, tingkat inflasi AS pada Agustus 2024 turun ke 2,5 persen yoy, lebih rendah dari periode sebelumnya pada bulan Juli 2024 sebesar 2,9 persen yoy dan lebih rendah dari konsensus 2,6 persen.

    Imam menilai, penurunan tersebut tentunya sesuai dengan target The Fed di 2 persen. Walaupun begitu, dari tingkat inflasi inti bulanan atau Core Inflation Rate bulanan, pada Agustus 2024 naik ke 0,3 persen (month-to-month/MoM) dari Juli 2024 di 0,2 persen, dan lebih tinggi dari konsensus di 0,2 persen.

    Dua Sentimen Bakal Warnai IHSG

    Pada pembukaan perdagangan pekan depan, Selasa, 17 September 2024, usai periode libur panjang, Imam mengingatkan dua sentimen utama, yakni pemangkasan tingkat suku bunga atau Fed Fund Rate dan Bank Indonesia (BI Rate) yang akan kembali mempertahankan BI7DRR.

    Sentimen pemangkasan tingkat suku bunga atau Fed Fund Rate, kata Imam, pada pekan ini tepatnya pada 18 September 2024, The Fed akan menentukan kebijakan moneternya untuk menentukan tingkat suku bunga atau Fed Fund Rate. Mengacu pada konsensus, The Fed akan memangkas suku bunganya sebesar 25 bps menjadi 5,25 persen.

    "Sebelumnya, dalam pidato Jerome Powell di Simposium Ekonomi Jackson Hole, Powell juga sudah memberikan sinyal yang jelas bahwa bank sentral akan menurunkan suku bunganya pada pertemuan bulan September. Powell mencatat bahwa pasar tenaga kerja AS sedang mendingin dengan cepat setelah laporan pekerjaan yang lebih lemah semakin yakin bahwa inflasi melambat menuju target 2 persen," ungkapnya.

    Sementara itu terkait sentimen BI yang akan kembali mempertahankan BI7DRR, kata Imam, Bank Indonesia diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuan di level 6,25 persen pada pertemuan September 2024, sesuai dengan konsensus pasar.

    "Pendekatan ini bertujuan untuk mendukung stabilitas nilai tukar Rupiah di tengah kondisi inflasi yang relatif stabil. Namun, ada ekspektasi bahwa BI mungkin mulai melonggarkan kebijakan moneternya pada akhir 2024," ungkapnya.

    Adapun IPOT sendiri merekomendasikan 3 saham pekan ini, diantaranya:

    Pertama, IPOT merekomendasikan Buy untuk PT Tekom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) dengan Support 3.000, Resist 3.280). Walaupun proyeksi pemangkasan BI Rate kemungkinan akan dilakukan pada kuartal IV, harga saham biasanya akan terefleksi lebih dulu.

    Imam menilai, pemangkasan suku bunga oleh bank sentral dapat berdampak signifikan pada industri telekomunikasi. Dengan suku bunga yang lebih rendah, perusahaan telekomunikasi dapat meminjam dengan biaya yang lebih murah.

    Imam menyebut, hal itu dapat mendorong perusahaan untuk meningkatkan investasi dalam infrastruktur seperti jaringan 5G, meningkatkan kapasitas, atau memperluas layanan mereka ke area yang belum terjangkau.

    Selain itu, biaya utang yang lebih rendah akan mengurangi beban bunga yang harus dibayar perusahaan, sehingga dapat meningkatkan margin keuntungan.

    "Suku bunga yang lebih rendah juga dapat mendorong konsumen untuk mengeluarkan uang lebih banyak, yang bisa berarti peningkatan permintaan untuk layanan telekomunikasi seperti data seluler, langganan streaming, dan paket telekomunikasi lainnya. Salah satu emiten telekomunikasi yang mendapat sentimen positif ini adalah TLKM," terang Imam.

    Kedua, Imam juga merekomendasikan Buy pada saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) dengan support 5.175, sesist 5.550. Menurutnya, ekspektasi suku bunga yang lebih rendah dapat mendorong peningkatan permintaan kredit, baik dari konsumen maupun pelaku usaha, karena biaya pinjaman menjadi lebih murah.

    Hal ini dapat memberikan peluang bagi bank untuk memperluas portofolio pinjamannya dan meningkatkan pendapatan dari kredit. Selain itu, penurunan suku bunga dapat merangsang aktivitas ekonomi.

    Ketika ekonomi tumbuh, risiko gagal bayar pada pinjaman cenderung berkurang karena debitur lebih mampu membayar kembali pinjamannya. Ini bisa menurunkan tingkat kredit bermasalah (non-performing loans/NPL) dan meningkatkan kualitas aset perbankan, seperti BBRI.

    Ketiga, IPOT juga merekomendasikan Buy pada PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI) dengan support 242, resist 282. Suku bunga yang lebih rendah menurunkan biaya KPR, sehingga lebih banyak konsumen mampu membeli properti.

    Imam menilai, hal tersebut dapat meningkatkan marketing sales atau profitabilitas perusahaan properti. Salah satu perusahaan yang mendapat sentimen ini adalah ASRI.(*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi